~Setelah Raden Patah raja kesultanan Demak bintoro
wafat, di gantikan oleh Pati Unus (tahun 1518-1552). Pati Unus musuh besar
Portugis yang telah menduduki Malaka dan mengacaukan lalulintas perdagangan di
semenanjung Malaya. Dengan bantuan Raja-Raja Islam di Sumatra Pasai, Aceh, dan
Palembang, Pati Unus menyerang Malaka tahun 1520. Karena Pati Unus wafat tanpa
putra, maka terjadilah perebutan Tahta antara Seda Lepen (pangeran Sekar), adik
kandung Pati Unus dan Terenggono, adik Seda Lepen. Akirnya Trenggono yang
menang karena Sedo Lepen telah di bunuh Trenggono naik tahta menjadi sultan
Demak bintoro
Terenggono lazim di sebut Sultan Demak (tahun
1521-1546). Di bantu oleh Fatahillah, Memperluas sampai Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Pajajaran (Hindu). Trenggono gugur di panarukan sewaktu
melawan Singoari dan pasuruhan jasadnya di naikkan perahu sampan di bawa pulang
ke Demak dan di Makamkan di masjid Agung demak tahun 1546. Saat terjadi
perebutan Tahta sepeninggal Trenggono, Jaka Tingkir Sultan Pajang mengangkat
diri sebagai penguasa Mandiri Pajang, bukan sebagai vasal Demak, tetapi
“Tandingan” Demak tahun 1546-1587.
Karena terjadi masalah suksesi maka mukmin (Putra
sulung Trenggono) di angkat sebagai wali bergelar Sultan prawata oleh sunan
Giri. Ia mempunyai 4 orang adik perempuan, masing-masing di peristri Pragalpa
(Gede Sampang). Hadiri, jaka tingkir, pasarean (Putra sunan Gunung Jati). Dan
seorang adik laki-laki yang belum dewasa (Pangeran timur). Pemerintahan Prawata
(tahun 1546-1549), mengalami kemunduran antara lain karena ambisi Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. dan Jaka tingkir Adipati Pajang. Cirebon dan
Banten keduanya vassal Demak memutuskan hubugan karena Poro Wali tidak
bersatu pendapat dalam penentuan waris tahta.
Sebagai putra sulung pangeran sedo lepan, arya
Penangsang merasa lebih berhak dan mendesak Suunan Kudus agar segera merestui
pengangkatan dirinya. Arya penangsang menyuruh Suryata untuk membunuh sunan
Purwata karena di tuduh telah mengatur pembunuhan Sedo Lepan. Sultan
Hadiri jepara (pangeran tidunan) dan Istrinya (Ratu Klainyamat) mengadukan
pembunuhan terhadap sunan Prawata dan Istrinya yang ikut terbunuh. Dalam perjalanan
pulang ke jepara sultan hadirin di bunuh oleh suruhan penangsang, namun
Ratu Klainyamat lolos dari maut dan pergi bertapa di bawah kaki gunung donorojo
jepara dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
Meski turunannya telah habis dan putra bungsu belum
dewasa, namun sultan trenggono masih ada menantu yang paling tangguh, yang dulu
sebagai tamtama prajurit Demak bintoro tidak lain adalah mas karebet Jaka
Tingkir. Atas perasaan yang kurang enak Penangsang harus menyingkirkan Jaka
Tingkir bila ingin berhasil menjadi raja Penangsang Mengutus abdi
kepercayaannya untuk membunuh Jaka Tingkir, namun Gagal, lalu penangsang
minta agar Sunan Kudus memanggil Jaka Tingkir menghadap Ke kudus, agar mudah di
habisi.
Sesuai saran Ki ageng Pemanahan dari Pati, Jaka
Tingkir datang di kawal Prajurit, setibanya di kudus, Jaka Tingkir di Sambut
Penangsang dan terjadilah saling pamer keris antara setan kober Milik
Penangsang dan Cubruk luwung Milik Jaka Tingkir. Kedua keris pusaka di hunus
dan keduanya hamper terjadi saling tusuk menusuk namun di minta menyarungkan
kembali keris mereka masing-masing oleh sunan kudus. Upaya Penangsang untuk
membunuh jaka Tingkir di gagalkan sunan Kudus
Arya Penangsang mendapatkan perintah sunan Kudus untuk
menjauh dari kekisruhan perebutan tahta keluarga demak yang selama ini terjadi,
dan di suruh pergi dari Jawa berpindah menuju pulau Sumatra bagian selatan dan
menetab di sana sampai akhir hayatnya dan berganti nama menjadi Raden
Sariman.
Di kisahkan dalam Babad tanah Jawi bahwasanya Jaka
Tingkir berhasil membunuh Arya penangsang dengan tombak kiyai Pleret dengan
usus terburai kisah ini di tulis hanya untuk meligitimasi kekuasaan pajang
beraja jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya mas karebet Jaka Tingkir. Perebutan
politik suksesi dari keluarga kerajaan Demak bintoro Arya Penangsang di
kisahkan mati terbunuh oleh jaka Tingkir kemudian Ki panjawi mendapatkan tanah
predikan bumi pati dan Ki Pamanahan mendatkan tanah predikan alas mentoak bumi
Mataram.
Ini lah politik perebutan suksesi selepas raja Pati
unus Demak menyerang Malaka dan mati tanpa menurunkan anak turun, karna Pati
unus mati dalam penyerangan ke Malaka melawan Portugis dan Pati unus tidak
mempunyai anak di sinilah terjadinya perebutan kursi raja di keluarga kerajaan
Demak bintoro.
Demikianlah kurang kebihnya politik suksesi dari
sebuah perebutan kekuasaan setelah sultan trenggono terbunuh dalam pertempuran
di jawa timur
Sumber catatan pinto
Babad pesisir demak cerita tutur
Silsilah postoko darah agung
Penulis : Dhimas Danan jaya
Babad pesisir demak cerita tutur
Silsilah postoko darah agung
Penulis : Dhimas Danan jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar