~Pelabuhan Pragota
Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M,
yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan
merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu
merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat
pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut
sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal
sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut
diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke
Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405
M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan masjid
yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung
Batu). serta mendirikan/membangun galangan kapal untuk menunjang operasional
pelayaran-pelayaran armada barat tiongkok.
~ Tan Mu dalam Kitab Ying Yai Sheng Lang
Dalam catatan Kitab Ying Yai Sheng Lang, Pelabuhan
Pragota (Semarang) disebut dengan “Tan Mu”, dimana translate Ying Yai Sheng
Lang oleh J.V.G Mills terjadi kesalahan identifikasi tempat, dimana “Tan Mu”
diterjemahkan/diidentifikasikan sebagai Demak, dimana pada saat pelayaran
Laksaman Cheng Ho , Demak belum ada dan masih berupa pesisir pantai yang
berawa-rawa, Demak dibangun/didirikan menjadi sebuah kota/pelabuhan saat Raden
Fatah menjadi penguasa/adipati di daerah Glagah wangi pada tahun 1475 M
berdasarkan Catatan Kronik Sampokong.
~ Catatan Kronik Sampokong
Pada tahun 1477 M, Raden Fatah/Jin Bun dengan pasukan
demaknya berhasil menguasai/merebut Pelabuhan Pragota (Semarang) dari kelompok
China non muslim yang telah murtad (yang dipimpin oleh Gan Si Cang) dan
mengamankan Klenteng Sampokong serta mengampuni kelompok China non yang telah
murtad tersebut termasuk Gan Si Cang, selain itu pasukan Demak juga membubarkan
dan membumi hanguskan perkampungan Islam Syiah didaerah Candi (selatan
semarang) yang dipimpin oleh Syech Siti Jenar dimana tidak mentaati / melanggar
aturan (tetapi pasukan demak tidak membunuh org2 Islam Syiah, hanya membubarkan
dan membekukannya saja) dan kemudian membangun kembali Pragota (Semarang)
sebagai pusat galangan kapal terbesar di jawa
Pada tahun 1477 M, Raden Kusen(Tan Kin San) diangkat
menjadi Adipati di Pragota dan mengganti nama Pragota dengan nama
“Samarang/Semarang” yang berasal dari kata Samarang / Samaren{Sam=Tiga,
Ma=Marga Ma(Ma Cheng Ho, Ma Hong Fu & Ma Huan), Rang/Ren=orang yang
dihormati) yang berarti menghormati 3 orang bermarga Ma atau tiga orang
bermarga Ma yang sangat dihormati, jadi penggantian nama “Pragota” menjadi
“Samarang / Semarang” merupakan penghargaan/penghormatan atas jasa-jasa
Laksamana Cheng Ho, Jendral Ma Hong Fu dan Jendral Ma Huan atas
penyebaran/dakwah agama Islam di tanah jawa dan mereka pernah Sholat di masjid
Sampokon (dikomplek klenteng sampokong sekarang). Adapun rumor bahwa kata
“Semarang” berasal dari “Asem arang/Aseme arang-arang” (Pohon Asem yang jarang-jarang)
merupakan plesetan kata saja tanpa ada bukti pendukung/manuskrip sejarahnya.
Tahun 1478 M, Raden Kusen(Tan Kin San) menunjuk Gan Si
Cang menjadi Kapiten China non muslim di Semarang dan membangun kembali
penggergajian kayu jati dan Galangan kapal yang sudah 3 generasi sebelumnya
didirikan oleh Laksamana Cheng Ho
Pada tahun 1479, Bong Tak Ang(Sunan Bonang) dan Maulana
Ainul Yaqin(Sunan Giri) melihat-lihat galangan kapal dan klenteng sampokong di
Semarang, keduanya tidak bisa bahasa tionghoa, selama di Semarang, Bong Tak
Ang(Sunan Bonang) banyak berdiskusi dengan pamannya yaitu Gan Si Cang mengenai
agama Islam, dan mengajak kembali pamannya (Gan Si Cang) masuk menjadi Muslim
kembali, yang pada akhirnya Gan Si Cang dikenal dengan sebutan “Sunan Kali
Jaga” dimana beliau merupakan kapiten cina yang selalu menjaga galangan kapal
di pinggir sungai/kali garang Semarang.
Setelah Raden Kusen(Tan Kin San) wafat, pemerintahan
Semarang dipegang oleh Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan
daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut
sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau
Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Raden
Mukming(sunan prawoto) pada masa Pandan Arang II inilah, daerah Semarang
semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat dan menjadikan Semarang
sebagai pelabuhan Besar dengan galangan kapal terbesar di Jawa. Pada tahun 1546, Pasukan Jipang yang dipimpin oleh Arya
Penangsang menghancurkan Semarang, dan banyak orang-orang tionghoa baik muslim
maupun non muslim terbunuh termasuk Raden Mukming(Sunan Prawoto) dan anaknya,
dan Semarang mengalami kemunduran total.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar