Prasasti Kedukan Bukit bertarikh 604 Saka (682 M) dan
merupakan prasasti berangka tahun yang tertua di Indonesia. Terdiri atas
sepuluh baris, tertulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno,
masing-masing baris berbunyi sebagai berikut:
1 Swasti, sri.
Sakawarsatita 604 ekadasi su-
2 klapaksa wulan Waisakha
Dapunta Hyang naik di
3 samwau mangalap
siddhayatra. Di saptami suklapaksa
4 wulan Jyestha Dapunta
Hyang marlapas dari Minanga
5 tamwan mamawa yang wala
dua laksa dangan kosa
6 dua ratus cara di
samwau, dangan jalan sariwu
7 telu ratus sapulu dua
wanyaknya, datang di Mukha Upang
8 sukhacitta. Di pancami
suklapaksa wulan Asada
9 laghu mudita datang
marwuat wanua .....
10 Sriwijaya
jayasiddhayatra subhiksa
Terjemahan dalam bahasa Indonesia modern:
‘’ Bahagia, sukses. Tahun Saka
berlalu 604 hari kesebelas paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di perahu
melakukan perjalanan. Di hari ketujuh paroterang bulan Jesta Dapunta Hyang
berlepas dari Minanga tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan dua
ratus koli di perahu, dengan berjalan seribu tiga ratus dua belas banyaknya,
datang di Muka Upang sukacita. Di hari kelima paroterang bulan Asada lega gembira
datang membuat wanua ..... Perjalanan jaya Sriwijaya berlangsung sempurna’’
Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas
paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
sampan mengambil siddhayātra. di hari ke tujuh paro-terang
bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
tambahan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan
dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)
sukacita. di hari ke lima paro-terang bulan…(Asada)
lega gembira datang membuat wanua…
Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna…
Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra
(perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang
(Yang Dipertuan Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara
lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanan itu bukanlah piknik,
melainkan ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan
Bukit, kita mendapatkan data-data:
Dapunta Hyang naik perahu tanggal
11 Waisaka 604 (23 April 682) Tidak ada keterangan dari mana naik perahu dan
mau ke mana. Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei)
dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara. Rombongan lalu tiba di Muka Upang
(sampai kini masih ada desa Upang di tepi Sungai Musi, sebelah timur
Palembang). Dapunta Hyang membuat ‘wanua’ tanggal 5 Asada (16 Juni).
Prasasti Kedukan Bukit hanya
menyebutkan gelar Dapunta Hyang tanpa disertai nama raja tersebut. Dalam
prasasti Talang Tuwo yang dipahat tahun 606 Saka (684 M) disebutkan bahwa raja
Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanasa menitahkan pembuatan Taman Sriksetra
tanggal 2 Caitra 606 (23 Maret 684). Besar kemungkinan dialah raja Sriwijaya
yang dimaksudkan dalam prasasti Kedukan Bukit.
Timbul setumpuk pertanyaan: Di manakah letak Minanga? Benarkah Minanga
merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya, ataukah hanya daerah taklukan Sriwijaya?
Apakah arti kalimat ‘marwuat wanua’? Benarkah kalimat itu menyatakan
pembangunan sebuah kota seperti pendapat banyak ahli sejarah? Benarkah
peristiwa itu merupakan pembuatan ibukota atau perpindahan ibukota Sriwijaya?
Demikianlah prasasti Kedukan Bukit mengandung banyak persoalan yang tidak
sederhana. “This text has caused much ink to flow,” kata Prof. Dr. George
Coedes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar