Rabu, 06 Mei 2020

KOTA SEMARANG SEBUAH NAMA UNTUK MENGURMATI JASA JASA LAKSAMANA CENG HO






~Pelabuhan Pragota
Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan masjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu). serta mendirikan/membangun galangan kapal untuk menunjang operasional pelayaran-pelayaran armada barat tiongkok.

~ Tan Mu dalam Kitab Ying Yai Sheng Lang
Dalam catatan Kitab Ying Yai Sheng Lang, Pelabuhan Pragota (Semarang) disebut dengan “Tan Mu”, dimana translate Ying Yai Sheng Lang oleh J.V.G Mills terjadi kesalahan identifikasi tempat, dimana “Tan Mu” diterjemahkan/diidentifikasikan sebagai Demak, dimana pada saat pelayaran Laksaman Cheng Ho , Demak belum ada dan masih berupa pesisir pantai yang berawa-rawa, Demak dibangun/didirikan menjadi sebuah kota/pelabuhan saat Raden Fatah menjadi penguasa/adipati di daerah Glagah wangi pada tahun 1475 M berdasarkan Catatan Kronik Sampokong.



~ Catatan Kronik Sampokong
Pada tahun 1477 M, Raden Fatah/Jin Bun dengan pasukan demaknya berhasil menguasai/merebut Pelabuhan Pragota (Semarang) dari kelompok China non muslim yang telah murtad (yang dipimpin oleh Gan Si Cang) dan mengamankan Klenteng Sampokong serta mengampuni kelompok China non yang telah murtad tersebut termasuk Gan Si Cang, selain itu pasukan Demak juga membubarkan dan membumi hanguskan perkampungan Islam Syiah didaerah Candi (selatan semarang) yang dipimpin oleh Syech Siti Jenar dimana tidak mentaati / melanggar aturan (tetapi pasukan demak tidak membunuh org2 Islam Syiah, hanya membubarkan dan membekukannya saja) dan kemudian membangun kembali Pragota (Semarang) sebagai pusat galangan kapal terbesar di jawa
Pada tahun 1477 M, Raden Kusen(Tan Kin San) diangkat menjadi Adipati di Pragota dan mengganti nama Pragota dengan nama “Samarang/Semarang” yang berasal dari kata Samarang / Samaren{Sam=Tiga, Ma=Marga Ma(Ma Cheng Ho, Ma Hong Fu & Ma Huan), Rang/Ren=orang yang dihormati) yang berarti menghormati 3 orang bermarga Ma atau tiga orang bermarga Ma yang sangat dihormati, jadi penggantian nama “Pragota” menjadi “Samarang / Semarang” merupakan penghargaan/penghormatan atas jasa-jasa Laksamana Cheng Ho, Jendral Ma Hong Fu dan Jendral Ma Huan atas penyebaran/dakwah agama Islam di tanah jawa dan mereka pernah Sholat di masjid Sampokon (dikomplek klenteng sampokong sekarang). Adapun rumor bahwa kata “Semarang” berasal dari “Asem arang/Aseme arang-arang” (Pohon Asem yang jarang-jarang) merupakan plesetan kata saja tanpa ada bukti pendukung/manuskrip sejarahnya.

Tahun 1478 M, Raden Kusen(Tan Kin San) menunjuk Gan Si Cang menjadi Kapiten China non muslim di Semarang dan membangun kembali penggergajian kayu jati dan Galangan kapal yang sudah 3 generasi sebelumnya didirikan oleh Laksamana Cheng Ho
Pada tahun 1479, Bong Tak Ang(Sunan Bonang) dan Maulana Ainul Yaqin(Sunan Giri) melihat-lihat galangan kapal dan klenteng sampokong di Semarang, keduanya tidak bisa bahasa tionghoa, selama di Semarang, Bong Tak Ang(Sunan Bonang) banyak berdiskusi dengan pamannya yaitu Gan Si Cang mengenai agama Islam, dan mengajak kembali pamannya (Gan Si Cang) masuk menjadi Muslim kembali, yang pada akhirnya Gan Si Cang dikenal dengan sebutan “Sunan Kali Jaga” dimana beliau merupakan kapiten cina yang selalu menjaga galangan kapal di pinggir sungai/kali garang Semarang.
Setelah Raden Kusen(Tan Kin San) wafat, pemerintahan Semarang dipegang oleh Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Raden Mukming(sunan prawoto) pada masa Pandan Arang II inilah, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat dan menjadikan Semarang sebagai pelabuhan Besar dengan galangan kapal terbesar di Jawa. Pada tahun 1546, Pasukan Jipang yang dipimpin oleh Arya Penangsang menghancurkan Semarang, dan banyak orang-orang tionghoa baik muslim maupun non muslim terbunuh termasuk Raden Mukming(Sunan Prawoto) dan anaknya, dan Semarang mengalami kemunduran total.




KUTIPAN DARI BUKU TUANKU RAO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar