Transkripsi Prasasti ini memuat pada tulisan depan
(Recto) sebanyak 49
baris dan bagian belakang (Verso)
sebanyak 14 baris (Harimintadji 2003: 39).Di dalam
prasasti Anjuk Ladang tahun 859
saka (937 M)
dikatakan bahwa raja Mpu
Sindok telah
memerintahkan agar tanah
sawah kakatikan(?).Di
Anjuk Ladang dijadikan sima, dan
dipersembahkan kepada bhataradi
sang hyang prasada
kabhaktyandi Sri Jayamerta, dharmadari SamgatAnjuk Ladang. Itu
merupakan anugerah raja bagi
penduduk Desa anjuk
Ladang (Poesponegoro 2008: 188).Dari
prasasti Anjuk Ladang
ada bagian yang tidak
terbaca karena rusak termakan usia
yang sudah sangat
lama. Namun bagian yang
dapat dibacapun tidak semua
dapat diterjemahkan,
terlebih lagi bahasa
yang digunakan untuk menerjemahkan adalah
bahasa belanda. Berikut isi
prasasti Anjuk LadSkema struktur Prasasti Anjuk Ladang scara
garis besar adalah sebagai berikut:1.Kalenderis, unsur
penanggalan2.Raja yang memrintahkan
pembuatan prasasti yaitu Sri
Maharaja Mpu Sindok Isana Wikrama Dharmmotunggadewa.
Birokrasi, struktur dan
pejabat pemerintahan
terutama pejabat yang dilibatkan dalam
pembuatan prasasti, mulai dari
pejabat tinggi atau
pejabat Pemerintahan
Pusat, pejabat
menengah sampai pejabat
tingkat rendah yaitu pejabat desa4.Sambandha, alasan
(latar belakang) pembuatan
prasasti5.Mangilala dwryhaji, yaitu
pejabat-pejabat pemungut (penarik)
pajak yang sejak dikeluarkannya prasasti tidak lagi
diperkenankan memasuki desa yang
telah dijadikan desa
suci (sakral) atau desa
otonom (perdikan)bebas pajak
dan disebut sima
swatantra. Para pemungut pajak tersebut jumlahnya
cukup banyak, dalam prasati Anjuk Ladang disebutkan lebih
dari 60 pejabat, diantaranya yang
terkenal adalah: Pangkur,
Tawan, Tirip6.Pasak-pasak,
yaitu hadiah atau persembahan yang
disampaikan oleh sekelompok orang
yang memperoleh anugerah dari
Sang Maharaja (dalam hubungannya dengan pemberian perdikan atau
status otonom, bebas pajak
desa Anjuk Ladang)
kepada pejabat-pejabat
pemerintahan yang hadir dalam
upacara. Dalam prasasti Anjuk Ladang, jumlah pejabat peneripasak itu
berwujud emas dalam berbagai ukuran/satuan
dan pakaian. Besar kecilnya pasak-pasak disesuaikan dengan
tinggi rendahnya pejabat yang
menerima.
Upacara ritual, yaitu upacara penetapan Anjuk Ladang sebagai
desa perdikan sima swatantrayang
dilakukan dengan melaksanakan seperangkat upacara
suci (ritual). Upacara ini
melibatkan sejumlah
petugas, alat-alat dan
barang-barang sesaji.
Upacara tersebut disebut Manasuk Sima. Benda-banda sesaji dan alat-alat yang
dipergunakan antara lain: telur,
ayam, kepala kerbau, alat-alat
dapur, kalumpang dan lain-lain. Sedangkan petugas upacara disebut
Madukur8.Sapatha atau kutukan, sebagai upacara penutup adalah
kutukanatau sumpah serapah bagi
siapa saja yang melanggar atau
tidak mematuhi isi prasasti, serta
doa keselamatan dan kesejahteraan bagi yang mematuhinya. Kutukan itu diungkapkan dalam berbagai pernyataan yang
menyeramkan dan mengerikan. Misalnya: Semoga dikoyak-koyak badannya
oleh para desa,
dicaplokharimau bila masuk hutan,
dimakan buaya bila
mandi di sungai, disambar
petir bila hujan, dipathuk ular
berbisa, disiksa Dewa Maut,
dimasukkan dalam bejana penyiksaan (tamragumukha) di neraka nanti
bila sudah mati.
Prasati
ini awalnya ditemukan
di dekat sebuah candi
yang bernama Candi Lor.
Candi Lor terdapat
di desa Candirejo Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk, atau kurang
lebih empat kilometer
sebelah selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Nganjuk. Menurut sejarah
prasasti ini dibuat atas perintah Mpu
Sindok pada tahun
859 saka atau 937
masehi. Pasasti ini
dibuat sebagai tetengeradanya
tugu kemenangan atau Jayastamba
yang berupa bangunan suci Cankasih Mpu Sindok kepada masyarakat Anjuk
Ladang yang telah
membantu dalam peperangan melawan
pasukan melayu dari kerajaan Sriwijaya.Isi dari
prasasti tersebut adalah penetapan wilayah Anjuk
Ladang sebagai daerah perdikan sima swatantra.
Artinya wilayah Anjuk Ladang
dibebaskan dari tanggung jawab
membayar pajak. Hasil bumi yang dulu digunakan untuk
membayar pajak dapat digunakan
untuk merawat bangunan suci
Candi Lor tersebut.Mengingat
sejarahnya yang penting bagi
bangsa Indonesia, serta
berdasarkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SMP kelas
VII semester 2
yaitu standar kompetensi 5 Memahami
perkembangan masyarakat
sejak masa Hindu-Budha sampai sekarang,
tepatnya Kompetensi dasar 5.1 Mendeskripsikanperkembangan
masyarakat, kebudayaan dan
pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta
peninggalan-peninggalannya. Maka prasasti
ini sangat sesuai dan
berpotensi sebagai sumber pembelajaran sejarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar