CERITA BABAD SEJARAH DESA JEMBUL WUNUT
Kecamatan Gunung Wungkal Kabupaten Pati
Kecamatan Gunung Wungkal Kabupaten Pati
sawah desa jembul wunut
PENDAHULUAN
~Sejarah merupakan hal yang menjadi dasar suatu tempat berdirinya
kehidupan, dimulai dari kehidupan di masa lampau dan sejarah adalah
interprestasi yang di dalamnya tidak lepas dari sebuah penelitian,
penganalisaan, dari berbagai sumber Pada kesempatan ini, Penulis berusaha untuk
menggali sejarah desa jembul wunut kembali yang sebelumnya di tahun tahun yang
lalu sudah di gali dan di tulis, kali ini mencoba untuk di tulis ulang dan di
rekrutruksi sejarah Asal Mula Suatu Tempat atau Sejarah terjadinya DESA JEMBUL
WUNUT yang sebelum nya sudah di tulis oleh bpak Drs SUYADI warga desa jembul
wunut, yang menjabat sebagai perangkat desa sampai sekarang
Siapa pendirinya dan bagaimana proses terjadinya sebuah desa?
Tujuan dari penulisan ulang ini tiada yang lain hanya untuk memperbaharui
sejarah yang sudah di tulis oleh tim hari jadi kota pati dalam rangka lomba
sejarah di pemerintahan pusat Jakarta, Dan di sini tentunya menjaga arsib desa
supaya tidak akan hilang di telan lapuknya usia dan generasi penerus
bisa mengetahui Asal Mula Terjadinya Desa Jembul Wunut, dan sejarah Desa Jembul
wunut ini tidak hilang begitu saja dari ingatan masyarakat khususnya warga Desa
Jembul wunut, sejalan dengan perkembangan zaman di era melenia ini banyak dari
sekalangan masyarakat yang sudah meng imanni, meyakini sejarah desa yang bersumber dari
sebuah kesenia cerita ketoprak terkhusus kesenian ketoprak di kabupaten Pati.
Ketoprak di kab Pati hanya sebuah kesenian yang tentunya bukan sebuah sumber
sejarah. Karena itulah Penulis yang salah satunya termasuk Putra desa jembul
wunut yang pada saat menulis ulang buku ini berusia 32 tahun kelahiran 1988 bergabung
dengan komunitas Bedah sejarah pati yayasan Arga Kencana, berniat sekali untuk
menulis ulang sejarah desa jembul wunut denggan berbagai macam medote. Di
antara metode yang di gunakan penulis antara lain:
1. Adaptasi
2. Observasi
3. INTERWEU (wawancara dengan nara sumbernya langsung)
Bahan yang penulis dapatkan dari Tutur Tinular (cerita atau keterangan
dari generasi ke generasi secara berkesinambungan turun temurun), serta
dilengkapi dan dikuatkan dengan obyek peninggalan sejarah setempat di desa
jembul wunut terdapat beberapa makam keramat yang sampai sekarang masih di jaga
oleh masyarakat setempat. Di antara makam makam tersebut antara lain:
Makam syehk Abdul Rozak Muhammad Abdullah dukuh Gosari, Gedong Gosari.
Makam syehk Kudo negoro Makam Gedong Tenggah.
Makam syehk Kudo Panoleh Makam Gedong tengah.
Makam syehk Mantri Gedong Tenggah.
Makam syehk Suto Wancono Gedong Ndadah.
kompleks pemakaman gedong Gosari
II. HIPOTESA
Berdasarkan tutur tinular serta dikuatkan dengan obyek peninggalan yang
ada, maka hipotesa penulis menyatakan bahwa pendiri atau cikal bakal Desa
Jembul wunut adalah orang yang punya sebutan Ki Gede Watu Bangko Trenggulunan,
Ki Gede Watang, Ki Gede Gender yang berasal dari desa ngablak yang dipindahkan
atau di suruh berpindah dari Watu Bangko Trenggulunan oleh Ki Gede Kiringan
atau Ki Ageng kiringan, atau syekh Abdullah Al Asyiq. di Dukuh Gosari Desa
Jembulwunut Gunungwungkal sampai akhir hayatnya dan di makamkan di dukuh gosari
desa jembul wunut
III. METODE ADAPTASI
Penulis menggunakan metode Adaptasi karena penulis sendiri putra desa
jembul wunut , yang dari kecil sampai dewasa hidup di desa jembul wunut dan
tidak akan pernah lupa siapa siapa sesepuh desa jembul wunut sebagai Narasumber
yang bisa memberikan keterangan atau cerita-cerita yang ada hubungannya
langsung dengan Babat Sejarah Desa Jembul Wunut . Dari keterangan atau cerita
tersebut akan menjadi bahan penulisan babat sejarah terjadinya Desa Jembul
wunut yang tidak menyimpang dari yang sebenarnya. Dan di tulis denggan
kejujuran tentunya denggan izin sesepuh sesepuh desa jembul wunut Dari hasil
adaptasi penulis dengan para nara sumber bahwa di Makam Desa Jembul Gosari
Beliu Ki Abdul Rozaq yang punya sebutan Ki Gede Watang, Ki Gede Gender, Ki Gede
Watu Bangko Trenggulunan, yang menurut keterangan dari narasumber dari Penulis
Babad desa ngablak beliu berasal dari desa ngablak di suruh berpindah ke
sebelah selatan desa ngablak oleh Ki Gede Kiringan Dan Kemudian menetab di
dukuh Gosari Desa Jembul Wunut.
V METODE OBSERVASI
Melihat serta mengamati obyek-obyek yang ada hubungannya dengan babat
sejarah Desa Ngablak seperti Watu Bangko Trenggulunan, Sawah Boyo, Sawah Kali
Tengah, Sawah Plintahan, Watu Damar, Watu Pawon, Duren Gede dan Makam di
Nggosari Jembul. Obyek-obyek itu ada ceritanya sendiri-sendiri (dari
masing-masing obyek tersebut). Selain itu dari tutur tinular yang telah penulis
dapat mendengar langsung cerita maupun penuturan dari narasumber yang pernah
penulis hubungi yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, hasilnya sama
dalam cerita maupun dalam penuturan tuturan tinular.
Bahwa Ki Gede Ngablak yang mempunyai nama sebutan Ki Gede Watang, Ki
Gede Gender, Ki Gede Watu Bangko Trenggulunan yang nama sebenarnya adalah Ki
Abdul Rozaq adalah adik angkat dari Ki Gede Kiringan (Ki Asyiq). penulis
wawancarai dan menurut penglihatan langsung dari penulis waktu kecil sampai
sekarang, bahwa Ki Gede Ngablak yang punya sebutan nama lain yaitu : Ki Abdul
Rozaq yang dipindahkan oleh Ki Abdul Asyiq Kiringan ke Gosari Jembul dan
meninggal dan dimakamkan di situ (di Gosari Jembul) Kecamatan Gunungwungkal.
VI METODE INTERVIEW (WAWANCARA)
Keterangan-keterangan atau cerita-cerita dari orang-orang tua dari desa
jembul wunut dan desa ngablak sebagai nara sumber yang telah penulis wawancara
(interview)
Ada satu narasumber yang tidak putra dari desa jembul wunut beliu
adalah penulis babad Ngabalak Semua cerita penuturan keterangan dari semua para
narasumber sama tidak ada yang menyimpang maupun berbeda. Yang babat hutan dan
akhirnya menjadi Desa Ngablak adalah orang yang punya sebutan Ki Gede Watang,
Ki Gede Watu Bangko Trenggulan, Ki Gede Gender, Ki Gede Ngablak, yang meninggal
dunia dan dimakamkan di Desa Gosari Jembulwunut Kecamatan Gunungwungkal.
Tidak semua nama dari narasumber penulis masukkan di sini, karena
keterangan atau ceritanya sama tidak ada yang berbeda.
Kesimpulannnya bahwa Ki Gede Ngablak, yang punya nama sebutan Ki Gede
Gender, Ki Gede Watang, Ki Gede Watang, Ki Gede Watu Bangko Trenggulunan adalah
orang yan dipindahkan Ki Gede Kiringan ke Desa Jembul sampai akhir hayatnya dan
dimakamkan di dukuh gosari desa jembul wunut
……..
CERITA
LEGENDA BABAD DESA JEMBUL WUNUT
~Salam sejahtera semoga selalu mendapatkan Rahmat dari Tuhan yang maha
esa tidak lupa dengan ucapan puji syukur alhamdhulillah saya mulai kembali
menulis ulang sejarah desa jembul wunut yang sebelumnya sudah di tulis oleh
bapak Drs Suyadi. Dan sedikit saya refisi bedasarkan hepotesa dari berbagai
sumber yang beberapa kali di temukannya sebuah sumber di sekitaran lereng
gunung Muria, analisa bedasarkan sebuah sumber desa desa di sekitaran gunung
Muria ini sudah ada sejak semasa kerajaan Mataram i poh pitu pada masa
pemerintahan Rakai Watukura Dyah balitung. Pada tahun 800 san Masehi. Ada
sebuah penumpukan zaman sehingga di sinyalir desa desa yang sudah ada di masa
Mataram i poh pitu berangsur angsur hilang dan yang tersisa hanya sebuah Yoni
dan batu lumpang, dan berganti dengan desa desa yang baru setelah runtuhnya
kerajaan Mataram i poh pitu di sekitaran lereng gunung Muria hal ini terjadi
semasa peralihan kekuasaan Demak ke pajang, pajang ke Mataram Islam. Dan
sebelum pegunungan Muria dengan pengunungan kendeng menyatu, banyak sekali
sebuah karya sastra yang di tulis oleh pujanga pujanga Jawa di antaranya sastra
sastra itu berupa Babad tanah Jawi, Babad Pati, Postaka darah agung, serat
syekh jangkung, serat cebolek, babad saradrah dan masih banyak lagi karya sastra
pujangga pujangga Jawa baru lainnya, mengali sejarah desa jembul wunut pastinya
juga tidak akan lepas mengali sejarah desa desa di sekitarannya sejarah desa
jembul tidak akan lupa dengan cerita sejarah Babad sejarah desa Ngablak
kecamatan cluwak.
~Desa jembul wunut kecamatan gunung wungkal kabupaten pati desa ini
jauh dari keramaian letaknya yang di himpit dua sungai perbatasan di antara
pegungungan dan dataran, desa ini terletak di sebelah selatan desa bendokaton
kidul dan di sebelah utara desa ngetuk desa sumberrejo di sebelah timurnya desa
bancak, di desa ini terdapat tiga makam keramat, yang masyarakat desa
menyebutnya GEDONG GOSARI, GEDONG TENGAH, GEDONG NDADAH, ketiga gedong ini
mempunyai wali atau sosok penyebar agama islam dari gedong gosari yang bernama
syekh abdul rozaq, gedong tenggah syekh kudo negoro, gedong dadah bernama syekh
suto wancono dan masih ada makam yang di keramatkan oleh warga yaitu mbah
mantri dan mbah kudo panoleh, nama nama-wali atau leluhur desa jembul wunut
sampai sekarang dari para pengiat dan pemerhati sejarah di pati belum menemukan
silsilah yang pas dari berbagai sumber sejarah, dalam babad pati sendiripun
tidak menceritakan, bahkan babad pati sendiri di ragukan kevalidtannya oleh
para peminat pemerhati sejarah bedah sejarah pati dalam yayasan arga kencana,
yayasan yang bergerak dalam rangka menyusuri dan merekrutruksi sejarah
sekabupaten pati. Dan di luar dari Tim hari jadi kota Pati.
Sejarah desa jembul wunut yang selama ini bersumber dari babad pati
karya tim hari jadi kota pati sayogyanya harus di rekrutruksi dan di susun
kembali supaya tidak menjadi sebuah penyesatan sejarah dan masyarakat desa
jembul tidak terdoktrin dengan sejarah hasil dari karya dari tim hari jadi kota
pati yang pada akhirnya hanya demi untuk meraih gelar adipura kencana, saya
sebagai putra desa jembul wunut sangat antusias dalam mensikapi hal ini, karna
menyangkut desa tanah kelahiran saya dan para leluhur leluhur desa,
Babad desa jembul wunut kecamatan gunung wungkal tidak akan lepas dari
babad desa ngablak kecamatan cluwak, bedasarkan cerita tutur tinular babad desa
ngablak, sejarah awal desa jembul wunut kecamatan gunung wungkal bermula,
tertulis dalam cerita sejarah babad ngablak
Ki Gede Ngablak, Ki Gede Watu Bangko Trenggulunan, Ki Gede Gender, Ki
Gede Watang
Nama nama di atas hanya sebuah nama gelar bukan nama asli dan nama
aslinya sendiri belum di ketahui, masyarakat desa jembul wunut mengenal dengan
nama syekh abdul rozak muhammad abdullah, menurut tutur cerita dari sang juru
kunci nama ini bermula dari sewaktu makam di dukuh gosari ini di buka oleh
salah satu ulama dari desa pondowan tiada yang lain beliu adalah Mbah yai
muhammaddun desa pondowan bapaknya Abah yai aniq pendiri pondok pesantren
mambaululum desa pakis. menurut dari cerita tutur juru kunci makam gedong
gosari atau yang masyarakat jembul wunut mengenalnya Mbah SUMADI makam tersebut
dahulu bernama MBAH SORGI sebelum makan tersebut di buka oleh Mbah MuhamMadun
setelah makam tersebut di buka oleh Mbah muhammaddun pondowan baru nama syekh
Abdul Rozak Muhammad abdullah ini muncul.
~Mbah Dul Rozak, demikian masyarakat di desa Jembul Wunut dan Desa
Ngablak sering menyebutnya, Abdul Rozak Muhammad Abdullah menurut Mbah suwono
sebagai sesepuh desa jembul wunut yang paling di tuakan yang sampai sekarang
masih hidup dan beliu mbah suwono adalah berasal dari desa ngablak menikah
dengan warga desa jembul wunut dan menetab di desa jembul menurut dari
penuturan beliu dan menurut dari penuturan sesepuh warga desa ngablak tidak
lain adalah penulis dari babad ngablak mbah suwono dan penulis babad ngablak
ini menuturkan bahwasanya ABDUL ROZAK MUHAMMAD ABDULLAH masyarakat desa jembul
dan desa ngablak menyebutnya, beliau berasal dari Bejagung Tuban Jawa Timur,
yang konon masih mempunyai garis keturunan dengan Raden Khasan atau Raden Patah
Sutan Demak bintoro I entah dari garis ibu siapa belum ada atau di temukannya
catatan yang menerangkan dari silsilah beliu dalam buku pustaka darah agung
karya raden darmowasito kudus terbitan tahun 1937 sama sekali tidak ada
keterangan mengenai sosok dari mbah abdul rozaq ini. padahal dalam buku postoko
darah agung di situ tertulis gamblang nama nama wali atau pengede pengede pati,
sejarah dari mbah abdul rozaq ini hanya bersumber dari cerita tutur dari desa
ngablak dan desa jembul wunut sendiri menurut dari cerita tutur yang dapat saya
rangkum dari kedua sumber, sumber dari desa ngablak dan sumber cerita tutur
dari desa jembul ke dua sumber tersebut mencoba saya sincronkan semua sama dari
keterangan ke dua sumber ini mbah abdul rozaq beliu dari daerah asalnya
mejagung jawa timur hendak menuju Demak Bintoro, sesampai di wilayah Kemaguhan
sekarang Kropak beliau singgah dan menetap di Kropak hampir sepertiga dari
hidupnya. kemudian beliu melanjutkan perjalanannya sampai di sekitan bumi pati
utara.
Di kisahkan beliau berkeinginan untuk berguru kepada Syech Jangkung,
tapi oleh Syech Jangkung disarankan untuk berguru kepada ayah handanya yaitu
Syech Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan. Setelah melalui perjuangan yang
berat akhirnya Abdul Rozak menemukan padepokan Ki Ageng Kiringan atau Syech
Abdullah Asyiq di Dusun Kiringan-Punden Rejo.Namun Rozak tidak langsung di
terima sebagai murid, untuk sementara diterima sebagai abdi membantu pekerjaan
sehari-hari. Meskipun sebagai abdi, Rozak menerima pekerjaan tersebut dengan
ikhlas, sehingga akhirnya Rozak diterima sebagai murid Ki Ageng Kiringan.
Suatu ketika Ki Ageng Kiringan memerintahkan Rozak untuk membuat sumur,
walaupun saat itu musim kemarau, pada tengah malam beliau berdo’a bermunajat
dan mendekatkan diri dengan tuhan agar apa yang dikerjakan mendapat ridho Allah
SWT. Pada malam itu juga beliau keluar rumah serta memanjatkan do’a sekaligus
menghentakkan kaki tiga kali.
Bersamaan itu juga sudah menjadi lubang sumur, akan tetapi belum keluar
sumber airnya., sampai pagi harinya Ki Ageng Kiringan menemukan Rozak duduk
bersila disamping sumur buatannya, sambil tetap berdo’a kepada Allah SWT.
Tiba tiba beliau mengambil keranjang yang ada dirumah gurunya, untuk
mengambil air dengan keranjang tersebut ke sungai. Keranjang tersebut seperti
timba saja, air yg diambil Rozak dari sungai dimasukkan ke sumur, yang akhirnya
muncul sumber air di sumur tersebut.
Ada kemungkinan sumur yang dibuat oleh Mbah Rozak adalah sumur yang
saat ini ada di dalam kompleks masjid Kiringan, yang airnya tidak pernah kering
meskipun musim kemarau panjang.
Berkat ketekunannya, Ki Ageng Kiringan menjadikan Abdul Rozak sebagai
murid kesayangan dan mengawinkan dengan seorang wanita bernama Ni Tambi, dan
Abdul Rozak diberi tanah disebelah barat Kiringan atau yang sekarang disebut
dukuh Kesambi.
Namun kebiasaan Abdul Rozak di Kropak tak bisa begitu saja beliu
tinggalkan. Seni tayub masih menjadi kegemarannya, maka suatu ketika beliau
datang ke Desa Giling memenuhi undangan Ki gede giling untuk bergabung disana.
Arak pun sempat diminumnya sehingga beliau mabuk sampai esuk harinya masih ada
di desa Giling. Karena beliau tidak bisa berjalan , maka beliau membuat sayembara pada
siapa saja yang mampu menggendongnya maka akan diberi hadiah berupa tanah
pelintahan yang ada di Ngablak. Dengan hadiah tersebut sudah banyak orang yang
berusaha menggendong beliau, namun tidak ada satu orangpun yang mampu, sehingga
datanglah seorang yang dianggap danyang Giling yang bernama KI DROMO WONGSO. Ki
Danyang ini yang sanggup menggendong Abdul Rozak sampai Ngablak dan berhak atas
tanah pelintahan tersebut.
kompleks pemakaman Gedong Tenggah
Pada suatu ketika Abdul Rozak menderita sakit, sampai tidak terasa
sebelah kakinya terluka dan mengeluarkan nanah karena terlalu lama berbaring
ditempat tidur tidak bisa jalan.
Setelah beliau dapat berjalan berganti penyakit yang dideritanya, yang
semua keluar nanah kemudian menjadi borok yang semakin parah,sampai sampai
beliau mengeluarkan ultimatum atau sabda “ Bagi siapa saja yang masih keturunan
Ngablak, akan terlaknat bila minum arak”.
Pernah diceritakan setelah Rozak mengeluarkan ultimatum tersebut ada
seseorang yang kebetulan melewati Ngablak hendak menjual arak, sesampai di
wilayah Abdul Rozak, maka botol botol arak tersebut meledak semua.
Pada suatu saat Rozak akan membersihkan borok pada kakinya di sungai,
namun aliran sungai tersebut mengalir di hilir yang biasa dipakai untuk
berwudlu Ki Ageng Kiringan. Karena menimbulkan bau yg kurang sedap pada air
yang mengalir, maka Ki Ageng Kiringan menyarankan agar Abdul Rozak membersihkan
boroknya di dekat pohon Bendo yang katon (kelihatan), dan kelak dinamakan desa
Bendokaton. sungainya masih satu arah melewati Bangkol,Kiringan serta Tayu.
Sehingga sangat menggangu aktivitas Ki Ageng Kiringan beserta murid-muridnya.
Maka diutuslah salah satu murid untuk menemui Abdul Rozak agar Rozak mencuci
boroknya di selatan desa Ngablak, yakni di daerah sungai kecil yang sekarang
menjadi sungai kembang atau masyarakat sekitar menyebutnya "kalen kembang"
yang waktu itu masih termasuk wilayah Ngablak.
Akhirnya dengan susah payah Abdul Rozak menuju tempat tersebut dengan
bantuan isterinya. Dan beliau berhenti di sebuah sungai kecil atau
"Kalen" orang Jawa menyebutnya untuk membersihkan boroknya yang sudah
mulai berdarah. Namun anehnya bau air yang dipakai untuk membersihakan borok
tersebut baunya menjadi harum mewangi , maka oleh Abdul Rozak tempat tersebut
dinamakan “Kalen Kembang”. sumber air kalen tersebut berada di bawahnya makam
mbah abdul Rozak dan hingga kini kalen itu masih ada dan airnya digunakan untuk
mengairi sawah-sawah warga desa jembul wunut setempat.
Namun Sakit yang diderita Abdul Rozak rupanya dibawa sampai beliau
wafat, pada hari Ahad Wage bulan Dzul Qoidah beliau kembali pulang keharibaan
Allah SWT untuk selamanya. Oleh karenanya bagi penduduk Jembul bila terserang
borok pada kakinya besar kemungkinan ajalnya dekat . Hal ini kemungkinan bila
si penderita mengindap diabetes, atau sering disebut borok RITI. "Marine
yen Mati" atau sembuhnya kalau sudah meninggal.
Tidak berselang lama Ni Tambi menyusul sang suami pulang ke Rahmatullah
, keduanya dimakamkan di Dukuh GOSARI secara berdampingan. Sampai sekarang
banyak para peziarah dari luar daerah yang datang untuk bertawasul dimakam Mbah
Rozak. Biasanya para peziarah banyak yang datang pada bulan Dzul Qoidah hari
Ahad Wage karena pada hari tersebut diadakan Hajatan Besar atau "SEDEKAH
BUMI", selain itu nama Abdul Rozak juga di gunakan sebagai nama Masjid di
desa Jembul Wunut yang bertujuan untuk mengenang sosok seseorang yang pertama
kali membabad kawasan hutan yang dulunya banyak pohon serutnya.Dan di setiap acara sedakah bumi banyak sekali orang yang ingin mendapatkan berkah dan tentunya tidak hanya warga jembul wunut saja melainkan dari berbagi luar desa mereka biasanya menginab satu malam dalam area kompleks pemakaman pagi harinya di adakah tahlillan masal secara bersamaan bersama warga desa jembul wunut,
potret bebrapa warga desa jembul wunut
Warga desa jembul wunut yang pertama kali menjadi juru kunci makam
Gosari adalah bernama mbah RAU. Pada sekitar tahun 1901 penduduk desa Jembul
mengadakan kerja bhakti untuk mengganti cungkup makam yang sudah rusak. Ada
salah satu diantara penduduk yang hendak membakar sampah bekas atap atap daun
rumbia. Tidak disangka sangka api menjalar sampai ke cungkup yang mengakibatkan
kebakaran tidak bisa dihindari.
Semua terlalap api dan hanya pintunya saja yang tidak terbakar,
disaksikan oleh warga, pintu yang sedianya akan roboh karena tidak punya
penyangga lagi tiba-tiba terbang terbawa angin, menuju kearah timur dan jatuh
kurang lebih 2 Km di sebelah timur makam. Maka tempat yang kejatuhan pintu
makam yang terbakar tersebut dinamakan dukuh Ng Lawang
Pada tahun 1990 makam Gosari mengalami pemugaran lagi dengan swadaya
masyarakat dan uang dari kas amal.
Setelah pembangunannya berjalan ternyata tanpa terpikir dana yang
dikeluarkan habis, sehingga pembangunan makam terpaksa dihentikan dan untuk
nisan terpaksan ditiadakan.
Akan tetapi pagi harinya, ketika para tukang batu hendak mengemasi
peralatannya untuk pulang, tiba tiba sudah ada dua buah nisan terbungkus kain
kafan dalam keadaan masih baru, sehingga masyarakat yang ikut kerja disitu
banyak yang mempertanyakan, dari mana asal benda tersebut dan siapa yang
menaruhnya dalam waktu yang relative singkat sudah ada disitu?? Aneh...? Atau
kah ada salah satu warga desa jembul yang mendonasikan batu nisan untuk makam
beliu dan sengaja di pasang tengah malam supaya tidak ada warga yang
mengetahui....? Entahlah... jangan la di kaitkan dengan sesuatu yang mistik
atau spiritual.
Berdasarkan tutur tinular serta dikuatkan dengan obyek peninggalan yang
ada, maka hipotesa penulis menyatakan bahwa pendiri cikal bakal Desa Ngablak
kecamatan cluwak dan desa jembul wunut kecamatan gunung wungkal adalah orang
yang punya sebutan Ki Gede Watu Bangko Ki Trenggulunan, Ki Gede Watang, Ki Gede
Gender yang di suruh berpindah dari Watu Bangko Trenggulunan oleh Ki Gede
Kiringan di Dukuh Gosari Desa Jembulwunut kecamatan Gunungwungkal sampai akhir
hayatnya dan dimakamkan di pemakaman dukuh gosari yang sekarang makam itu sudah
dibangun yang di pintu makamnya bertuliskan “MAKAM WALI ABDUL ROZAQ. Jadi
pendiri Desa Ngablak adalah orang yang makamnya ada di Gosari, Jembul wunut
kecamatan gunung wungkal
simbolis bertapa tanpa busana mendekatkan diri denggan tuhan dengan melepaskan semua yang berbau kedunaiwian
~Sejarah mengenai asal usul dari syekh kudo negoero syekh sutowancono
syekh kudo panoleh dan syekh mantri, yang pernah di telusuri oleh tim hari jadi
kota pati sampai saya kembali merevisi sejarah desa ini yang sebelumnya
sudah pernah di tulis oleh bapak Drs Suyadi yang sampai sekarang menjadi
perangkat desa jembul wunut belum lagi saya mendapatkan sumber secara
ilmiyahnya mengenai sejarah dan asal usulnya bahkan mbah suwono yang sebagai
sesepuh desa jembul wunut tidak tahu menau mengenai asal usul beliu mbah suwono
hanya berpendapat bahwa syekh kudo negoero tidak lain adalah seorang pahlawan
pati atau telik sandi semasa kesultanan mataram islam sedangkan mbah
sutowancono beliu adalah seorang panglima perang semasa pati beradipati wasis wijayakusuma, yang pada waktu itu kadipaten pati di masa
kepemimpinan Wasis Wijoyo Kusuma mengempur kesultanan
mataram islam, hal ini terjadi di saat pati berperang melawan mataram islam semasa
Mataram Islam beraja Sultan agung hanyongkrowati. ,di sini lah sosok dari mbah
kudo negoro, mbah suto wancono dan mbah kudo panoleh. tiada yang lain hanya
beliu beliu lah yang kemungkinan besar orang orang yang di suruh oleh
kesultanan mataram untuk meredam amarah pribumi pati utara semasa pertempuran
kadipaten pati dengan kesultanan mataram islam yang terjadi pada kisaran tahun
1500-1600san M.
Sedangkan mbah mantri adalah sosok juru mantri, Dan menurut mbah sueb mbah kudo panoleh adalah teman atau kerabat dekatnya mbah kudo negoro, mbah kudo negoro dan mbah kudo panoleh inilah saya mensinyalirnya seorang telik sandi yang di kirim mataram islam untuk meredam amarah pribumi pati utara di saat pribumi pati berperang melawam kesultanan mataram di bawah kekuasaan sultan agung hangyomgkrowati semasa Kadipaten pati beradipati Wasis wijoyokusumo, maka dari itu sanggat kesulitan sekali mengali sejarah dari latar belakang beliu sayogyanya seorang telik sandi pasti merahasiakan namanya sendiri dan pastinya namanya di samarkan atau di rahasiakan, dan tentunya mbah kudo negoro mbah panoleh mbah mantri dan mbah suto wancono ini bukanlah nama asli. cukup bagi kita warga desa jembul wunut untuk menjaga melestarikan menguri uri budaya dan sejarahnya dan menjadi sebuah arsib desa yang nantinya bisa di baca di fahami untuk kelak anak cucu kita terkhusus warga desa jembul wunut.
Sejarah dari Mbah Kudo Negoro, Mbah kudopanoleh Mbah sutowancono, dan Mbah mantri, sampai sejauh ini belum ada lagi sumber secara ilmiyah yang ada hanya cerita tutur dari sesepuh desa.
Makam syekh Kudo Negoro gedong tengah sudah beberapa kali di pugar oleh masyarakat desa jembul wunut setempat juru kunci makam gedong tengah (komplek pemakaman Mbah Kudo negoro) pada tahun 1988 beliu bernama
Mbah parto rasiman. Kemudian di pegang oleh Mbah sawi kromo, Mbah Rasmi (Mbah Ireng)
Mbah jasmin sampai sekarang dan di bantu oleh Bapak sarwan.
Mbah kudopanoleh..
Makam beliu berada di dalam (kompleks ndalam) makam Mbah Kudo Negoro berada di sebelah dalam cungkup sebelah barat laut tepat di bawah pondasi dari bangunan cukup makam Mbah Kudo Negoro batu nisannya di simpan di dalam cungkup (ndalem) karna pada saat awal dari pembangunan cukup makam Mbah kudonegoro batu nisan makam Mbah kudopanoleh di cabut karna dalam pengalian pondasi bangunan cungkup melintasi makam Mbah Kudo panoleh sampai sekarang batu nisan dari Mbah kudopanoleh masih tersimpan rapi di dalam kompleks ndalem cungkup Mbah kudonegoro
Mbah mantri atau Mbah juru mantri.
Makam beliu berada di komplek luar dari pemakaman Mbah kudonegoro tepat di sebelah setalan dari makamnya Mbah kudonegoro dan Mbah kudo panoleh.
Pada tahun 1999 makam Mbah mantri ini belum di kasih cungkup dan hanya berupa makam tua dan berbatu nisan batu cadas biasa, tahun berganti tahun lama kelamaan makam tersebut di beri sebuah cungkup dari warga sekitar sampai sekarang.
Mbah sutowancono (makam gedong Ndadah).
Makam keramat yang berada di sebelah pekarangan rumah warga desa jembul wunut RT 2 RW 1 tepat di belakang rumahnya Mbah kemad langgeng.
Pada sekitaran tahun 1997 makam ini hanya bertutup kain kafan biasa dan tidak ada bagunan cungkupnya dan batu nisannya sudah lapuk di kikis oleh lapuknya zaman baru di sekitaran tahun 2000an makam Mbah sutowancono ini di pugar, juru kunci makam Mbah sutowancono gedong Ndadah pertama kali di pegang oleh Mbah patmo semen, dan di teruskan oleh Mbah sueb di bantu oleh Mbah kemad langgeng sampai sekarang.
Sedangkan mbah mantri adalah sosok juru mantri, Dan menurut mbah sueb mbah kudo panoleh adalah teman atau kerabat dekatnya mbah kudo negoro, mbah kudo negoro dan mbah kudo panoleh inilah saya mensinyalirnya seorang telik sandi yang di kirim mataram islam untuk meredam amarah pribumi pati utara di saat pribumi pati berperang melawam kesultanan mataram di bawah kekuasaan sultan agung hangyomgkrowati semasa Kadipaten pati beradipati Wasis wijoyokusumo, maka dari itu sanggat kesulitan sekali mengali sejarah dari latar belakang beliu sayogyanya seorang telik sandi pasti merahasiakan namanya sendiri dan pastinya namanya di samarkan atau di rahasiakan, dan tentunya mbah kudo negoro mbah panoleh mbah mantri dan mbah suto wancono ini bukanlah nama asli. cukup bagi kita warga desa jembul wunut untuk menjaga melestarikan menguri uri budaya dan sejarahnya dan menjadi sebuah arsib desa yang nantinya bisa di baca di fahami untuk kelak anak cucu kita terkhusus warga desa jembul wunut.
Sejarah dari Mbah Kudo Negoro, Mbah kudopanoleh Mbah sutowancono, dan Mbah mantri, sampai sejauh ini belum ada lagi sumber secara ilmiyah yang ada hanya cerita tutur dari sesepuh desa.
Makam syekh Kudo Negoro gedong tengah sudah beberapa kali di pugar oleh masyarakat desa jembul wunut setempat juru kunci makam gedong tengah (komplek pemakaman Mbah Kudo negoro) pada tahun 1988 beliu bernama
Mbah parto rasiman. Kemudian di pegang oleh Mbah sawi kromo, Mbah Rasmi (Mbah Ireng)
Mbah jasmin sampai sekarang dan di bantu oleh Bapak sarwan.
Mbah kudopanoleh..
Makam beliu berada di dalam (kompleks ndalam) makam Mbah Kudo Negoro berada di sebelah dalam cungkup sebelah barat laut tepat di bawah pondasi dari bangunan cukup makam Mbah Kudo Negoro batu nisannya di simpan di dalam cungkup (ndalem) karna pada saat awal dari pembangunan cukup makam Mbah kudonegoro batu nisan makam Mbah kudopanoleh di cabut karna dalam pengalian pondasi bangunan cungkup melintasi makam Mbah Kudo panoleh sampai sekarang batu nisan dari Mbah kudopanoleh masih tersimpan rapi di dalam kompleks ndalem cungkup Mbah kudonegoro
Mbah mantri atau Mbah juru mantri.
Makam beliu berada di komplek luar dari pemakaman Mbah kudonegoro tepat di sebelah setalan dari makamnya Mbah kudonegoro dan Mbah kudo panoleh.
Pada tahun 1999 makam Mbah mantri ini belum di kasih cungkup dan hanya berupa makam tua dan berbatu nisan batu cadas biasa, tahun berganti tahun lama kelamaan makam tersebut di beri sebuah cungkup dari warga sekitar sampai sekarang.
Mbah sutowancono (makam gedong Ndadah).
Makam keramat yang berada di sebelah pekarangan rumah warga desa jembul wunut RT 2 RW 1 tepat di belakang rumahnya Mbah kemad langgeng.
Pada sekitaran tahun 1997 makam ini hanya bertutup kain kafan biasa dan tidak ada bagunan cungkupnya dan batu nisannya sudah lapuk di kikis oleh lapuknya zaman baru di sekitaran tahun 2000an makam Mbah sutowancono ini di pugar, juru kunci makam Mbah sutowancono gedong Ndadah pertama kali di pegang oleh Mbah patmo semen, dan di teruskan oleh Mbah sueb di bantu oleh Mbah kemad langgeng sampai sekarang.
Link di bawah ini adalah silsilah dari Wasis wijoyokusumo yang masih
berdarah dari kerajaan Majapahit dari trahnya indu Dwi atau bhre Lasem rembang
Demikian mengenai sejarah babad desa jembul wunut yang dapat di rangkum
dan di tulis ulang kembali semoga menjadi sebuah arsip desa dan tidak harus
hilang entah kemana, dan kelak anak cucu kita generasi yang akan datang bisa membacanya bisa mengenal dan mencintai desanya dengan cara mengetahui dan mengali sejarah
sejarahnya dan bisa di interprestasikan, seiring perkembangan zaman desa jembul
wunut mengalami kemajuan dari sector pertanian, perdagangan, usaha rumahhan,
dan menjadi desa yang produktif. Penduduk desa kebayakan berprofesi sebagai
petani, perantau, pedangan, dan karyawan swasta, Pada sekitaran tahun 1840an tentunya
sebelum kemerdekaan pengede atau pemimpin petinggi desa pertama kali desa
jembul wunut adalah bernama Mbah wiro dipo makam beliu berada di kompleks
pemakaman umum desa jembul wunut dan kemudian pemimpinan desa jembul wunut di terus kan sampai sekarang.
Daftar nama nama petinggi desa yang dapat penulis rangkum di antaranya
adalah sebagai berikut:.
1.
Mbah Wiro
Dipo memerintah padai tahun 1840-1887.M
2.
Mbah Jebres
memerintah pada tahun 1891-1892, M
3.
Mbah
Tumpak memerintah pada tahun 1892-1896.M
4.
Mbah
Trunojoya memerintah pada tahun 1896-1902.M
5.
Mbah
Astro Karijah memerintah pada tahun 1902-1906. M
6.
Mbah
Kromo Rasiah dari dukuh Gosari memerintah pada tahun 1906-1910 M
7.
Mbah Reso
Sarman dari dukuh Gosari memerintah pada tahun 1910-1916 M
8.
Mbah
Sinung dari dukuh Gosari memerintah pada tahun 1916-1918 M
9.
Mbah
Reno Joyo Karman memerintah pada tahun 1918-1945 M
10.
Mbah Kiyai
H Abdullah Khanan memerintah pada tahun 1945-1975 M
11.
Mbah Kiyai
H Abdullah Hafid memerintah pada tahun 1975-1988 M
12.
Bapak
Suroso memerintah pada tahun 1988-2008 M
13.
Bapak
Hadi Prabowo memerintah pada tahun 2008-2013 M
14.
Ibu
Sri Dwi (istri bapak suroso) memerintah awal tahun 2013-sampai sekarang.
~Sejarah desa jembul wunut yang
di tulis oleh tim hari jadi kota pati mengisahkan seorang pelarian dari ki
dalang sopoyono dan Rayung wulan sampai di desa bulanjam dan sampai berhenti di
desa jembul wunut hal ini perlu di kaji lebih dalam dan di pertanyakan
kevalidtannya mengingat sejarah yang bersumber dari babad pati ini menurut
pengiat sejarah di pati. babad pati di ragukan kevalidtanya, karna dalam babad
pati sendiri karya yang penuh dengan cerita legenda,
~Sosro Soemarto dan Dibyo Sudiroe tidak lain adalah orang yang menulis
Babad Pati pada tahun 1925 dan akhirnya sosro soemarto dan dipyo sudiro harus
di eksekusi di tembak mati oleh pihak belanda kenapa demikian ada apa semua di
balik penulisan dari Babad Pati ini sendiri..? Apakah di balik semua penulisan
babad ini tidak ada kejujuran dan penuh dengan cerita fiksi belaka...? Pada
dasarnya penulisan dari Babad tanah jawa dan Babad Pati ini sendiri di
belakangnya ada sosok belanda dan peperangan pribumi pati dengan kesultanan Mataram Islam di menangkan mataram Islam dan sejarah di tulis oleh sang pemenang, kita sudah tahu
sendiri peperangan pati dan mataram di menangankan oleh mataram pada masa itu
pasukan pribumi pati berhasil di pukul mundur oleh pasukan mataram islam. Dan
pada dasarnya bumi pati ini bukan lah hasil menangnya sayembara yang di
menangkan oleh Ki Panjawi karna mas karebet berbahasil membunuh Arya
Penangsang. Ini hanya sebuah cerita yang bersumber dari babad tanah jawi dan
kemudian cerita ini di angakat kembali dalam serial budaya kesenian ketoprak
yang ada di bumi pati.
Fakta sejarah yang sanggat mengejutkan di saat makam Arya Penangsang di temukan di pulau Sumatra sungai organ ilir Pada dasarnya Arya Penangsang tidak terbunuh oleh joko tingkir dengan tombak kiyai pleret milik joko tingkir ini hanya sebuah cerita kiasan saja, dan Arya Penangsang di Sumatra terkenal dengan nama Raden kuning, bahkahkan joko tingkir atau mas kareber ini dari garis ibunya menurut catatan kantor tepas yogyakarta beliu masih berdarah dari mbah sumowirang i ing pati, beliu arya penangsang mengungsi ke sungai organ ilir sumatra selatan untuk menempati wilayah leluhurnya atas perintah sunan kudus pada masa peralihan kekuasaan Demak ke pajang, Arya Penangsang di sana terkenal dengan sebutan Raden Sariman atau Raden Kuning
Fakta sejarah yang sanggat mengejutkan di saat makam Arya Penangsang di temukan di pulau Sumatra sungai organ ilir Pada dasarnya Arya Penangsang tidak terbunuh oleh joko tingkir dengan tombak kiyai pleret milik joko tingkir ini hanya sebuah cerita kiasan saja, dan Arya Penangsang di Sumatra terkenal dengan nama Raden kuning, bahkahkan joko tingkir atau mas kareber ini dari garis ibunya menurut catatan kantor tepas yogyakarta beliu masih berdarah dari mbah sumowirang i ing pati, beliu arya penangsang mengungsi ke sungai organ ilir sumatra selatan untuk menempati wilayah leluhurnya atas perintah sunan kudus pada masa peralihan kekuasaan Demak ke pajang, Arya Penangsang di sana terkenal dengan sebutan Raden Sariman atau Raden Kuning
Di bawah ini adalah biografi singkat Raden Sariman atau Raden Kuning
atau yang kita kenal dalam babad tanah Jawi di sebut Arya Penangsang anak dari
Raden kikin penguasa daerah jipang panolang blora.
Terkait dengan sejarah desa desa di sekitaran lereng gunung Muria, desa
desa di sekitaran lereng gunung muria ini sudah ada semasa kejayaan Mataram i
poh pitu pada masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah balitung yang memerintah
pada tahun 898 M, sebelum Mataram kuno di pindah oleh empu sendok ke Jawa timur
dan tentunya jauh sebelum adanya kerajaan Majapahit yang harum namanya semasa
Raden Wijaya dan Hayam Wuruk berjaya menguasai bumi Nusantara. desa desa di
sekiran lereng gunung muria ini sudah lama ada, dan tertulis dalam dua
prasasti, prasasti rongkab dan prasasti wihara i winandaik, prasasti rongkab di
temukan di daerah Pati selatan dekat dengan daerah sukolilo prawata, dan
prasasti wihara i winandaik di temukan di lereng gunung pangonan yang menemukan
adalah bapak magi warga desa tempor, dukuh tong, kab Jepara, sewaktu beliu
mengarab lahan perkebunan di sekitaran desa pangonan. Dan kemudian prasasti
tersebut di simpan oleh bapak jai warga desa payak ( belakang pasar Bambang)
dan di buatkan miniatur candi di depan rumahnya sampai sekarang.
miniatur candi di depan rumah pak jai
Desa desa yang tertulis dalam kedua prasasti tersebut antara lain
Desa kukab, desa turai, desa sdeh, desa waryang, desa Tĕrĕnĕḥ, desa
rawawu, desa rongkab, desa pandamuan desa miramirah, desa turayun, desa
Pamilihan, desa gammah, desa sabokan, desa pandamuan, desa halantanan, desa Ra
tguh, desa wugu, desa lulahan, desa tanga wunkal, dan yang terakhir desa
luwakan.
Dari daftar 19 desa desa di masa kerajaan Mataram i poh pitu ada
sedikit kesamaan desa di masa sekarang di antaranya desa rawawu yang sekarang
menjadi desa rahtawu, desa tangawunkal yang sekarang menjadi desa gunung
wungkal, desa luwakan yang sekarang menjadi desa cluwak. Hepotesa ini
berdasarkan dari dua sumber prasasti rongkab dan prasasti wihara i winandaik yang
di temukan tidak jauh di sekitaran lereng gunung Muria. Adanya desa desa yang
tertulis dalam ke dua prasasti tersebut dan sampai sekarang di mana keberadaan
desa desa tersebut,,,,,, ?
mulai dari masa peralihan mataram I poh pitu sampai dengan dinasti isyana
empu seddok, Rangga rajasa dan sampai ke dinasti Girindra raja majapait di sini
ada penumpukan beberapa zaman, zaman matam kuno, zaman singashari, dan zaman
majapahit. Ada kemungkinan desa desa yang ada tertulis dalam ke dua prasasti
itu hilang lenyab atau desa tersebut sudah di tinggalkan penduduknya dan berpindah
ke tempat yang lain, Hal ini di perkuat dengan di temukannya lumpang batu yang
berada di desa pangonan.
miniatur candi depan rumah pak jai payak bambang.
bukti prasasti WIHARA I WUNANDAIK Yang di simpan pak jaik desa payak
Link di bawah prasasti rongkab
Link di bawah ini prasasti wihara i winandaik
Hasil dari penganalisa dari penulis ini masih bisa di tulis
ulang dan di rubah kembali jika di temukan sebuah sumber data sekunder dan
primer terkait sejarah desa desa di sekitaran lereng gunung muria terkhusus
sejarah desa jembul wunut sendiri. Inisiatip penulis menulis ulang sejarah
jembul wunut ini tiada lain hanya ingin menjaga arsib desa supaya tidak hilang
entah kemana dan bila bila masa ada salah satu warga desa yang mempertanyakan
mengenai sejarah desa bisa di baca dan tentunya sejarah desa itu tidak akan
hilang semua warga desa jembul wunut bisa membaca dan memahaminya sebagai bukti
kecintaanya dengan desa tanah kelahirannya
KETERANGAN
Sejarah desa jembul wunut sebelumnya sudah pernah di tulis dan
di bukukan oleh bapak Drs suyadi dan di tulis ulang oleh putra desa jembul
wunut, bedasarkan cerita turun temurun dan wawancara dengan para narasumber, Dan
sejarah yang di tulis oleh tim hari jadi kota pati itu perlu di kaji dan di
teliti ulang supaya tidak menjadi sebuah penyesatan sejarah. Bangkitlah dari
masyarakat yang selalu terdoktrin dengan cerita sejarah yang bersumber dari budaya
ketroprak di bumi pati, kethoprak di bumi pati ini hanya sebuah kesenian
tradisional yang berasal dari solo dan di bawa oleh sutradara kethoprak ke bumi
pati.sekali lagi budaya kethoprak hanya kesenian bukan sumber sejarah, dan
itulah khasanah budaya di kabupaten pati.
CATATAN KAKI
Sumber ke dua prasasti Rilis dari hasil analisa balai
arkeologi Jogjakarta yang bekerja sama dengan Balai Arkeologi Nasional pusat jakata .
yang penulis dapatkan dari teman teman yayasan arga kencana Pati. Alhamdhulillah
setelah saya terlusuri ulang dan saya gali kembali sejarah babad desa jembul
wunut selesai saya tulis ulang kembali pada tanggal 11 Ramadhan 2020, Harapan penulis
semoga hasil dari penulisan ulang sejarah desa jembul wunut ini menjadi
interprestasi karna sejarah adalah interprestasi dan bukan sains, salam jas
merah jangan sekali kali melupakan sejarah bangsamu. Cintai desa kelahiranmu
dengan cara kamu mengenal dan mempelajari sejarah sejarahnya, Janggan sampai sejarah desa hilang dan janggan sampai sejarah desa menjadi penyesatan sejarah Dan tetap lah menjadi warga desa jembul wunut yang produktif sama sama bangun dari keterpurukan penuh denggan semangat BERSAMA SAMA PASTI KITA BISA.
TAMAT
Ikut seneng bacanya , semoga lain waktu ada penulisan sejarah² desa yg lain secara berkelanjutan . Salam dari cah Pakis Tayu Pati 🙏
BalasHapus