Jumat, 21 Agustus 2020

PANGERAN SURAWIYOTO SABA KIKIN




~Pangeran Surawiyata atau Saba Kikin adalah anak dari pecat Tanda Terung (Husen) . sedangkan raden Surya adalah putra dari Raden Fatah (Hasan) pendiri kesultanan demak bintoro. mereka berdua adalah kakak beradik yang datang dari Palembang.
Yang menarik menegenai Jin Bun ketika dinarasikan di cerita sejarah lasem. Jin Bun adalah seorang bajak Laut yg bermarkas di Teluk Meco.
Dalam catatan Tome Pires, tentang Jawa... Kakek Pate Onus menaklukkan Jepara dengan cara bajak laut.

Di Rembang ditempati oleh Pate Orub. Sedangkan di Tedunan ditempati oleh Pate Morub. Tedunan merupakan daerah yang rame berpenduduk kira-kira 2000 jiwa. sedangkan di Jepara baru sekitar 200 jiwa. Pate Morub sangat di hormati oleh Pate Rodin.
Dari penelusuran kami dari teman teman yayasan arga kencana pati, wilayah Tedunan dan Teluk Meco adalah bersebelahan. Walaupun Teluk Menco dan Tedunan sekarang terletak berbeda kabupaten, tetapi sama sama berada di tepi pantai pesisir laut utara jawa.

Teluk Menco masuk kecamatan Wedung Kab Demak, Sedangkan Tedunan masuk kecamatan Welahan Kab Jepara.
Jadi antara keterangan Tome Pires, ada korelasinya dengan cerita sejarah lasem
Saba Kikin adalah pangeran sekar seda Laut, adipati Matahun bin pecat tanda Terung atau Hasan anak Arya Abdilah. Hasan adik Jin Bun, memperanakan Saba Kikin (Surawiyata atau Sekar sedo laut) menurunkan, Raden Sariman atau dalam babad tanah jawa di kenal Arya Penangsang dan adiknya Arya Matahun.
Dari kajian dan penelitian berdasar narasi yang kami himpun, Pati Unus bukan raja Demak ke dua. Pati Unus adalah menantu raden Fatah. Raja ke dua Demak adalah pangeran Surya, Makamnya berada di komplek masjid agung Demak dan sudah di renovasi total oleh Pakubuono ke III. Pati Unus meninggal saat menyerbu portugis di malaka di 1518 M.

Narasi Tome Pires di soma oriental membuka tabir gelap sejarah Demak. Pate Onus bukan Pate Rodin yunior.
Sunan kudus atau Ja'far sodiq meninggalkan Demak setelah diangkat menjadi Panembahan Kudus menggantikan kakak iparnya yg bernama Amir Said atau Amir Aji setelah Amir Aji bin Usman Aji ( Sunan Ngundung) menguasai Muria dari tangan Umar Said atau Raden Sahid Kusuma Hastuti sunan kalijaga bin Santi Kusuma.

Sultan Trenggana bertahta di Demak karena berhasil merebut(mengkudeta) kakak iparnya yaitu Raden Surya (Sultan Demak II) atas Konspirasinya dengan Raja Siak dan Pahang, juga Portugis, ketika Ekspedisi melayu jilid II. Sultan Trenggana naik tahta menggantikan Raden Surya menjadi Sultan Demak ke III. Hingga terbunuh oleh abdi pembawa dirinya sendiri, seorang budak laki-laki yang cantik (mairil) ketika sultan trenggono menyerang Panarukan. Jadi Trenggana mati tidak pada posisi sebelum berperang yang di kisahkan Dan ditusuk pisau dapur oleh budak pembawa sirih. Hingga timbullah rasa kekecewaan para Bupati pesisir yang membantu Trenggana menyerang panarukan kecewa karena tidak jadi mendapatkan jarahan perang. Akhirnya menjarah Demak yang sudah kalah perang hingga mengkorbankan banyak harta benda dan ratusan ribu nyawa.
Lantas benarkah Penangsang terlibat? Penangsang yang mengetahui kekacauan Demak atas perintah sunan kudus Ja'far sodiq di utus untuk kembali saja ke Palembang melanjutkan tahta kakek buyutnya disana.
Jadi, kisah yang menceritakan kebohongan sejarah berdasar Babad Tanah Jawa ,sejarah versi Mataram. Yang menceritakan Arya Penangsang melawan Sutawijaya Panembahan Senapati Mataram, hanya untuk melegitimasi kekuasaan heroisnya raja Mataram yang sebenarnya tidak pernah ada.

sumber
*Perene Gina Cao mendes pinto
*Hikayat Hasanudin Babad Banten
*Soma oriental Tome Pires
*Babad Tanah Jawa
*Pustaka Caruban Nagari
*Serat Kandha
*Babad *Sangkalaning Momana
Penulis bapak asib pemerhati sejarah pati yayasan arga kencana


Selasa, 18 Agustus 2020

JAWA MENURUT CATATAN TOME PIRES






  ~Deskripsi dan orang yang makmur dan bangga dalam pulau Jawa   dan Sunda yang kaya dan sopan - apa bisa dikenal dari mereka. Kisah akan dimulai dengan kerajaan Sunda dan dari di sana kita akan berakhir di Blambangan (Bulambuam), itulah akhirnya dari tanah yang diketahui yang memiliki pate, dan setelah kita berbicara tentang tuan yang tinggal di pantai laut, kami akan membicarakannya raja kafir besar di pedalaman Jawa dan di sekitarnya kepala kapten Guste Pate, dan kita akan mulai dengan menjelaskan apa itu dikenal dari kerajaan sunda. Ini adalah tanah di Jawa yang memiliki pate, tuan dan
gubernur, dan sekarang untuk Sunda. Pertama raja Qumda dengan kota besarnya Dayo, kotanya dan tanah dan pelabuhan Banten, pelabuhan Pontang (Pomdam), pelabuhan Cheguide, pelabuhan Tamgaram, pelabuhan Calapa, pelabuhan Chi Manuk (Chemano); ini Sunda, karena Sungai Chi Manuk adalah batas kedua kerajaan.

Sekarang datanglah Jawa dan kita harus berbicara tentang raja di dalam pedalaman. Tanah Cherimon (Cheroboam), Tanah Japura, itu Tanah Losari (Locarj), Tanah Tegal (Teteguall), Tanah Samarang (Camaram), tanah Demak (Demaa), Tidunan (Tidumar), Tanah Japara, Tanah Rembang (Ramee), itu Tanah Tuban (Tobam), Tanah Sidayu (Cedayo), Tanah Grisee (Agacij), Tanah Surabaya (Curubaya), Tanah Gamda, Tanah Blambangan, Tanah Pajarakan (Pajarucam), tanah Camta, tanah Panarukan (Panaruncd), tanah Chamdy, dan ketika ini berakhir kita akan membicarakannya pulau besar madura Sebagian orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda mengambil separuh dari seluruh pulau Jawa; orang lain, kepada siapa otoritas lebih Diatributkan, katakanlah kerajaan Sunda harus menjadi bagian ketiga pulau dan kedelapan lainnya. Mereka mengatakan bahwa pulau itu Sunda adalah tiga ratus liga. Itu berakhir di sungai Chimanuk

Pires tidak menepati janjinya, karena dia hanya banyak bicara tentang Madura
kemudian, di akhir akun semua pulau di Nusantara Timur.

Mereka mengatakan bahwa sejak awal Tuhan membagi Pulau Jawa dari Sunda dan Sunda dari Jawa di tepi sungai tersebut, yang memiliki pepohonan dari satu ujung ke ujung lainnya, dan mereka mengatakan pohon-pohon di setiap sisi bersandar ke setiap negara dengan cabang-cabang di tanah, pohon-pohon besar dan tinggi indah.
Raja Sunda adalah seorang kafir dan [begitu pula] semua penguasa di
kerajaan. Sunda adalah [tanah] kesatria, pejuang pelaut—
mereka mengatakan lebih dari pada orang Jawa, menerima semuanya. Mereka orang-orang adalah pria bertubuh bagus, berkulit gelap, dan kuat. Putra raja Sunda. mewarisi kerajaan, dan jika tidak ada anak yang sah, kerajaan itu akan lewat pemilihan orang-orang hebat di kerajaan. Itu adalah kebiasaan Sunda untuk para istri raja dan bangsawan ketika membakar diri dia meninggal; dan begitu juga ketika ada orang yang lebih rendah meninggal di rumahnya hal yang sama dilakukan, yaitu jika mereka ingin melakukannya, bukan karena
wanita dibujuk oleh kata-kata untuk mati, hanya mereka yang menginginkannya lakukan atas kemauan mereka sendiri. Dan mereka yang bukan Beguines menjalani hidup terpisah dan orang tidak menikahi mereka. Yang lainnya menikah tiga atau empat kali. Beberapa orang ini terbuang di negeri ini. Tanah sunda memiliki sebanyak empat ribu ekor kuda yang mana datang ke sana dari Priaman dan pulau lainnya untuk dijual. Sudah habis untuk empat puluh gajah; ini untuk jajaran raja. Kerajaan Sunda diatur dengan adil; mereka adalah pria sejati. Orang-orang dari pantai laut bergaul dengan baik dengan para pedagang di darat. Mereka terbiasa berdagang. Orang Sunda ini sangat sering datang ke Malaka untuk berdagang. Mereka membawa lancharas kargo, kapal seratus lima puluh warna. Sunda memiliki hingga enam jung dan banyak lancharas dari jenis Sunda, dengan tiang-tiang seperti burung bangau (?), dan langkah di antara setiap langkah sehingga mudah dinavigasi. Setelah raja Sunda, yang disebut Samg Briamg, dan miliknya raja muda, yang disebut Cocunam, dan setelah Bendahara, siapa disebut Macobumj, di negara itu, datanglah para bangsawan kapten kota dan tempat dan pelabuhan. Seperti di Jawa, para bangsawan dipanggil pate; dalam bahasa sunda mereka disebut paybou: for Misalnya, paybou ini dan itu dari tempat ini dan itu, karena bahasa Sunda bukan bahasa Jawa, bukan bahasa Jawa Sunda, meskipun hanya satu pulau yang dipisahkan oleh sungai ChiManuk. [Ini] sangat sempit di beberapa tempat, tetapi tanahnya bergabung dan semua satu pulau, dan memiliki divisi yang memotong dan menjalankannya melalui itu sehingga dalam dua, tapi siapa pun yang berada di negara akan melihat ini, karena di tempat cabang-cabang pohon terluar saling bersentuhan.
 
Kota tempat raja hampir sepanjang tahun adalah kota besar w eret e j ^ a ^ 0i Kota ini memiliki rumah-rumah dari daun palem dan kayu yang dibangun dengan baik. raja adalah. J J r Mereka mengatakan bahwa rumah raja memiliki tiga ratus tiga puluh tiang kayu setebal tong arak, setinggi lima depa, dan kayu yang indah di atas pilar, dan sangat rumah yang dibangun dengan baik. Kota ini berjarak dua hari perjalanan dari kepala desa pelabuhan, yang disebut Calapa. Raja adalah olahragawan hebat dan pemburu. Negaranya berisi rusa jantan tanpa nomor, babi, lembu jantan. Mereka melakukan ini hampir sepanjang waktu. Raja memiliki dua kepala istri dari kerajaannya sendiri dan hingga seribu memiliki dua kepala istri dari kerajaannya sendiri dan hingga seribu selir. Orang Sunda dikatakan jujur.

Merchan- Ini memiliki jumlah lada yang lebih baik dari itu karena sampai seribu bahar setahun; itu memiliki banyak dari Sunda. paprika panjang; itu memiliki cukup asam untuk memuat seribu kapal; itu terutama perdagangan budak laki-laki dan perempuan yang merupakan penduduk asli negara | serta lainnya yang mereka bawa dari kepulauan Maladewa, Fol. i48r
karena mereka bisa pergi dari Sunda ke kepulauan Maladewa dalam enam atau tujuh hari. Barang dagangan utama mereka adalah beras. Sunda juga punya emas dari delapan pasangan bukti. Ia memiliki banyak sekali kain kasarnya sendiri baik, yang juga datang ke Malaka.

Ada beras Sunda yang bisa jual, setahun sampai sepuluh sampah, Makanan-sayuran tak terbatas, daging yang tak terhitung jumlahnya, babi, kambing, domba, sapi dalam jumlah banyak; itu memiliki anggur; itu berbuah; itu sebanyak Jawa; dan mereka sering datang dari Sunda ke Jawa untuk berjualan beras dan bahan makanan, dan dua atau tiga jung datang dari Malaka ke Sunda setiap tahun budak, nasi, merica, dan pangajava makan dari Sunda ke Malaka setiap tahun dengan barang dagangan tersebut, dan ambil yang berikut ini kembali ke Sunda:
 Mereka membeli sinabaff putih, besar dan kecil, synhava, Merchan-
pachauelezes, balachos, atobalachos (ini adalah kain putih). Mereka belilah kain kling, gulungan ubin besar dan kecil yang kemudian dapat dipasarkan, dan mereka membeli banyak. Mereka membeli pachak, catechu dom of dan benih dari Cambay. Mereka membeli bretangis dan pakaian dari Sunda.
Cambay, liburan, tiricandies, cay des dalam jumlah. Banyak sekali
 digunakan di sana dan dibeli untuk emas. Pinang, air mawar dan sejenisnya yang dibeli di Sunda. Uang kecil, uang tunai dari Cina. Mereka ditembus bagian tengah seperti ceitis, sehingga dapat dijalin menjadi ratusan. Setiap seribu bernilai lima Malaka calais; untuk uang besar emas asli dari delapan pasangan bukti saat ini, yang bernilai tiga
seratus calais (sembilan cruzados) tumdaya (yang mana lima belas drum ditimbang dengan baik). Kerajaan Sunda memiliki pelabuhannya. Yang pertama adalah pelabuhan Banten. Sampah berlabuh di pelabuhan ini. Ini adalah [sebuah] perdagangan [pelabuhan]. Sana adalah kota yang bagus di sungai. Kota ini memiliki seorang kapten, seorang yang sangat penting orang tant. Pelabuhan ini berdagang dengan pulau-pulau Maldive dan dengan pulau Sumatera di sisi Panchur. Pelabuhan ini hampir yang paling penting dari semuanya; sebuah sungai bermuara di sana melalui laut. Memiliki banyak nasi dan bahan makanan dan merica.
 
Pelabuhan kedua di kerajaan Sunda tersebut, menuju Japara, adalah Pontang, yang merupakan pelabuhan yang lebih kecil dari Banten. Ini memiliki kota yang hebat. Orang-orang yang berdagang dengan pelabuhan disebutkan di atas perdagangan di pelabuhan ini. Pelabuhan ini berada di sungai di laut. Mereka mengatakan bahwa jung berlabuh di sana dan itu adalah perdagangan Pelabuhan. Ada nasi, bahan makanan dan merica. Yang ketiga, mengikuti arah yang disebutkan, adalah pelabuhan The port
Cukup. Pelabuhan ini juga memiliki kota yang bagus. Mereka yang kita telah menyebutkan perdagangan di sana, dan Priaman, Andalas, Tulan Bawang, Sekampung dan tempat lainnya. Sampah berlabuh di sana. Itu memiliki kapten penting. Ada nasi, sayur, merica, banyak bahan makanan. Pelabuhan keempat adalah Pelabuhan Tamgara. Ini adalah pelabuhan seperti di atas. Pelabuhan Ia memiliki kota dan perdagangan yang bagus. Ia memiliki seorang kapten. Ini adalah perdagangan tempat seperti semua yang disebutkan di atas. Ia memiliki hal-hal yang lain memiliki. Pelabuhan Calapa adalah pelabuhan yang luar biasa. Itu yang paling penting dan terbaik dari semuanya. Di sinilah perdagangan terbesar dan ke mana mereka semua berlayar dari Sumatra, dan Palembang, Laue, Tamjompura, Malaka, Makasar, Jawa dan Madura dan banyak lagi tempat lain. Negara-negara ini juga berdagang di pelabuhan lain.

catatan tome pires

Minggu, 16 Agustus 2020

PRASASTI HORRN





Prasasti Horren

Prasasti Horren hanya ditemukan satu lempeng dengan panjang 36,6 cm, lebar 10,5 cm dan tebal 2 mm. Bentuk aksara segi empat dan tiap garis lurus dibengkok dan kuncir di belakang aksara diperpanjang ke bawah hingga menyerupai tanda a panjang. Saat ini prasasti Horren tersimpan di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.
Isi prasasti tidak begitu jelas karena hanya satu lempeng saja yang ditemukan. Intinya penduduk desa Horren datang menghadap Sri Maharaja dan memohon supaya desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan diwariskan kepada anak keturunannya selama-lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan keinginan ini menjadikan sedihnya penduduk desa Horren (?). Tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri yang menjadi tujuannya (?).

Dikatakan bahwa tidak berapa lama setelah penduduk desa Horren mengirim upeti, datanglah serangan musuh. Serangan yang tidak terduga dan tak diketahui itu menimbulkan kerusakan yang tiba-tiba. Lagi pula secara mendadak datanglah musuh dari Sunda.

Penduduk desa Horren mengorbankan diri demi membebaskan Sri Maharaja yang ragu-ragu di medan pertempuran ketika tiba-tiba musuh datang dari pegunungan. Begitu besarnya beban dan usaha penduduk desa Horren yang disertai hujan dan panas diibaratkan bagaikan ujung batu karang yang dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya. Itulah keutamaan dari usaha penduduk desa Horren yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Maharaja dan alasan diberikannya anugerah atas permohonan penduduk desa Horren.

Menurut W. F. Stutterheim, prasasti ini diduga berasal dari masa Majapahit. Tetapi jika diperhatikan tampaknya gaya dan struktur bahasanya lebih dekat kepada bahasa Jawa Kuno abad XI masehi.

Yang menimbulkan pertanyaan adalah siapa sang raja yang memberi anugerah penduduk desa Horren dan siapa raja Sunda yang pernah menyerang raja Jawa?




haji. mānațha. kuņda. pinupu pingro katiga kasaha. padamlaknang sang hyang ājñā haji prāçastī, sa
mbandha. ikang waramgajgi i horrěn maněmbah i Ibu paduka çrī mahārāja. manghyang i knohan ya
n sumima thānīnya. umagěhakna kālīliranā dening wkāwetnya. měnne hlěm tka ri dlāha ni
dlāha. mangkana mittā mangkana manastapa nikang warggaji i horrěn. tan kasumbat swakarmmanya
ri kahāmběknya. nyan deni tanpāntara hakirim tka ni çatru. tātan hana sangka ni panghuninga
ring kaharadara. nguniweh an dadyan tumangga-tangga datang nikanang çatru sunda. mangkana rasā ning paněmbah ni
IIb.

kanang warggāji i horrěn. i Ibu ni pāduka çrī mahārāja, kunang sangkāri mahasara nikāhotsa
hā nikanang warggaji i horrěn. makanimittă pinakahujung karang paminggir. catu ni matingkah bāba
han nitya lot kahudanan kapyeyan. makadadah çari ni paprīhakěn Ibu ni paduka çri mahā
rāja. ri samarakaryya sarisari tumāmaha sadatang ni salmah wukir nikanang çatru. i katakottama
ni pamrih nikanang warggaji i horrěn. ika mangkāna ya tika nuwuhakěn murby arěna sama i çri ma
hārāja. hetu ni turun i kārunya çri mahārāja. i manghyang nikanang warggaji i horrěn. 

Alih bahasa Sunting
IIa.

haji (raja), Manatha, Kunda, dipungut dua kali, ketiga, kesembilan. Dibuatlah prasasti raja untuk desa itu.
Yang menjadi sebabnya ialah warga desa Horrěn datang menghadap raja dan memohon supaya
desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan dapat diwarisi oleh anak keturunannya sejak sekarang hingga kemudian untuk selama
lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan (keinginan ini) menjadikan sedihnya warga desa Horrěn. Tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri
yang menjadi pikiran/tujuannya. Tidak berapa lama antaranya setelah (mereka) mengirim (upeti), datanglah musuh. Tidak ada dugaan atau yang mengetahui
tentang kerusakan yang tiba-tiba; lagi pula secara mendadak datanglah musuh (dari) Sunda. Demikianlah isi permohonan
IIb.
warga desa Horrěn kepada Sri Maharaja. Karena besarnya beban serta usaha
warga desa Horrěn yang bagaikan ujung batu karang dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya,
yang selalu kehujanan dan kepanasan dan mengorbankan diri dengan maksud untuk mengusahakan/membebaskan Sri Maharaja
dari medan pertempuran yang ragu-ragu karena dimasuki dan didatangi musuh dari tanah dan bukit/gunung dengan tiba-tiba. Itulah keutamaan
dari usaha warga desa Horrěn. Usaha itulah yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Ma
haraja. Itulah yang menjadi alasan turunnya anugerah Sri Maharaja atas permohonan warga desa Horren


Sumber :
Sejarah Nasional Indonesia II
Laporan Penelitian Epigrafi Jawa Tengah


Sabtu, 15 Agustus 2020

BORNEO ATAU KALIMANTAN DALAM CATATAN TOMME PIRES




Kalimantan terdiri dari banyak pulau, besar dan kecil1 . 

Mereka hampir semuanya dihuni oleh orang kafir, hanya yang utama yang dihuni oleh Moors; tidak lama sejak raja menjadi orang Moor. Mereka tampaknya menjadi orang perdagangan. Pedagangnya adalah laki-laki menengah perawakannya, tidak terlalu cerdas. Mereka berdagang langsung dengan Malaka setiap tahun. Ini adalah negara dengan banyak daging, ikan, nasi, dan sagu. Mereka membawa emas, yang memiliki nilai assay rendah, lebih rendah dari apapun emas lainnya di bagian ini; mereka membawa setiap tahun hingga dua atau tiga bahar kapur barus yang sangat berharga. Kategori ini bervariasi nilai menurut ukuran [jumlah]: kategori [bernilai] dari dua belas sampai tiga puluh atau empat puluh cruzados menurut jenis dan kualitas. Mereka memiliki banyak myrobalans chebulic yang mereka miliki bawa untuk dijual. Mereka membawa lilin, madu, beras dan sagu, [yang] merupakan bahan makanan untuk kelas bawah - semacam remah roti yang dibuat seperti sweetmeats - dan bernilai. Mereka membawa orracas. 

Mereka tidak membayar bea di Malaka; mereka menyerahkan hadiah, yang datang ke hal yang sama, karena pria yang harus Memproduksi itu diberitahu oleh xabandar hadiah apa yang harus dia berikan. Mereka mengambil pakaian dari Kling dan dari Bengal, yaitu. Merchan kotak-kotak melengkung, beberapa jenis purawa segala jenis, panchauilizes dan synhavas; mereka mengambil lengan Cina- Malaka memungkinkan kuningan; mereka mengambil banyak manik-manik kaca berwarna Cambay, dan manik-manik mutiara; mereka meminta manik-manik merah; dan dengan ini mereka pergi ke pulau-pulau di mana ada emas dan menerimanya ditukar dengan kain, dan manik-manik saja. Setiap tahun mereka memiliki dua musim hujan untuk membawa mereka dan dua musim hujan yang lain untuk mengambilnya kembali. Mereka pergi dari Malaka ke Kalimantan dalam bulan dan jung mereka melakukan perjalanan kembali di bulan lain. Itu Orang Kalimantan tampaknya pria yang suka damai


sumber : dari catatan tome pires.



Minggu, 09 Agustus 2020

MENGIDENTIFIKASI KEN AROK PENDIRI TUMAPEL DAN SANNA AYAH SANJAYA PENDIRI MATARAM KUNO

 






Siapakah ayah dan ibu dari ken arok dan sanna ini....?
apakah kedua ayah dan ibu dari kedua tokoh ini fiksi yang sama sekali tidak termuat dalam prasasti manapun,,,?

~Dalam sejarah ken arok ialah awal dari berdirinya kerajaan tumapel di jawa timur, dan sanna di sebut sebut sebagai ayah sanjaya awal berdirinya kerajaan medang mataram kuno, Ayah dan ibu dari kedua tokoh sejarah jawa ini minim sekali sumber sejarahnya bedasarkan temuan prasasti,  yang ada hanya bersumber dari sebuah catatan ilmiyah yang di tulis sekisaran abad ke 16 san yang kemukinan tidak di tulis sezamannya. sejarah ken arok yang kita kenal berawal dari serat pararaton dalam pararaton ia di kisahkan sebagai anak pungutnya gajah para dan Sanna dalam carita parayangan ia di kisahkan sebagai anaknya sang prabhu suraghana Rahyang mandiminyak.

  Awal kemunculan raja sanna ini sendiri muncul dalam prasasti canggal Yang berangka tahun 654 caka atau 732 M, pada bait 8 sampai ke 11 dalam prasasti canggal menuliskan bahwasannya  Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung. Pengganti raja Sanna yaitu putranya yang bernama Sanjaya yang di ibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya Sannaha.

Sannaha berdasarkan carita parayangan menyebutkan, Dewi Sannaha adalah putri prabu Suraghana atau Rahyang Mandiminyak dengan Dewi Parwati (putri Ratu Shima kalingga), yang kemudian menikah dengan Sanna  Prabu Bratasenawa. Sannaha dan Sanna adalah saudara seayah tetapi beda ibu, JIKA di tinjau dari naskah Carita Parahyangan Sannaha putri Rahyang Mandiminyak dari Dewi Parwati, sedangkan Sanna putra Rahyang Mandiminyak dari Pwahaci Rababu hasil hubungan gelap.  ketika mereka berdua Rahyang Mandi Minyak dan Pwahaci Rababu ini menikah kemudian melahirkan Sanjaya yang menurut prasasti mantyasih yang di keluarkan oleh Rakai watukura dyah balitung pada tahun 907 M. sanjaya bergelar Rakai mataram sang ratu sanjaya. Dalam prasasti mantyasih ini terpampang jelas daftar raja raja jawa kuno mulai dari sanjaya sampai ke Dyah balitung.

Hanya bersumber dari naskah carita parayangan sanjaya adalah putra Sanna dengan Sannaha dan cucunya Prabu Suraghana Rahyang Mandiminyak raja kerajan Galuh kedua. Disebut pula bahwa Rahyang Mandiminyak adalah putra Wretikandayun raja galuh pertama.
Prabu Suraghana Rahyang Mandi Minyak memiliki dua saudara, yang pertama bernama Rahyang Sempakwaja, yang kedua bernama Rahyang Kidul. Rahyang Mandiminyak berhubungan gelap dengan Pwahaci Rababu (istri Rahyang Sempakwaja), dari perkawinannya Rahyang Mandiminyak memperoleh putra bernama Sanna. Sanna yang beristrikan sannaha inilah yang melahirkan SANJAYA pendiri mataram kuno

Sanna menggantikan ayahnya (Rahyang Mandiminyak) menjadi raja Galuh ketiga bergelar Prabu Bratasenawa selama 7 tahun. Pada masa pemerintahan Sanna timbul perebutan kekuasaan oleh Rahyang Purbasora (putra Rahyang Sempakwaja yang nomer dua), pada hakikatnya kedua orang tersebut berdarah satu ibu (Pwahaci Rababu) tetapi beda ayah. Dari perebutan kekuasannya Sanna dan Sannaha kemudian mengasingkan diri ke gunung merapi jawa tengah. Di tempat itulah Sanna dan Sannaha memperoleh putra bernama Rakai Jambri alias Sanjaya. Setelah dewasa ia berhasil merebut kekuasaan Rahyang Purbasora atas bantuan raja Sunda Tarusbawa dan kemudian Sanjaya menjadi raja Galuh. yang untuk selanjutnya ia menetap di Medang matam sebagai pendiri kerajaan mataram kuno,

Bisa di simpulkan ayah dari sanjaya pendiri mataram kuno sudah jelas tertulis dalam prasasti canggal bertarih tahun 732 M. yang bernama raja sanna dan belum di temukan prasasti yang menceritakan atau menuliskan raja sanna anak dari prabu Rahyang Mandiminyak raja galuh ke dua, Hanya bersumber dari naskah cerita parayangan lah yang menuliskan bahwasanya Sanna anak sang prabu Rahyang Mandiminyak atau Prabu Suraghana.  




MENGINDETIFIKASI AYAH DARI KEN AROK PENDIRI TUMAPEL

 ~Ken Arok di kenal sebagai penguasa tumapel yang menurut kitab Negarakertagama bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Dalam serat Pararaton menulis Ken Arok atau Ken angrok sedangkan dalam negarakertagama tertulis sri ranggah rajasa atau Sri Rajasa bhatara sang amurwabhumi.

Ken Arok atau Ken angkro dalam serat Pararaton di kenal sebagai keturunan raja jenggala dugaan ini di kuatkan dengan berita yang bersumber dalam serat pararaton yang menyebut bahwasannya ken arok putra atau titisan dewa brahma dan kemudian di ambil anak oleh dewa siwa dan pada akhirnya pada dirinya menitislah darah dewa wisnu dalam hal ini pararaton menulis bahwasannya dalam diri ken arok menitis tiga dewa-dewa utama dewa brahma, dewa siwa dan dewa wisnu akan tetapi ken arok lebih di kenal sebagai putra girinata yang memiliki kesamaan makna bahwa ken arok keturunan raja jawa penganut siwa. tiada yang lain beliulah sang raja jenggala sang maha raja girindra menurut tafsir siswi sang dalam karya bukunya yang berjudul girindra.
Dengan sepontan orang yang baru membaca sejarah Ken Arok yang bersumber dari serat Pararaton langsung menyimpulkan bahwasannya Ken Arok itu keturunannya trimurti, atau yang di sebut dewa Brahma dewa Siwa dewa Wisnu.

Secara logika dalam fikiran manusia setelah nabi adam alaihi salam di ciptakan BELUM ada lagi manusia di dunia lahir tanpa ayah dan ibu sosok ken arok pendiri tumapel pastinya mempunyai ayah dan ibu tetapi dalam ilmu sejarah belum lagi di temukan prasasti yang mengidentifikasi sosok dari ayah dan ibunya ken arok dugaan kuat yang bersumber dari serat pararaton di kenal sebagai raja jenggala atau prabu girindra yang mempunyai kesamaan makna bahwasanya ken arok keturunan raja jawa penganut SIWA tiada yang lain raja jawa penganut siwa ialah sang maha raja girindra batara parameswara



Ssumber Hepotesa sejarah ini bedasasrkan  
Serat pararaton
Kitab Negarakertagama
Carita parayangan
Prasasti canggal
Prasasti mantyasih Dan
Tafsiran baru buku sejarah GIRINDRA para raja tumapel majapahit karya pak siwi sang
SILAHKAN DI KOREKSI DAN JIKA ADA DATA DATA SEJARAH BARU TERKAIT TULISAN DI ATAS SILAHKAN DI TAMBAHKAN

Penulis : Wong Kang Ino

Jumat, 07 Agustus 2020

Prasasti Wanua Tengah III

 


Tahun prasasti               : 830 Ś =   908 M
Aksara                               : Jawa-kuna
Bahasa                               : Jawa-kuna
Media                                : Lempeng tembaga. Lempeng pertana satu sisi ditulisi 17 baris,
Lempeng kedua sisi depan ditulisi 26 baris dan sisi belakang
ditulisi 18 baris.
Tempat temuan           :
Disimpan                       : BPCB Jateng
Referensi                      : Boechari (transkripsi lepas);Buchari 2012:484-491; Kusen 1984,Kompas,1988,
1988/9,
Trigangga, 1994: 22-26; Djoko Dwiyanto, 1986:92-110     ;Riboet
Darmosoetopo, 1997: 394 -418.


Transkripsi
I.B
  1. wuara sira rahyanta i hara naranira ari rahyanta ri mdaŋ. sira ta magawai bihāra I pikatan tutuganniŋ tanda. iŋ śaka 668 aśuji māsa pañcadasi śukla. pa. pa. aŋ
  2. adiri rakai panankaran. sira ta umarpanākan ikanaŋ sawah haji lān wanua tnah watak pikatan ri kanaŋ bihāra i pikatan. luā ni kanaŋ sawah panawetanña lamwyan
  3. lor dpa sihwā 182 panwaitanya lamwyan kidul dpa sihwā 162 panalorña lamawyan waitan dpa sihwā 162 panidulña lamwyan kulun dpa sihwā 162 winih
  4. ña tū 3. Iŋ śaka 706 cetra māsa daśami śukla. pa ka śa. wāra aŋdiri rake panaraban. tanniulahulah ikanaŋ sawah lān i wanua tnah antama rikanaŋ bihāra i pikatan. iŋ śaka 725 cetra
  5. māsa śsati śukla.   pa   u   śu. wāra   mandiri   rakai wrak dyah manara. sira ta umabak ikanaŋ sīma. pjah rke warak siraŋ lumah I kelāsa. iŋ śaka 749 śrawana māsa. catur daśi krsna. wa pa śu. wāra. man
  6. diri dyah gula, tannuwah atah ikanaŋ sīma ri kanaŋ bihāra i pikatn. iŋ śaka 750 māgha māsa dwitśya śukla. p u ā. wāra. adiri rake garuŋ ank saŋ lumāh i tūk. sira ta umaluyakan ikanaŋ sa
  7. wah śima i rikanaŋ  bihāra i pikatan. swasti śakawarsātīta 751 mārggasira māsa tithi caturdaśi śuklapaksa. wu wa wr. wāra. tatkāla śrī mahārāja rakai garuŋ umaluyaka
  8. n ikanaŋ sawah haji lān I wanua tnah sīma ni bihāra i pikatan. ikanaŋ binabak śrī mahārāja saŋ lumāh i kelāsa. patih tatkāla wka pu tangal. Sirikan pu sūryya. Pikatn pu pañculiŋ. mamawa
  9. bihāra sa(ŋ) watu humalaŋ. wruh daŋ ācāryya dewendra. anuŋ umilu kinon śrī mahārāja umaluyakna ikanaŋ sawah i wihāra i   pikatan wahuta makudur i wka  i sirikan   palar hyaŋ. i hala
  10. ran. i wlahan i jalinan. i pankur. i tawan. i tirip. i lampi. i watu humalaŋ. i pikatan. i mamrati. i tilimpik. i tiruan. i manhuri. patih i pikatan saŋ wanua tnah pu culiŋ. saŋ
  11. tungalanin puramwat. lekan pu glam. Saŋ ra gunuŋ pu intap. saŋ samalagi pu talisū. daŋ ācāryya panajyan i pikatan bhadracanadra. patati wandāmi bhadrasūyya. wihāra swāmi saŋ ācāryya. pañcawā
  12. ra punta mandana // candrendriyagurowarse mārgga māse tathaiwaca. caturthyā śuklapakse ca. wurukuŋ mitra jiwake // ācāryya candrabhadrākhye. dhadrasūryya ca partato. ācāryya wihārapāle
  13. ca. mandane   pañcawārake // tathāpi paramācāryye. dewendre wandyawan – – te. dhyānādigunasampūrne. Subhaaaaaaage rājasatkrte // puramaddhye culiŋ sajñah. ramwat tungalanin tathā. glam sa
  14. jñah tatha lekan. intap saŋ ragunuŋ punah // talisū samalagiś ca. pañca – – ya purasattamāh. adeyawacanāh sarwwe. tepusayoga gāmisu // waka mantra tathā tangal sirikan sūryyasamjanatah.
  15. kañculī ca tathā khadgah. kuduritya widhiyate // pikatan panculiŋ nāma pāsā – – humalaŋ tathā. wihārapālako wirah. gnaŋ nāma prassyate // palar hyaŋ halaran śaiwa. wlahan dalinan
  16. tathā. pankur tawān tirip cewa. tilimpik lampi mamrati // tiru waś ca man – – -. wahuta makudur tathā. sarwwe pikānu – – trajña coditāh ksetraraksane // puramaddhye hiyat kseta
  17. wihāre paksi samjñatah panankara narendrena. manarakhye narāginā. wihārah ya nāyasya. ga – – sajna – icoditāh // nahan praśasti rake ga
II.A
  1. ruŋ ar uwahakan ikanaŋ sawah sīma ni bihāra I pikatan. pjah rake garuŋ. iŋ śaka 768 phālguna māsa pratipāda krsna. pa ka ā. wāra. mandiri rake pikatan dyah saladu. Sira ta pinduani lumabwur ikanaŋ sīma. pjah rake pikatan. i śaka
  2. 777 jyesta māsa pañcami krsna. ha wa śsa. wāra. mandiri rake kayuwani dyah lokapāla matĕhĕr tan uwah ikanaŋ sīma. pjah rake kayuwani. iŋ śaka 806 māgha māsa caturdaśi krsna. tuŋ po bu. wāra. mandiri dyah tagws tan uwah atah ikanaŋ sīma ri kanaŋ   bihā
  3. Ra I pikatan. kādĕh dyah tagwas riŋ kadatwan. iŋ śaka 807 asuji māsa pañcami krsna. paksa. pa pa bu. wāra mandiri. rake panumwanan dyah dewendra. tan uwah atah ikanaŋ sīma. kādĕh rake panumwanan iŋ kadatwan. i śsaka 808 māgha māsa. pañcami krsna. wā po bu.
  4. wāra. mandiri rake gurunwani dyah bhadra. mingat rake gurunwani. I rikanaŋ samankanātah phalguna māsa. dwitīya krsna. paksa. anāyaka ta ikanaŋ rāt rikaŋ kāla. iŋ śaka 816 mārggaśira māsa pañcami krsna. tu pa bu. wāra. manadiri rake wunkal humalaŋ dyah jbaŋ. tamolah
  5. atah ikanaŋ sawah i wanua tĕnah i śrś mahārāja pinaka kmitan nira ilua. tan uwah rikanaŋ bihāra i pikatan. pjah  rake wunkal humalaŋ. iŋ śaka 820 jyesta māsa tithi pratipāda krsnna. tu po bu. wāra irikā pāndiri śrś mahārāja rake watukura dyah balituŋ śrī
  6. iśwarakeśawotsawatungarudramūrtti. Mahūmantri nira rakryān i hino śrī daksottama bāhubajrapratipaksaksaya wisnumūrti. i śaka   826 mārggaśira māsa tithi dwitīya śuklapaksa. wu u so. wāra. irikaŋ pisor ājña nira kumonnakan saŋ hyaŋ
  7. dharma bihāra i jawa kabaih swatantrā umāryya kadandān. i śaka 827 kārtika māsa tithi caturdaśi śukla. paksa. pa po aŋ. wāra. umungah śrś mahārāja riŋ kadatwan sankā ri ñu gadiŋ. ri kanaŋ kulam i rikāŋ pamatĕpī bhatāra swāmi mahulun i lekan
  8. i rakryān mahāmantri i hino śrī   daksottama bahūbajrapratipaksaksaya. kumonakan ikanaŋ sawah sīma saŋ hyaŋ bihāra i pikatan uwahanna. yathānyan mapagĕha palunguh śrī mahārāja iŋ kadatwan. iŋ śaka 830 aśuji māsa padmanābha de
  9. watā. tithi daśami śuklapaksa tuŋ pa wr. wāra. karmmesa dewa. wālawa karana. uttarapāda naksatra. wiśwa dewa. śukla yoga. Kārmuka lagna. yama deśa. Irikā diwasa nikanaŋ sawah sīma i pikatan ninuwahakan i saŋ hyaŋ wihāra i pikatan. anuŋ kinon śrī mahārāja muaŋ rakryān mahāmantri umuwaha
  10. kna ikanaŋ sawah i wihāra i pikatan rakryān limwayan dyah guna muaŋ daŋ ācāryya iŋ tūk dhāneśwara umyāpāra ta susukana ni kanaŋ wunkal. manasĕakan daŋ sanga i pikatan pagĕh pagĕh i śrī mahārāja wdihan pilih magĕŋ yu 1 jaro yu 1 pirak dhā 8 kinonnakan ra
  11. kryān kabaih warahan an mankana parnnaha ni kanaŋ sawah haji lān i wanua tnah. rakryān i halu pu wīrawikrama. rakryān sirikan pu wariga samarawikranta. wka pu kutk pu bhāswara. tiruan saā śiwāstra. halaran pu kiwiŋ. palar hyaŋ pu pu
  12. ñjaŋ. dalinan pu manusir. manhuri pu cakra. pankur pu rañjan. tawān pu panjaluan. tirip pu wisnu, saŋ paruja i kabalān i hino kandamuhi pu tungaŋ. citralekha wunkal waran pu manĕsĕr. parujar i halu wi- ga pu damodara. i siri
  13. kan hujuŋ galuh pu ayuddhā. citralekha dharmmasinta. i wka wiridih pu danu. Citralekha halaŋ manuk dapunta wurutuk. i tiruan sumudan dapunta bhāsura. parujar I halaran sawi manuk pu dharma. i palar hyaŋ. rumakat pu baka. i dalinan
  14. rawaryya saŋ mudgalyāna. i manhuri ra nui. i pankur dĕdĕlan. i tawān rāluk. i tirip padaŋ. Kapua sira kabaih makobhaya ikanaŋ pasĕk pasĕk kaharan maparaha i sira. Kunaŋ samgat mamrata pūttara. samgat tilimpik pu sudar ina
  15. sĕan pagĕh pagĕh wdihan kalyāga yu 1 pirak dhā 4 sowaŋ. saŋ mamuat ujar i kasingahan turuhan saŋ panagar. citralekha krp pu jayamatih. i tilimpik   waka   pu babru. citralekha patilamman wineh paagĕh pagĕh wdihan yu 1 pi
  16. rak dhā 6 sowaŋ. parujar saŋ mānak iŋ kasingahan i pankur pinkanan. i tawňlikuan. i tirip airbawu. Wineh pagĕh pagĕh wdihan ragi yu 1 pirak mā 8 sowaŋ. pihujuŋ ni parujar saŋ mānak i pankur lua. i tawān sukun. i tirp pana
  17. wunan. wineh pagĕh pagĕh wdihan yu 1 pirak mā 8 sowaŋ. wahuta haji i kasingahan. i mamrati prih pu godhara. i tilimpik jukut er pu janga. wineh pagĕh pagĕh wdihan yu 1 pirak dhā 1 sowaŋ. saŋ ralua – -salaru wineh wdihan
  18. yu 1 pirak dhā 2. banigrāma i lua manabaihi pirak dhā 3 saŋ kabayan i mamrati manabehi pirak dhā 3 saŋ panuraŋ iŋ kapartayān rake wakrah pu khatwānga. turuhan saŋ panagar. saŋ kasugihan pu prajna. prsan saŋ śiha. ma
  19. laňjaŋ saŋ aghora. ronguy pu kutur. lwa iŋ kamanikan saŋ nila muaŋ saŋ drampuan. dapunta garalek. dapunta anidhana. mabaihi pirak dhā 5 sira ri ayam tĕas. lumaku manusuk wineh pirak dhā 2 hop wdihan
  20. hop panankat. sira i makudur lumaku manusuk wineh pirak dhā 2 hop wdihan. hop panankat kabayan ri ayam tĕas 2 miramirah pu rayuŋ. halaran pu dhanada. wineh pagĕh pagĕh pirak dhā1 mā 8 sowaŋ. ka
  21. bayan i makudur 2 patalĕsan pu wīryya. wawahan pu danta. wineh pagĕh pagĕh pirak dhā 1 mā 8 sowaŋ //o// pinhe i pagar wĕsi si ma – – uh rama ni sadhana. pinhe i pikatan asam paňjaŋ si syāmā rama ni bikra-i-u-a
  22. pinhai i pikatan. wijyānin si kusuma rama ni lāgah muwah pinhai i pikatan gunuŋ si mrah ramanni astiti. muwah pinhai i pikatan sam paňjaŋ si balawa. muwah pinhai i pikatan lekan si jalū rama ni – – –
  23. pinhai i tirasi iŋ si rasuk muaŋ siddawala ramani kesara. kapua wineh wdihan rĕnga yu 1 mās mā 1 sowaŋ sowaŋ. wanua- prana 1 (2?) si manhu ramani kanaka si ananta ramani kandara. muaŋ pili i – – – – –
  24. naŋ saŋ ra lampi si balu ramani ni – – bīha saŋ a – – – wineh wdihan rĕnga yu 1 mās mā 1 sowaŋ sowaŋ. wahuta i pagarwĕsi si kanda rmani prih saŋ narahawala saŋ tawān kupaŋ. si towon ramani arā. sowaŋ i ti – – – –
  25. ramani asih kapua wineh wdihan rĕnga yu 1 mās mā1 sowaŋ sowaŋ piunganya. si mandyas ramani weda. Wineh mās mā 1 muwah pirawa pikatan -dhamuran si gayatri muaŋ si wanua – – – – –
  26. n


II.B
  1. –msu-n-nak-. kapua wineh mās ku 2 sowaŋ sowaŋ. rāma māgman i wanua tĕnah gusti prāna 2 si sodai ramani basu. muaŋ si kusalā ramani rawa. winkas prāna 2 si wanan ramani sarini. muaŋ si dakat ramani la
  2. Dhanakali mās mā 2 si gowana ramani ujso. muaŋ si bisāwa ramani bailā. huler prāna 2 si kalula ramani prayanta. muāŋ si candra rama ni gĕdā. parujar prāna 2 si kito ramani muditā. muaŋ si pundut ramani landu kā
  3. mā muaŋ  winaih wdihan rĕnga yu 1 mās mā 1 sowaŋ sowaŋ. hulu kuwu si tañjunan ramani bacūŋ. muaŋ si luwdira wineh mās ku 2 sowaŋ sowaŋ. rāma maratā ni sĕkar –gularan
  4. ramani rathi. si angira ramani bisuddhi. si lĕwih ramani karĕnĕan. si julay ramani sabdaŋ. si yukti ramani kebha si wdua ramani sukhami. si godog  ramani sunddhi. si mahi ramani masondri. si warĕg ramani panda. si tuli ramani ba
  5. si. kapua wineh mās mā 1 sowaŋ sowaŋ. rāma tĕpisiriŋ i wijyānin si risi ramani bsu. si pipul ramani buntar. wanaih mās mā 1 sowaŋ sowaŋ. gusti i tira i tūmpal si rārana ramani limak. kalima si candra ramani
  6. cara. winaih mās mā 2 sowaŋ sowaŋ tuha wĕrĕh prana 2 si kdl ramani gundl. muaŋ si blondo ramani budanta. winaih mas mā 1 sowaŋ sowaŋ gusti i kuluwasya si ku  winkas si grihīta. winkas i panungalan si sojasa
  7. kalima si mara ramani atis. Kapua winaih wdihan rĕnga yu 1 sowaŋ sowaŋ winks i layuŋ anak si baskara ramani dewi winaih mas mā 1 kalima i halu wanua si rua galuh ramani wudi. winks si gujil kapua winaih wdiha
  8. n rĕnga ytu 1 mas mā 1 sowaŋ sowaŋ. rāma maratā si kalula ramani yukti winaih mas mā 1   anumanliwat rāma i samalagi pu jāpunan rāura i pikatan   winkas si kali rmani nita. kalmia si panalam gusti si kaca ramani
  9. radhinī . marhyaŋ si sula ramani bsi. parujar si suti widyā. wariga si wanun wineh mas mā 1 kinbihan. padamapuy i rikā kāla si hriŋ rmani cakra. hulu wras si ama. Ramani celeŋ anagwnua i lua i kabikuan wi
  10. naih wdihan rĕnga yu 1 mātua   iŋ rika kāla garāsawa ramani agam anakwanua i titaŋ watak pikatan winaih wdihn rĕnga hlai 1 mas ku 2 abrkuk si gĕdil ramani mundil anagwanua I waruk. winaih ms ku 2
  11. tawayaŋ irika kāla si kliŋ ramani sdaŋ anagwanua i wanua tnah winaih wdihan hlai 1 mas ku 2 ata – – n. si rsuk anagwanua i tinor winaih mask u 2 muwah tapukan prana 2 winaih mas mā 1 kinālihanña. tari
  12. mwaña prana 6 winaih mas ku 2 sowaŋ sowaŋ //0// manadĕmana wunkal   wadhanukgyaya i wraŋ caandra jewa muaŋ daŋ ācāryya panajyan i sukun sudanta kapua sira wineh pirak mā 6 sowaŋ sowaŋ. manaji santi daŋ ācāryya
  13. i tawuŋ manek sudanta muaŋ daŋ ācāryy i tidaluaŋ bhadraśena. manaji bantan ca daŋ ācāryya i graŋ daŋ ācāryya tatha. muaŋ daŋ ācāryya I gwr hijo wetan padmaśena kapua sira wineh pirak mā 6 sowaŋ sowaŋ daŋ ācā
  14. ryya panajyan i pikatan apandara. wineh sira pirak mā 8 daŋ ācāryya iŋ gwar hijo kuluan sudanta wineh pirak mā 6 patati i pikatan dapunta dewendra. patati iŋ gwar hijo wetan ganendra. patati iŋ gwar hijo kuluan
  15. dapunta samahita. patati i guluŋ dapunta aksa kapua wineh pirak mā 2 sowaŋ sowaŋ ayam tĕas milu manusuk sīma si wilāsa ramani tatha. anagwanua i pansur. watak ayam tĕas wineh wdihan rĕnga yu 1
  16. mas mā 6 makuudur manuyup. si dayanna anagwanua i kahanatan. watak hammĕas. wineh wdihan rĕnga yu 1 mā 2 makuudur tan manuyup si jangi ramani wulakan anagwnua I waduŋ poh watak pankur poh wi
  17. naih wdihan rĕnga yu 1 mā 1 // yapuan hana wuaŋ umulahulah ike sawah sīma punya śrī mahārāja muaŋ raakryān mahāmantrī i bihāra i pikatan bhatara swami mahulun i lekan umupadrawāya syangha awakña
  18. grammā poma humahña anakña wkaña umanguha sansāra sabukaniŋ mulādumliŋ pjah ya dlāha pañcamahāpātaka tmuña // ( Lihat: Kusen, 1988/9:15 – 25)




Terjemahan
I.B
  ~Ada seorang yang disebut Yang Mulya Mendiang di Hara, adik Yang Mulya Mendiang di Mdang. Beliau telah mendirikan bihāra di Pikatan sebagai tanda kesempurnaannya.Pada tahun Saka 668, bulan Asuji, tanggal 15 paroterang, hari Salasa Pahing Paningron ( = 4 Oktober 746 M). Rake Panangkaran naik tahta. Beliau menganugerahkan sawah milik kerajaan (sawah haji lān) di Wanua Tengah, watak Pikatan kepada bihāra di Pikatan. Luas sawah tersebut sisi utara mmemanjang ke timur 182 dpa sihwā, sisi selatan memanjang ke timur 162 dpa sihwā, sisi timur memanjang ke utara 160 dpa sihwā, sisi timur memanjang ke utara 160 dpa sihwā, sisi barat memanjang ke selatan 162 dpa sihwā, benihnya 3 tū. Pada thun Saka 706, bulan Cetra, tanggal 10 paroterang, hari Sabtu Kliwon Paningron (= 6 Maret 784 M)

Rake Panaraban naik tahta... Beliau tidak merubah status sawah lān di Wanu Tengah yang telah menjadi hak bihāra di Pikatan. Pada tahun Saka 725, bulan Cetra. tanggal 6 paroterang, hari Jum’at Legi Paningron ( =3 Maret 808 ) Rake Wrak Dyah    Manara naik tahta. Beliau mancabut statuis sīma. Rake Warak meninggal, ia didharmmakan di Kelasa. Pda tahun Saka 749, bulan Sraawana, tanggal 14 paro gelap, hari Jum’at Pahing Wurukung (= 26 Juli 827 M) Dyah Gula naik tahta. Beliau tidak merubah status sīma bihāra di Pikatan.P 750 bulan Māgha, tanggal 12 paro terang, hari Ahad Legi Paningron ( = 10 Januari 829 M) rake Grung anak mendiang yang meninggal di Tūk naik tahta.

Beliau mengembalikan status sawah sīma untuk bihñra di Pikatan. Selamat tahun Saka 751 yang telah lalu, bulan Marggasira, tanggal 14 paro terang, Kamis Wage Wurukung(= 4 Nopember 829 M), ketika Śrī Mahārāja Rake Garung mengembalikan  sawah haji lān di Wnua Tengah untuk sīmna bihāra di Pikatan yang dahulu dibatalkn oleh Śrī Mahārāja yang meninggal di Kelasa. Pada saat itu yang menjbat patih wka adalah pu Tanggal, sirikan pu Sūryya, pikatan pu Panculing, yang memerintah bihāra sang Watu Humalang, yang bertidak sebagai pakar daŋ ācāryya Dewendra. Adapun yang turut diperintah oleh Śrī Mahārāja mengembalikan status sawah untuk bihāra di Pikatan yaitu wahuta makudur di Wka, di Sirikan, di Palar Hyang, di Halaran, di Wlahan, di Dalinan, di Pangkur, di Twan, di Tirip, di Lampi, di Watu Humalang, di Pikatan, di Mamrati, di Tilimpik, di Tiruan, di Manghuri, ptih di Pikatan, sang Wanua Tengah pu Culing, sang Tunggalangin pu Ramwat, llekan pu Glam, sang ra Gunung pu Intap, sang Samalagi pu Talisu, dang acaryya pangajyan di pikatana Bhadracandra, ppatati wandami Badhrasūryya, wihāraaaa swami sang āryya, paaaaaancawāRa punta Mandana //( baris 12 – 17 adalah bahasa Sanskerta dari baris 7 -12. Isinya sama)


………..// Demikianlah(isi) prasasti Rake Garung yang menetapkan kembali status sawah sīma untuk bihāra di Pikatan. Rake Garung meninggal. Pada tahun Saka 768, bulan Phālguna, tanggal 1 parogelp, Ahad Kliiwon Paningron ( = 8 Maret 847 M) Rake Pikatan dyah Saladu naik tahta.Beliau mencabut status sīma untuk yang kedua kalinya.Rake Pikkatan meninggal. Pada tahun Saka 777, bulan Jyesta, tanggal 5 parogelap, Sabtu Wage Haryang(8 Juni 855 M), Rake Kayuwangi dyah Lokapāla naik tahta. Beliau tetap tidak merubah pembatalan status sīma. Rake Kayuwangi meninggal. Pada   tahun Saka 806, bulan Mtanggal 14 parogelap, Rabu Pon Tunglai (= 17 Februari 885 M) dyah Tagwas naik tahta. Beliau tidak merubah status sīma (yang dibatalkan) untuk bihāRa di Pikatan. Dyah Tagwas terguling dari tahtanya. Pada tahun Saka 807, bulan Asuji, tanggal 5 parogelap, Rabu Pahing Paningron (= 3 Oktober 885 M) Rake Panumbangan dyah Dewendra naik tahta.

  Beliau tidak merubah status sīma (yang dibatlkan). Rake Pnumbangan terguling dari tahta. Pada tahun Saka 808, bulan Māgha, tanggal 5 parogelap hari Rabu Pon Tunglai ( = 13 Februari 887 M), Rake Gurunwngi dyah Bhdra naik tahta. Raaaaaake Gurunwangi melarikan diri (minggat). Sat itu bulan Phalguna, tanggal 2 parogelap. Oleh karena itu di kerajaan saat itu tidak da pengusanya. Pada tahun Saka 816, bulan Margsira, tanggal 5 parogelap, hari Rabu Pahing Tunglai ( = 21 Nopember 894 M) Rake Wungkal Humalang dyah Jbang naik tahta. Beliau tidak merubah Status sawah (yang dibatalkan) di Wnua Tengah, kembali kepda Śrī Mahārāja sebagai sesuatu yang harus ikut dijaganya. Tak berubahlah ( status sawah sīma yang dibatalkan) untuk bihāra di Pikatan. Rake Wungkal Humalang meninggal.

 Pada tahun Saka 820, bulan Jyesta,tanggal 1 parogelap, hari Rabu Pon Tunglai ( =10 Mei 898 M) adalah saat Sri Mharaja Rake Watukura dyah Balitung Sri Iswarakesawawotsawatunggarudramurti naik tahta. Mahamantrinyya adalah Rakryan i Hino Sri Daksottm Bahubajrapratipaksksayawisnumurti. Pda tahun Saka 826, bulan Marggaasira, tanggal 2 paroterang, hari Senin Legi Wurukung ( = 12 Nopember 904 M) turunlah titahnya , memerintahkan agar sang hyang Dharma bihara di Jawa semuanya dijadikan swatantra agar tiak lagi kena denda(pajak?). Pda tahun Saka 827, bulan Kartika, tanggal 14paroterang, hari Salasa Pon Paningron (= 15 Oktobber 905 M) naiklah Sri Maharajake keraton dari Kelapa Gding.

   Pada malam itu segenap orang terkemuka di sekeliling di lekan (mengusulkan?) kepada Rakryan Mahamantri I Hino Sri Daksaottama Bahubajrapratipaksaksaya untuk memerintahkan agar sawah sima sang hyang bihara di Pikatan dirubah (statusnya dihidupkan lagi). Hal ini dimaksudkan agar supaya keudukan Sri Maharaja di keraton menjadi kokoh. Pada tahun Saka 830, bulan Asuji, Padmanabha dewata, tanggal 10 paaaaro terang, hari Kamis Pahing , Tunglai, krmmesa dewa, walawa karana, uttarapada naksatra. wiswa dewa. sukla yoga. Karmuka lagna. yama desa adalah saat sawah sima di Pikatan diberikan kepada sang hyang wihara di Pikatan. dapun yang diperintah oleh Sri Maharajja dan Rakryan Mahamantri memberikan sawah tersebut (menjdi sima lagi) kepda bihara di Pikatan adalah Rakryan Limwayan dyah Guna dan dang acaryya di Tuk bernama Dhaneswara dengan mengusahakan batubatasnya. Dang Sanggha di Pikatan menghatuurkan pageh-pageh (pisungsung) kepda Sri Maharaja berupa kain pola pilih magong sepasang, jain pola jaro sepsang, perak 8 dha. Diperintahkan agar para Rakryan semua diberi tahu bagaimana kedudukan sawah haji lan di Wanua Tengah sekarang. Rakryan i Halu pu Wiraaaawikrama, rakarayan sirikan pu Wariga Samaraaaawikrantra, wka pu Kutak pu Bhswara, tiruan sang Siwastra, halaran pu Kiwing, palarhyang pu Punjang, dalinan pu Mangusir, manghuri pu Cakra, pangkur pu Ranjang, tawan pu Panjaluan, tirip pu Wisnu, sang parujr di Kabalan i hino kandamuhi pu Tunggang, citralekha wungkal warani pu Maneser, parujar I halu wisaga pu Damodara, i sirikan hujung galuh pu Ayuddha, citralekha dharrasint, i wka wiridih pu Danu, citralekha galang manuk dapunta Wurutuk, I tiruan sumudan dapunta Bhasura, parujar i halaran sawi manuk pu Dharmma, i palar hyang rumakat pu Bka, i dalinan rawaryya sang Mudgalyana, i manghuri ranui, i pangkur dedelan, i tawan raluk, i tirip padang,  mereka semua mendapat paageh-pageh seperti yang seharusnya mereka terima. Adapun samgat mrmati pu Utara, samgat tilimpik pu Sudar masing-masing diberi paaageh-pageh kain pola kalayaga sepasang, perak 4 dha. Sang mamuat ujar di kasinggahan turuhan sang Panagar, citralekha krp pu Jayamatih, I tilimpik wka waka pu Babru, citralekha patilaman, masing-masing diberi pageh-pageh kain sepasang, perak 6 dha. Parujar sang manak ing kasinggahan, i pangkur pingkangan, i tawan likuan, i tirip airbawu, masing-masing diberi pageh-paaaaaaageh kain pola ragi sepsang,perak 8 ma. Pihujung dari parujar sang manak i pangkur lua, i tawan sukun , i tirip panawungan, masing-masing diberi pageh-paageh kain sepsang, perak 8 ma. Wahuta haji i ksinggahan, i mamrati prih pu Godhara, i tilimpik jukut er pu Jangga, masing-masing diberi pageh=pageh kain sepsang, perak 1 dha.

Sang ralua – salaru diberi kain sepasang, perak 2 dha. Banigrama i lua semuanya diberi perak 3 dha. Sang kabayan i mamrati semuanya diberi perak 3 dha. Sang pangurang ing kapartayan, rake Wakrah pu Khatwangga, turuhan sang panagar, sang kasugihan pu Prajna, prasan sang siha, malanjang sang Aghora, rongguy pu Kutur, lwa ing kamanikan sang Nila dan sang Drampuan, dapunta Garalek, dapunta Anidhana semuanya diberi perak 5 dha. Dia yang dari Ayam teas, yang ikut ,elaksanakan penetapan simaa diberi perak 2 dha dan kain sebagai beaya perjalanan. Makudur yang ,elaksanakan penetapan sima diberi perak 2 dha serta kain sebagai beaya perjalanan. Kabayan di Ayam teas dua orang yaitu miramirah pu Rayung, halaran pu Dhanada diberi pageh-paaaaaaaaaageh masing-masing perak 1 dha 8 ma. Kabayan i makudur dua orang yaitu patalesan pu Wiryya,wawahan pu Danta, masing-masing diberi paaaageh-pgeh perak 1 dha 8 ma //o// Pinghe i pagar wesi Ma – – uh ayahnya Sadhana, pinghe   i pikatan Asampanjang si Syama ayahnya Bikra – i – u –a. pinghe i pikatan wijyangin si Kusuma auahnya lagah dan pingkai i pikatan gunung si Mraah ayahnya Astiti, dan pinghai i pikatan Asampanjang si Balawa, dan pinghai i pikatan Lekan si Jalu ayajnya – – – pinghai i tirasi ing si Rasuk dan si Dhawala ayahnya Kesara, semua diberi kain pol rangga sepsang ms 1 ma setiap orang.

  Wanua- prana 1 si Manghu ayahnya Kanaka, si Ananta ayahnya Kandara dan pili i – – – – –nang sang ra lampi si Balu ayahnya – – biha sang a (?) masing-masing diberi kain pola rangga sepasang, ms 1 ma. Wahuta   pagarwesi si Knda ayahnya Prih, sang nara hawala sang tawan kupang si towon ayahnya ara sowang  i ti – – – –ayahnya Asih, semua diberi kain pola rangga sepsang, mas 1 ma setiap orang. Piyungganya si Mandyas ayahnya Weda diberi ms 1 ma. Kemudian pirawa i pikatan – dhamuran si Gayatri dan si Wanua – – – — ––msu-n-nak- , semua diberi ms 2 ku setiap orang.

 Rama magman di Wnua Tengah, gusti dua orang yaitu si Sodai ayah Basu dan si Kusala ayah Rawa, winkas dua orang ayaitu si Wangan ayah Sarini dan si Dakat ayah Ladhanakali, diberi mas 2 ma. Si Gowna ayahnya Ujso dan si Bisawa ayahnya Baila, huler dua orang yaitu si Kalula ayah Prayanta dan si Candra ayah Geda, parujar dua orang yaitu si Kito ayah Mudita dan si Pundut ayah Landukama muang diberi kain pola rangga sepasang, mas 1 ma setiap orang. Hulu kuwu si Tanjungan ayahnya Bacung dan si Luwdira masing-masing diberi mas 2 ku. Rama marata kabayan si Hada ayah Sura dan Sagflar ayahnya Sekar – gularan ayah Ratni, si Anggira ayah Bisuddhi, si Lewih ayah Karengean, si Julay ayah Sabdang, si Yukti ayah kebha, si Wadua ayah Sukhami, si Godog ayah Panda, si Tuli ayah Basi, semua diberi mas 1 ma setiap orang. Rama tepisiring i Wijyangin si Risi ayah Basu, si Pipul ayah Buntar, diberi ms 1 ma setiap orang./ Gusti di Tir, di Tumpal si Ranan ayah Limak, kalima si Candra ayah Cara, masing-masing diberi mas 2 ma. Tuha wereh dua orang si Kadal ayah Gundal dan si Blondo ayah Budana, masing-masing diberi ms 1 mma.

Gusti di Kuluwsya si ku, winkas si Grihita, winkas di Panunggalan si Sojasa kalmia   si Mara ayah Atis, masing-masing diberi kain pola rangga sepasang. Winks di Layung anak si Baskara ayah Dewi diberi ms 1 ma. Kalima di Hulu wanua si Rua Galuh ayah Wudi, winkas si Gujil, diberi kain pola rngga sepsang, mas 1 ma setiap orang. Rama marata bernama si Kalula ayah Yukti diberi ms 1 ma. Anungliwt rama di Samalagi pu Japunan, rura di Pikatan winkas si Kali ayah Nita, kalima si Pangalaman, gusti si Kaca ayah Radhini, marhyang si Sula ayah Basi, parujar si Suti ayah Widya, wariga si Wangun, diberi ms 1 ma semuanya. Pdamapuy pada sat itu bernama si Hring ayah Cakra, hulu wras si Ama ayah Celeng penduduk desa Lua di Kabikuan, di Beri kain pola rangga sepasang. Matua pada saat itu bernama Graswa ayah Agam penduduk desa Titang watak Pikatan, diberi kain pola rangga sehelai dan mas 2 ku. Abrkuk si Gedil ayah Mundil penduduk desa Wdiberi mas 2 ku. Ewayang pada saat itu si Kling ayah Sdang penduduk desa Wnua Tengah diberi kain 1 helai dan mas 2 ku. Ata- – n si Rasuk penduduk desa Tinor diberi mas 2 ku.

Kemudian tapukan (nama jabatan) dua orang, keduanya diberi ms 1 ma. Tari Mwanya(nama jabatan) enam orang , masing-mmsing diberi mas 2 ku.//o// Mangademana wungkal wadhangukgyaya i wrang Candrajewa dan dang acaryya pangajyan di Sukun bernama Sudanta, masing-masing diberi perak 6 ma. Mangaji santi dang acaryya di Tawung manek Sudanta dan dang acaryya di Tidaluang Badrasena, mangaji bantan ca dang acaryya grang dang acaryya tatha dan dang acaryya di Gwar hijo timur Padmasena, masing-masing diberi perak 6 ma. acaryya pangajyan di Pikatan Pandara diberi perak 8 ma.Dang acaryya di Gwar hijo barat Sudanta diberi perak 6 ma. Patati (nama jabatan?) di Pikatan dapunta Dewendra, patati di Gwar hijo timur Ganendra, patati di Gwar hijo barat dapunta Samahita, patati di Gulung dapunta Aksa, masing=msing diberi perak 2 ma. Ayam teas yang ikut manusuk sima si Wilasa yahnya Tatha penduduk desa Pangsur watak Ayam teas diberi kain pola rangga sepasang, mas 6 mā.

Makudur manguyup si Dayana penduduk desa Kahangatan watak Hammes diberi kain pola rangga sepasang (mas/perak?) 2 mā. Makudur tan manguyup( yang tidak melakukan upacara) si Janggi ayah Wulakan penduduk desa Wadung poh watak Pangkur poh, di beri kain pola rangga sepasang (ma/perak?) 1 ma //Apabila ada orang mengganggu-gugat sawah sima derma dari Sri Maharaja dan Rakryan Mahamantri kepada bihara di Pikatan (dan) bhatara swami mahulun di Lekan ini, bencana akan menimpa dirinya.. desa, rumah tangga, anak keturunannya akan menemuai kesengsaraan yang bermacam-macam bentujnya, yang menyebabkan kematiannya, kelak di akhirat akan menjumpai lima bencana besar //