Minggu, 16 Agustus 2020

PRASASTI HORRN





Prasasti Horren

Prasasti Horren hanya ditemukan satu lempeng dengan panjang 36,6 cm, lebar 10,5 cm dan tebal 2 mm. Bentuk aksara segi empat dan tiap garis lurus dibengkok dan kuncir di belakang aksara diperpanjang ke bawah hingga menyerupai tanda a panjang. Saat ini prasasti Horren tersimpan di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.
Isi prasasti tidak begitu jelas karena hanya satu lempeng saja yang ditemukan. Intinya penduduk desa Horren datang menghadap Sri Maharaja dan memohon supaya desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan diwariskan kepada anak keturunannya selama-lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan keinginan ini menjadikan sedihnya penduduk desa Horren (?). Tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri yang menjadi tujuannya (?).

Dikatakan bahwa tidak berapa lama setelah penduduk desa Horren mengirim upeti, datanglah serangan musuh. Serangan yang tidak terduga dan tak diketahui itu menimbulkan kerusakan yang tiba-tiba. Lagi pula secara mendadak datanglah musuh dari Sunda.

Penduduk desa Horren mengorbankan diri demi membebaskan Sri Maharaja yang ragu-ragu di medan pertempuran ketika tiba-tiba musuh datang dari pegunungan. Begitu besarnya beban dan usaha penduduk desa Horren yang disertai hujan dan panas diibaratkan bagaikan ujung batu karang yang dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya. Itulah keutamaan dari usaha penduduk desa Horren yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Maharaja dan alasan diberikannya anugerah atas permohonan penduduk desa Horren.

Menurut W. F. Stutterheim, prasasti ini diduga berasal dari masa Majapahit. Tetapi jika diperhatikan tampaknya gaya dan struktur bahasanya lebih dekat kepada bahasa Jawa Kuno abad XI masehi.

Yang menimbulkan pertanyaan adalah siapa sang raja yang memberi anugerah penduduk desa Horren dan siapa raja Sunda yang pernah menyerang raja Jawa?




haji. mānațha. kuņda. pinupu pingro katiga kasaha. padamlaknang sang hyang ājñā haji prāçastī, sa
mbandha. ikang waramgajgi i horrěn maněmbah i Ibu paduka çrī mahārāja. manghyang i knohan ya
n sumima thānīnya. umagěhakna kālīliranā dening wkāwetnya. měnne hlěm tka ri dlāha ni
dlāha. mangkana mittā mangkana manastapa nikang warggaji i horrěn. tan kasumbat swakarmmanya
ri kahāmběknya. nyan deni tanpāntara hakirim tka ni çatru. tātan hana sangka ni panghuninga
ring kaharadara. nguniweh an dadyan tumangga-tangga datang nikanang çatru sunda. mangkana rasā ning paněmbah ni
IIb.

kanang warggāji i horrěn. i Ibu ni pāduka çrī mahārāja, kunang sangkāri mahasara nikāhotsa
hā nikanang warggaji i horrěn. makanimittă pinakahujung karang paminggir. catu ni matingkah bāba
han nitya lot kahudanan kapyeyan. makadadah çari ni paprīhakěn Ibu ni paduka çri mahā
rāja. ri samarakaryya sarisari tumāmaha sadatang ni salmah wukir nikanang çatru. i katakottama
ni pamrih nikanang warggaji i horrěn. ika mangkāna ya tika nuwuhakěn murby arěna sama i çri ma
hārāja. hetu ni turun i kārunya çri mahārāja. i manghyang nikanang warggaji i horrěn. 

Alih bahasa Sunting
IIa.

haji (raja), Manatha, Kunda, dipungut dua kali, ketiga, kesembilan. Dibuatlah prasasti raja untuk desa itu.
Yang menjadi sebabnya ialah warga desa Horrěn datang menghadap raja dan memohon supaya
desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan dapat diwarisi oleh anak keturunannya sejak sekarang hingga kemudian untuk selama
lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan (keinginan ini) menjadikan sedihnya warga desa Horrěn. Tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri
yang menjadi pikiran/tujuannya. Tidak berapa lama antaranya setelah (mereka) mengirim (upeti), datanglah musuh. Tidak ada dugaan atau yang mengetahui
tentang kerusakan yang tiba-tiba; lagi pula secara mendadak datanglah musuh (dari) Sunda. Demikianlah isi permohonan
IIb.
warga desa Horrěn kepada Sri Maharaja. Karena besarnya beban serta usaha
warga desa Horrěn yang bagaikan ujung batu karang dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya,
yang selalu kehujanan dan kepanasan dan mengorbankan diri dengan maksud untuk mengusahakan/membebaskan Sri Maharaja
dari medan pertempuran yang ragu-ragu karena dimasuki dan didatangi musuh dari tanah dan bukit/gunung dengan tiba-tiba. Itulah keutamaan
dari usaha warga desa Horrěn. Usaha itulah yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Ma
haraja. Itulah yang menjadi alasan turunnya anugerah Sri Maharaja atas permohonan warga desa Horren


Sumber :
Sejarah Nasional Indonesia II
Laporan Penelitian Epigrafi Jawa Tengah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar