
KRONIGIAL GEGER PACINO
Penulis mbah kusuma admaja
Perang terbesar yang
dihadapi VOC/ Belanda di Jawa adalah Perang yang terjadi tahun 1740-1743 yang
dipicu oleh pembantaian Tionghoa di Batavia pada Oktober 1740, bukan Perang
Diponegoro (1825-1830) sebagaimana yang diketahui oleh umum saat ini. Perang
Kuning/ Perang Sepanjang ini meletus mulai dari Batavia, Karawang, Cirebon,
pesisir Pantura-Tegal, Pekalongan, Semarang, Kudus, Purwodadi, Rembang hingga
Lasem, Tuban, Surabaya hingga Pasuruan serta daerah pedalaman Mataram yang kini
dikenal sebagai Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Pacitan, Madiun sampai Malang.
Demikian dahsyatnya
dampak perang sampai-sampai pemerintah kolonial merasa perlu merombak
perspektif hubungan antara orang Jawa-Tionghoa secara total melalui
pemisahan-pemisahan yang terstruktur untuk mencegah terjadinya koalisi kedua
etnis ini di kemudian hari. Akibat dari pemisahan ini masih kental kita rasakan
hingga jaman sekarang.
Beginilah kronologi
peperangan tersebut (silakan mengubah peta menjadi mode ‘Full Screen bila
diperlukan agar dapat mengamati urutan lokasi peristiwanya secara runut) :
1. 1690 menerapkan kuota bagi imigran Tionghoa.
Imigran Tionghoa yang resmi dan ilegal menjadi obyek pemerasan VOC. Krisis
ekonomi di Batavia memperburuk keadaan.
2. 25 Juli 1740 Dewan Hindia (Raad Van Indie)
merazia orang Tionghoa yang mencurigakan
3. September 1940 lebih dari 1000 orang gerombolan
Tionghoa terlihat di pabrik gula dipimpin Sepanjang yang disebut kompeni
sebagai Khe (Que) Panjang (Tay Wan Soey) atau kapitan Sepanjang
4. 7 Oktober 1740, pasukan tionghoa menyerang pos
VOC di Meester Cornelis dan De Qual. Pasukan Voc dalam perjalanan ke Kaduwang
(Kedawung), Tangerang, diserang.
5. 9 Oktober 1740 pasukan Tionghoa meninggalkan
Batavia. VOC menangkapi orang Tionghoa. Muncul desas-desus orang yang ditangkap
akan dibuang ke laut. Orang Tionghoa panik dan meninggalkan Batavia.
6. 19 Oktober 1740, kebakaran di permukiman
Tionghoa, Gubernur Jendral Adriaan Valckenier memerintahkan membantai orang
Tionghoa.
7. 10 Oktober 1740 puncak pembantaian massal.
Gubernur Jendral Adriaan Valckenir memerintahkan 500 orang Tionghoa yang
tersisa, disembelih di depan Stadhuis. Mayat mereka dibuang di Kali Besar.
Diperkirakan 7.000 sampai 10.000 orang Tionghoa dibunuh dalam dua hari
pembantaian tersebut.
8. 11 Oktober 1740, 3.000 pasukan Tionghoa
menyerbu Benteng Kompeni di Tangerang. Sementara 5.000-6.000 orang Tionghoa
menyerbu pertahanan VOC di Meester Cornelis.
9. Kapitan Sepanjang semula bermaksud masuk
wilayah Banten- melintasi Cisadane- tetapi Sultan Banten mengusir mereka karena
tidak ingin terlibat konflik. Pasukan Tionghoa bergerak ke Bekasi
10. 9 Oktober 1740: Pembantaian kaum Cina oleh
orang Belanda. Lukisan Abraham Van Stolk (1814-1896) and Gerrit van Rijk
(1846-1912)
11. 19 Oktober 1740, Bartholomeus Visscher,
Gezaghebber (Kepala Perwakilan) VOC di Semarang. Visscher meminta Bupati
Semarang Astrawijaya (Keturunan Tionghoa) untuk membantai orang Tionghoa di
Semarang jika memberontak.
12. Kompeni mengirim pasukan di bawah komando
Abraham Roos mengejar pasukan Tionghoa. Pasukan Tionghoa berkumpul di sekitar
Bekasi dan Karawang. Pasukan Tionghoa menyingkir ke wilayah Mataram melintasi
Cirebon-Losari-Tegal.
13. Oktober 1740, pengungsi Tionghoa yang lolos
dari pembantaian Batavia tiba di Lasem. Mereka ditolong putra mantan Bupati
Lasem, Raden Panji Margana dan Bupati Lasem baru Tumenggung Widyaningrat (oey
Ing Kiat).
14. 1 Februari 1741 di Majawa-Pati, gerombolan
Tionghoa bersenjata menyerang rumah Kopral Claas Lutten seorang serdadu
Kompeni. Mereka menjarah serta membakar rumah sebelum membunuh Claas Lutten.
15. Bupati Kudus mengejar gerombolan tersebut.
Pemimpin kelompok Tionghoa ditangkap dan dipancung kepalanya.
16. April 1741, pasukan Tionghoa dalam jumlah
besar muncul dipimpin Singseh (Tan Sin Ko) di Tanjung Welehan (dekat Demak).
Bupati Demak @irasastro diminta menumpas pasukan Tionghoa. Pasukan Wirasastro
mundur, diduga bersimpati pada perjuangan pasukan Tionghoa.
17. 13 Mei 1741 Sunan Pakubuwono II meminta para
pejabat keraton dan bupati bersumpah setia serta bersiap mengusir Kompeni VOC
keluar dari tanah Jawa.
18. 23 Mei 1741, Juwana diserbu pemberontak
Tionghoa dari Welehan. Residen Kompeni melarikan diri. Pemberontak membunuh 9
pegawai VOC.
19. Mei-Juni 1741. Bala tentara pimpinan sepanjang
memasuki Cirebon menuju Tegal. Penguasa Cirebon pura-pura memerangi laskar
Tionghoa, bersimpati dan membiarkan laskar Tionghoa melintasi Sungai Losari
memasuki wilayah Mataram.
20. 12 Juni 1741. Kompeni mengerahkan pasukan
Eropa, Bumiputera dan pasukan Bupati Surabaya Surengrono ke Tugu (barat
Semarang). Pasukan Bupati Surabaya meninggalkan medan pertempuran. Meski
terdesak, Kompeni berhasil memukul mundur serangan laskar Tionghoa dan mundur
ke Semarang.
21. 20 Juli 1741. Pasukan Mataram menyerang
Benteng Kompeni di Kartasura. Konflik terbuka Mataram dan Kompeni dimulai.
22. 27 Juli 1741. Rembang jatuh ke tangan laskar
Tionghoa. Residen dan prajurit VOC dibunuh.
23. 1 Agustus 1741. Pasukan Tionghoa tiba di
Kartasura bergabung dengan pasukan Mataram mengepung Benteng Kompeni. Para
Panglima Tionghoa dari wilayah Mataram (Singseh, Leyang, Etik dan Epo). Pasukan
dan laskar Kapitan Sepanjang dari Batavia dipercaya mengoperasikan meriam Keraton
Kartasura untuk menggempur Benteng Kompeni pembantaian kali Besar 1740
24. Awal Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II
mendukung pemberontak Tionghoa melawan Kompeni.
25. Awal Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II meminta
Pangeran Mangkubumi (kelak Hamengkubuwono I) memimpin pasukan Mataram-Tionghoa
menghadang pasukan Cakraningrat di Tuban-Lamongan.
26. 10 Agustus 1741. Benteng Kompeni di Kartasura
direbut Mataram. Pasukan Tionghoa dan Jawa Mataram merampas 417 pucuk senapan
dan tiga pucuk meriam Kompeni.
27. Akhir Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II
memerintahkan Bupati Banyumas Tumenggung Yudanegara ke Priangan Timur untuk
menyerang VOC. Kompeni mengirim 500 serdadu dari Garnisum Tegal untuk
mempertahankan Priangan Timur. Pertempuran di Semarang buntu. Batavia mengirim
500 prajuris Bugis, Ambon dan Makasar ke Semarang.
28. September-Oktober 1741. Fron Jawa Timur.
Pasukan Mataram-Tionghoa memukul mundur pasukan Cakraningrat kembali ke Madura.
Setelah pasukan VOC di bawah Kapten Gerrit Mom tiba di Sedayu, Cakraningrat
mendarat di Ujung, Surabaya. Sawunggaling dan Bupati Japan menahan serbuan
Madura. Cakraningrat menduduki Lamongan.
29. 29 November 1741. VOC merayakan kemenangan di
Semarang.
30. Awal 1741. Sunan Pakubuwono II memutuskan
koalisi dengan pasukan Tionghoa. Patih Notokusumo, Bupati Martapuro, Bupati
Mangunoneng dan sejumlah bangsawan Mataram tetap memihak laskar Tionghoa.
31. Januari 1742. Fron Jawa Timur: Lasem-Gresik
diduduki pasukan Madura pimpinan Bupati Cakraningrat IV. Laskar Tionghoa yang
mundur dari Semarang, berkonsolidasi di Grobogan, Demak, Kudus, Pati, Jepara
dan Lasem.
32. Awal Februari 1742. Pasukan Bupati
Martopuro-Singseh (Tan Sin Kho)-Bupati Mangunoneng menyerbu dan menguasai Kudus
dan Pati. Citrosoma, Bupati Pati yang kini memihak VOC mundur ke Jepara.
33. Akhir Februari 1742. Pertempuran meluas ke
Kudus. Bupati Kudus, Arya Jayasentika, lari ke Mayong digempur Singseh.
Wirasastra kalah besar di Demak. Pemberontak telah menguasasi seluruh timur dan
timur laut Demak.
34. Februari-Maret 1742. Tiga Brigade Jawa dan
tiga Brigade Tionghoa berkumpul di Groboga, dipimpin Sunan Amangkurat V (Sunan
Kuning)
35. Juni 1742. Sunan Kuning menuju Kartasutra.
Laskar Tionghoa dipimpin Entik, Macan dan Pibulung. Laskar Jawa dipimpin
Kertawirya, Wirajaya dan Martapuro. Sunan dikawal Mangunoneng, Kapitan
Sepanjang dan Singseh. Mereka bertempur di Salatiga hingga Boyolali.
36. 30 Juni 1742, Pasukan Sunan Amangkurat V
memasuki Kartasura. Kapitan Sepanjang memimpin pasukan. Sultan Pakubuwono II
melarikan diri dari Kartasura. Kapten Van Hohendorff mengevakuasi Pakubuwono II
ke timur menyebrang Bengawan Solo ke Magetan.
37. 1 Juli 1742, Sultan Amangkurat V alias Sunan
Kuning bertahkta di Kartasura.
38. 5 Agustus 1742, serangan balik kubu Pakubuwono
II ke Kartasura dari Ponorogo. Bupati Madiun menyerang melalui Sukowati
(Sragen), dihadang Bupati Martapuro dan laskar Jawa-Tionghoa.
39. 8-9 Agustus 1742, Kompeni menyerbu Demak yang
masih dikuasai Jawa-Tionghoa. Kompeni dipimpin Kapten Gerrit Mom merebut Demak.
Banyak korban di pihak kolasi Jawa-Tionghoa. Lim Pin Ko (Encik Ping) dan Tan
Sin Ko (Singseh) masih tetap memimpin gerilya di sekitar Demak.
40. 24 Agustus 1742, pertempuran Welahan, pasukan
Jawa-Tionghoa dengan kekuatan 1200 orang dipimpin Raden Mas Said dan Singseh
bersama 600 pasukan Tionghoa di Welahan, menghadapi serbuan Kompeni yang
menghadang di Tanjung.
41. Agustus 1742, laskar Tionghoa Lasen dipimpin
Tan Ke Wie dan laskar Tionghoa dari Grobogan menyerbu posisi Nathane Steinmets
di Juwana. Kompeni Kewalahan. Usai pertempuran, Tan Ke Wie dan prajuritnya
menuju Jepara dengan perahu. Di dekat Pulau Mandalika, Tan Ke Wie gugur.
42. Sebtember-Oktober 1742, Kapitan Sepanjang
mundur dari Ungaran ke selatan Kali Tuntang.
43. 15 Oktober 1742, Paukan Jawa-Tionghoa mundur
dari Juwana ke Rembang. Pasukan Van Hohendorff, Steinmets, dan Mom menyerbu
Rembang, memukul pasukan Jawa-Tionghoa yang mundur ke Grobogan menuju
Kartasura, Lasem, bertujuan ke Pulau Bawean untuk melanjutkan perjalanan ke
Johore. Singseh ke Lasem tetapi tewas disergap patroli VOC.
44. November 1742, Sunan Amangkurat V di Kartasura
diserang dari tiga arah, Cakraningrat IV memimpin pasukan Madura, pasukan Sunan
Pakubuwono II dari Jagaraga dekat Ngawi, dan pasukan VOC dari jurusan
Ungaran-Salatiga.
45. 26 November 1742, Pasukan Madura menduduki
Kartasura. Sunan Amangkurat V mengungsi melintasi Kali Bengawan. Ratusan laskar
Jawa-Tionghoa gugur melawan pasukan Madura. Laskar Tionghoa mengawal Amangkurat
V ke selatan.
46. 20 Desember 1742, Sunan Pakubuwono II kembali
ke atas takhta di Kartasura. Sunan Kuning didampingi Kapitan Sepanjang dan
Raden Mas Said menyiapkan perlawanan dengan 900 prajurit di Randulawang dekat
Prambanan.
47. Januari-Juni 1743, saling serang antara
pasukan Pringgalaya dibantu oleh satuan pasukan dari Makassar, Mandar, dan
Ternate mengejar pasukan Sunan Kuning di Randulawang.
48. 3 Juni 1743, VOC mengirim ekspedisi di bawah
Van Hohendorff dengan 1.007 serdadu (223 di serdadu Eropa), menyerang
Randulawang. Sunan Amangkurat V bersama Kapitan Sepanjang dan Raden Mas Said
mundur ke timur menuju Nguter lalu ke Keduwang.
49. 14 Juni 1743, pertempuran pasukan Raden Mas
Said dan Raden Panghulu melawan Wangsadipa dan VOC di Tembayat.
50. September 1743, Sunan Kuning dan Kapitan
Sepanjang bergabung dengan Laskar Untung Surapati dan bergerilya di selatan
Surabaya. Dalam satu pertempuran, Sunan Kuning terpisah dari Kapitan Sepanjang.
51. 2 Desember 1743, VOC menahan Sunan Kuning,
yang menyerah di Surabaya, dibawa ke Batavia, kemudian dibuang ke Sri Lanka.
52. Akhir 1743, Kapitan Sepanjang dan sisa pasukan
bergerak ke arah Blambangan sambil menyerang pos-pos VOC. Catatan terakhir VOC
(1750-an) menyebutkan Kapitan Sepanjang pindah ke Bali dan mengabdi pada sebuah
kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar