Selasa, 04 Agustus 2020

GARIS KETURUNAN SANJAYA DARI SILSILAH PRABU SURAGHANA



     Dari Silsilah Prabu Suraghana / Rahyang Mandiminyak (Prabu Mandiminyak). Prabu Suraghana / Rahyang Mandiminyak selaku Raja ke-2 Kerajaan Galuh.
Nama Asli : Sang Jalantara Rahyang Mandiminyak Gelar : Suradharmaputra Memerintah pada trahun. 702 - 709 M. Menikah dengan Dewi Wulansari memiliki anak bernama Rahyang Sena / Sang Sanna / Bratasena. Pada tahun 695 M menikah dengan Dewi Parwati (Anak dari Kartikea Singha & Ratu Sima) atas Kerajaan Kalingga & memiliki anak bernama Dewi Sanaha.
Tahun 702 M Sang Jalantara Rahyang Mandiminyak / Prabu Suraghana Gelar : Suradharmaputra naik Tahta Raja atas 2 Kerajaan :
1. Kerajaan Galuh
2. Kerajaan Kalingga Utara & Selatan / Jawa Tengah & Jawa Timur.

 Jika ditarik Silsilah ke atas. Wretikandayun sebagai Raja - 1 atas Kerajaan Galuh.
Dinobatkan Tahun 612 M kemudian menikah dengan Dewi Candraresmi (Dewi Manawati) & memiliki 3 orang anak, yaitu :
1. Semplakwaja Th. 620 M
2. Jantaka Th. 622 M
3. Mandiminyak Th. 624 M

Semplakwaja & Jantaka tidak menjadi penerus Raja karna cacat badan. Semplakwaja menjadi Rajaresi di Galunggung dg Gelar Batara Danghyang Guru. Jantaka menjadi Resiguru di Telaga Denuh dengan Gelar Resiguru Wanayasa / Rahiyang Kidul. sehingga yang naik Tahta adalah Rahyang Mandiminyak / Prabu Suraghana (Prabu Mandiminyak) Disebut Mandiminyak karna ganteng berkulit kuning langsat & pandai merayu.
Semplakwaja menikah dengan Pohaci Rabubu yang berasal dr Gunung Kendan (Rancaekek)
Terjadilah skandal antara Prabu Mandiminyak dengan Pohaci Rabubu (Istri dr Semplakwaja / Kakak pertama Prabu Mandiminyak) & dari hubungan skandal itu, Pohaci Rabubu hamil & kemudian Tahun 661 M lahir seorang anak laki laki yang diberi nama Sanna / Sena / Bratasenawa.
Sanna : Sang Salah Sang Anak (Sanna / Sena / Bratasenawa) sempat dibuang di tegalan namun diselamatkan kembali.

Leumpang Pwah Rabubu ka Galuh
Aing dititah ku Rahiyang Semplakwaja mwatkeun budak eta
Beunang siya ngeudeungeudeu aing teh
Berjalanlah Pwah Rabubu ke Galuh
‘’Aku disuruh Rahyang Semplakwaja menyerahkan anak ini Akibat kamu menyentuhku’’.

Prabu Mandiminyak disingkirkan oleh Ayahnya (Wretikandayun) & dinikahkan dengan Dewi Parwati (Putri dari Ratu Sima atas Kerajaan Kalingga Utara - Jawa Tengah) & tinggal di Kalingga Utara - Jawa Tengah.pernikahan Prabu Mandiminyak dengan Dewi Parwati lahirlah Dewi Sanaha. Kelak dikemudian hari Dewi Sanaha (Anak Prabu Mandiminyak dengan Dewi Parwati) dijodohkan dengan Sanna / Sena / Bratasenawa (Anak Prabu Mandiminyak dengan Pohaci Rabubu) pernikahan  sedarah itu pada tahun. 683 melahirkan seorang anak yang diberi nama Sanjaya.
Pada tahun. 695 M Prabu Mandiminyak menjadi Penguasa Kalingga Utara - Jawa Tengah. Dan setelah Ratu Sima wafat, Kerajaan dibagi 2 :
1. Sebelah Utara disebut BUMI MATARAM
2. Sebelah Selatan & Timur disebut BUMI SAMBHARA & diperintah oleh Narayana (Adik Parwati)

 Prabu Mandiminyak sebagai Raja Galuh ke-2 digantikan oleh Sanna / Sena / Bratasenawa (Anak Prabu Mandiminyak dengan Pohaci Rabubu).
Th. 709 M Prabu Mandiminyak wafat & Sanna / Sena / Bratasenawa naik Tahta atas :
> Kerajaan Galuh Jawa Barat.
> Kerajaan Mataram Kuno / Medang Jawa Tengah.
Saat pengangkatan Sanna / Sena / Bratasenawa sebagai Raja Galuh ke-3, tidak diterima oleh Purbasora (Anak Semplakwaja dengan Pohaci Rabubu) & bersiap melakukan penyerangan.namun diketahui oleh Sanna / Sena / Bratasenawa
 Semplakwaja menikah dengan Pohaci Rabubu, dikaruniai 2 orang anak :
1.Rahyang Purbasora Th.670M
2.Rahyang Demunawan Th.673M

 Saat Purbasora & Demunawan akan melakukan penyerangan ke Kerajaan Galuh. Sanna / Sena / Bratasena mengundang pasukan Sunda untuk  menghadapi Purbasora. Purbasora yang mengetahui hal itu meminta dukungan kepada Ki Balagantrang (sepupu Purbasora) & Pasukan dari Kuningan. Akhirnya pada tahun.716 M Purbasora dapat menguasai Kerajaan Galuh & Sanna / Sena / Bratasenawa melarikan diri ke Kalingga Utara - Jawa Tengah (ditempat Ibunya yaitu Dewi Parwati selaku Raja) tahun 716 M Purbasora naik Tahta atas Kerajaan Galuh ke-4 dlm usia 73 Th dg Gelar Prabu Purbasora Jayasakti Mandraguna bersama Istri Permaisurinya bernama Citra Kirana.
Putra dari Sanna / Sena / Bratasenawa dengan Sanaha bernama Sanjaya menaruh dendam kepada Prabu Purbasora & ingin merebut kembali Kerajaan Galuh dengan merencanakan untuk membunuh Prabu Purbasora. Pada tahun 737 M Sanjaya menyusun kekuatan di Gunung Sawal & menjadi Markas untuk persiapan melakukan penyerbuan ke Kerajaan Galuh. tahun 747 M Sanjaya beserta pasukannya menyerbu Kerajaan Galuh hingga Prabu Purbasora terbunuh. lalu menghancurkan Indraprahasta (Istri Prabu Purbasora berasal)

Setelah Prabu Purbasora wafat. Sanjaya naik Tahta sebagai Raja Galuh ke-5 dengan Gelar Maharaja Harisdarma Bimaparakrama / Prabu Maheswara Sarwajitasatru Yudapurnajaya & tinggal di Pakuan sebagai Ibu Kota Kerajaan Sunda. Istri permaisuri bernama Sekar Kancana dg Gelar Teja Kancana Ayu Purnawangi.
 Jayasingawarman pendiri Tarumanagara 358-382 adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada Setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).

Dharmayawarman (382 - 395 M) Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.
Purnawarman (395 - 434 M) Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga?) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Wisnuwarman (434-455)

Indrawarman (455-515)

Candrawarman (515-535 M) Pada tahun 535 M terjadinya Meletus Gunung Krakatau yang sangat dasyat yang menyebabkan tsunami yang sangat besar dan berdampak pada seluruh dunia
Suryawarman (535 - 561 M) Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan yang terkenal dengan Kerajaan Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit 

Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Kertawarman (561 - 628) Rakeyan Sancang (lahir 591 M) putra Raja Kertawarman (Kerajaan Tarumanagara 561 – 618 M). Raja Suraliman Sakti (568 – 597) putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja Kerajaan Kendan adalah saudara sepupu Rakeyan Sancang
Sudhawarman (628-639)
Hariwangsawarman (639-640)
Nagajayawarman (640-666)
Linggawarman (666-669) Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.

Tarusbawa (669 – 723 M) Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (Sena, Sanna atau Bratasena) berjodoh dengan Sanaha puteri Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.
Kerajaan Sunda Galuh

Tarusbawa (670 – 723 M) Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru, di daerah pedalaman dekat hulu Cipakancilan. Dalam cerita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Ia menjadi cikalbakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai tahun 723 M. Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan.Suami puteri inilah yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda.
Sanjaya / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama (723 – 732M) Cicit Wretikandayun ini bernama Rakeyan Jamri. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan kemudian setelah menguasai Kerajaan Galuh ia lebih dikenal dengan Sanjaya. Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Ratu Shima dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M).
Sena pada tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora.

 Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah. Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda.Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora. Setelah itu ia menjadi Raja Kerajaan Sunda Galuh. Sebagai ahli waris Kalingga, Sanjaya kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi MATARAM dalam tahun 732 M. Dengan kata lain, Sanjaya adalah penguasa Sunda, Galuh dan Kalingga / Kerajaan MataramKuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan atau Rakeyan Panaraban.
Tamperan Barmawijaya / Rakeyan Panaraban (732 - 739 M) Ia adalah kakak seayah Rakai Panangkaran, Raja Kerajaan Mataram (Hindu) ke 2, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga 
Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara.


Sumber Wikipedia
Silahkan di koreksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar