1. Prasasti Tuk Mas
2. Prasasti
Sojomerto (akhir abad 7)
3. Prasasti Canggal (732 M)
4. Prasasti
Plumpungan ( 750 M)
5. Prasasti
Ligor B (775 M)
6.
Prasasti Kalasan (778 M)
7.
Prasasti Kelurak (782 M)
8.
Prasasti Karang Tengah (824 M)
9.
Prasasti Gandasuli (832 M)
10.Prasasti Sri Kahulunan (842 M)
11.Prasasti
Tulang Air (850 M)
12.Prasasti
Wantil, Ratu Boko (856 M)
13.Prasasti
Argopuro (863 M)
14.Prasasti
Wuatan Tija (880 M)
15,
Prasasti Rongkab (901 M)
16, Prasasti
Wihara I Wunandaik (901 M)
17.Prasasti Mentyasih/ Kedu/ Balitung (907 M)
18.Prasasti
Wanua Tengah (908 M)
Prasasti Tuk Mas
(Dakawu, Lereng gunung Merbabu)
Ditulis dengan huruf Pallawa. Dilihat dari bentuk tulisan
diperkirakan pada abad VII dan lebih tua dari canggal Isinya tentang pujian
kepada suatu mata air yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang
mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batubatu bagaikan
sungai gangga DI india
Prasasti Sojomerto
(Tegal, Pekalongan)
Huruf Pallawa, bahasa Melayu Kuno Dari bentuk
huruf diperkirakan pada akhir abad VII Menyebutkan tentang Dapunta Salendra
yang menyembah Bhatara Siwa,memuat pula silsilah Dapunta Salendra yang memiliki
orang tua Sentanu dan Bhadrawati, Dia menikah dengan Sampula. Prasasti ini
bersifat Siwa-Hindu
Prasasti
Canggal (654 S/ 732 M)
Bait 1 : pembangunan
lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6 : Pujaan
terhadap Dewa Siwa, dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
Bait 7 : Pulau Jawa
yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di
pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari
penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9 : Pulau Jawa
yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam
tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika
wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung
Bait 10-11 : pengganti
raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari.
Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui
kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12 :
kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah
jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya
kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Prasasti
Kalasan (700 S/ 778 M)
Bersifat Budha,
berhuruf Pallawa, berbahasa Sansekerta. Bait 2-3 : Para guru raja Syailendra
mohon kepada Maharaja Tejah Purnapanna Panangkaran, agar beliau membangun candi
Tara, lengkap dengan arcanya, candinya dan perumahan untuk para pendeta yang
ahli dalam pengetahuan Mahajana Winaya
Bait 4-6 : Para
pangkur, tawan dan tirip menerima perintah untuk membangun candi Tara dan
perumahan para pendeta. Candi itu didirikan di daerah makmur sang raja yang
menjadi hiasan wangsa Syailendra dan demi kepentingan para guru dan raja
Syailendra. Pada tahun saka 700 pembangunan candi Tara tempat para guru
melakukan persajian, selesai
Bait 7-10 : Desa
Kalasan dianugerahkan: para pangkur, tawan dan tirip, adhyaksa dan para
pembesar menjadi saksi. Tanah anugerah sang raja harus dijaga baik-baik oleh
para raja keturunan wangsa Syailendra, oleh para pangkur, para tawan, para
tirip dan para pembesar yang bijak turun temurun. Raja mengulangi pesannya
ke turun temurun. Raja mengulangi pesannya kepada para raja yang
memerintah kemudian supaya candi itu dibina demi kebahagiaan semua orang
Bait 11-12 :
Diharapkan agar berkat pembangunan biara itu semua orang memperoleh pengetahuan
tentang kelahiran, memperoleh tibavopapanna dan mengindahkan ajaran Jina. Yang
Mulia Kariyana Panangkaran sekali lagi mengulangi pesannya kepada semua raja
yang akan menyusul untuk membina biara itu sesempurna-sempurnanya
Prasasti Kelurak 782 M –
Pendirian arca Bhodisatwa manjusri ti ratna
oleh pendeta Kumaragosha - Yang memerintah adalah Dharanindra Sri sanggramadhananjaya
yang menggunakan epiteton VAIRIVADAWIMATHANA
Prasasti Karang Tengah 824 M –
Raja Samaratungga mempunyai putri tunggal
bernama Pramodawardhani, sang putri membangun candi Jinalaya yang sangat indah.
Pada tahun Saka 746 sebuah arca Budha ditempatkan dalam candi - Penghadiahan
ladang padi sebagai tanah perdikan oleh Rakarayan Patapan Pu Palar
Prasasti Gandasuli,
832 M
Pembangunan candi Sang
Hyang Wintang sebagai candi makam Dang Karayan Partapan Ratna Maheswara
Sidhabusu Plar
Prasasti Sri Kahulunan,
842 M
Peresmian desa Sri
Kahulunan menjadi tanah perdikan karena penduduk desa tersebut diwajibkan
memelihara bangunan suci Kamulan I Bhumi Sambhara
Prasasti Tulang
Air, 850 M
Pada tahun 772 S, Rakai Patapan Pu Manuku mendirikan perdikan di tulang
air pada waktu yang menjadi raja Rakai Pikatan
Prasasti Wantil,
Ratu Boko (856 M)
1. Seorang raja bernama Jatiningrat, pemeluk
agama Siwa kawin dengan seorang permaisuri pemeluk agama lain 2. Balaputra
menimbun ratusan batu untuk dijadikan benteng pertahanan dan bersembunyi dalam
perang melawan Jatiningrat 3. Raja itu mendirikan keraton di Medang di daerah
Mamrati, sesudah itu mengundurkan diri sebagai raja, menyerahkan kekuasaan
kepada Diah Lokapala.
Prasasti Argopuro, (863
M)
Desa Wanua Tengah dijadikan desa perdikan oleh
Rakai Pikatan Pu Manuku pada waktu yang menjadi raja Rakai Kayuwangi Pu
Lokapala
Prasasti Wuatan
Tija, (880 M )
Salah seorang
permaisuri bernama Rakarayan Manat dan anaknya Diah Bhumi Jaya diculik oleh
saudara lakilakinya yang terkecil yang bernama Rakarayan Landeyan. Rakarayan
Manat membunuh diri dengan jalan melemparkan dirinya ke dalam unggun api.
Sedangkan Diah Bhumi Jaya menghilang ke arah laut tetapi dibawa kembali ke
istana oleh kepala desa Wuatan Tija.
Prasasti rongkab (901 M)
Dalam prasasti rongkab menceritakan tentang
desa rongkab yang telah terjadi bencana alam banjir penduduk desa rongkab
bersyukuran meminta keselamatan desa bersama dengan pu prawata sesepuh yang paling
di tuakan di desa rongkab.
PRASASTI WIHARA I
WUNANDAIK prasasti pangonan (901M)
Tertulis dalam prasasti menceritakan keberhasilan
mengenai pembagunan irigasi bendungan yang di buat untuk persawahan di daerah
desa di lereng gunung rahtawu di lereng gunung muria yang masih dalam wilayah
hino atau pada masa kekuasaannya mataram I poh pitu beraja rakai watukura dyah
balitung, dalam prasasti rongkab yang di temukan di daerah jepara dengan
prasasti wihara I wunandai atau prasasti pangonan ini kemungkinan saja di tulis
satu masa mengingat nama pu dhananda yang tertulis dalam prasasti rongkab dan
prasasti pangonan
Prasasti Mantyasih
Prasasti ini berasal dari dinasti Sanjaya yang didapatkan di daerah Matesh, Magelang utara, Jawa Tengah. Prasasti ini digunakan sebagai bukti sah raja Balitung sebagai Raja selain itu isi dari prasasti ini adalah penetapan bebas pajak bagi daerah-daerah tertentu. Dan terakhir dijelaskan tentang adanya keberadaan gunung Sumbing dan Sindoro
Prasasti Sojomerto
Prasasti ini merupakan peninggalan dari dinasti
Syailendra yang berada di kota Batang, Jawa Tengah. Di prasasti sojomerto
sendiri terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Melayu kuno dengan aksara
bahasa Kawi.
Prasasti ini berdasarkan penelitian dibuat pada akhir
abad 7 atau awal dari abad ke 8.
Prasasti Sojomerto dibuat pada saat kerajaan Mataram kuno
masih beragama Hindu Siwa. Di dalam prasasti tersebut terdapat nama-nama
keluarga dari raja-raja dinasti Syailendra terkhusus raja Dapunta Selendra yang
memiliki ayah dan ibu bernama Santanu dan Sampula.
Prasasti di musium
laieden Eropah belanda berisi tentang
Selamat Śaka yang telah berlalu 832 (tahun),
hari Jum’at Legi Paringkelan Tunglai Wuku Madangkungan tanggal 5 paroterang
bulan Bhadrapāda tahun dewanya Indra yoganya Hārmmaṇa ketika Dyaḥ Wurut
menghadap Śrī Mahārāja Raka[i] Galuḥ Dyaḥ Garuda Mukha Śrī Dharmmodaya
Mahāsambu dan Rakryân Mahāmantri di Hino
(bernama) Dyaḥ Dakṣottama Bāhubajrā Pra[ti]pakṣa kṣaya, adapun maksud/sebabnya menghadap yaitu meminta tanah di Tulangan …….
(berupa) hutan dan …. barat namanya di Ūpasūla berbatasan [hlat] yang
menjadikan sebab ketakutannya [katakutanā sambantaya
Prasasti Mentyasih/ Kedu/ Balitung, 907 M Memuat
silsilah urutan raja-raja :
1.Sang ratu Sanjaya, Rakai Mataram
I
2.Sri Maharaja Rakai Panangkaran
2.Sri Maharaja Rakai Panangkaran
I
3.Sri Maharaja Rakai Panunggalan
3.Sri Maharaja Rakai Panunggalan
I
4.Sri Maharaja Rakai Warak
4.Sri Maharaja Rakai Warak
I
5.Sri Maharaja Rakai Garung
5.Sri Maharaja Rakai Garung
I
6.Sri Maharaja Rakai Pikatan
6.Sri Maharaja Rakai Pikatan
I
7.Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
7.Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
I
8.Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
8.Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
I
Prasasti Wanua Tengah
Prasasti Wanua Tengah
Dalam ini pun juga tertulis mengenai silsilah
raja raja menurut prasasti wanua
Rahyang Ta I Hara
Rahyang Ta I Hara
I
Rakai Panangkaran
Rakai Panangkaran
I
Rakai Panaraban
I
Rakai Warak Diah Manara
Rakai Warak Diah Manara
I
Diah Gula
Diah Gula
I
Rakai Garung
Rakai Garung
I
Rakai Pikatan Dyah Saladu
Rakai Pikatan Dyah Saladu
I
Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
I
Rakai Gurunwangi Dyah Badra
Rakai Gurunwangi Dyah Badra
I
Rakai Wungkal Humalang Dyah Jebang
Rakai Wungkal Humalang Dyah Jebang
Nama Raja raja kerajaan
Mataram Kuno
Berikut adalah daftar lengkap nama raja raja Mataram kuno
yang pernah berkuasa
Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram kuno.
Rakai Panangkaran.
I
Rakai Panunggalan.
I
Rakai Warak.
I
Rakai Garung.
I
Rakai Pikatan.
I
Rakai Kayuwangi.
I
Rakai Watuhumalang.
I
Rakai Watukura Dyah Balitung.
I
Mpu Daksa.
I
Rakai Layang Dyah Tulodong.
I
Rakai Sumba Dyah Wawa.
I
Mpu Sindok.
I
Sri Lokapala.
I
Makuthawangsawardhana.
I
Dharmawangsa Teguh
~Mpu Sindok merupakan raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur.
Sedangkan yang menjabat sebagai Rakai Mapatih Hino adalah Mpu
Sahasra.
Pemerintahan Mpu Sindok cukup banyak meninggalkan bukti sejarahbberupa
prasasti-prasasti: Prasasti Turyan tahun 929 berisi permohonan Dang Atu Mpu
Sahitya terhadap tanah di baratbsungai desa Turyan supaya dijadikan sebagai tempat
bangunan suci.
Prasasti Linggasutan tahun 929 berisi tentang penetapan desa
Linggasutan, wilayah Rakryan Hujung Mpu Madhura Lokaranjana, sebagai sima
swatantra untuk menambah biaya pemujaan bathara di Walandit setiap tahunnya.
Prasasti Gulung-Gulung masih dari tahun 929
berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu Madhura agar sawah
di desa Gulung-Gulung dijadikan sima bagi bangunan suci Mahaprasada di Himad.
Prasasti Cunggrang juga bertahun 929 berisi tentang
penetapan desa Cunggrang sebagai sima swatantra untuk menrawat makam Rakryan
Bawang Dyah Srawana, yang diduga sebagai ayah dari sang permaisuri Dyah Kebi.
Prasasti Jru-Jru tahun 930
berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu Madhura supaya
desa Jru-Jru di daerah linggasutan dijadikan sima swatantra untuk merawat bangunan
suci Sang Sala di Himad.
Prasasti Waharu tahun 931
berisi tentang anugerah untuk penduduk desa Waharu yang
dipimpin Buyut Manggali, karena setia membantu negara melawan musuh.
Prasasti Sumbut juga bertahun 931
Berisi tentang penetapan
desa Sumbut sebagai sima swatantra karena kesetiaan Mapanji Jatu Ireng dan
penduduk desa itu menghalau musuh negara.
Prasasti Wulig tanggal 8 Januari 935
berisi tentang
peresmian bendungan di Wuatan Wulas dan Wuatan Tamya yang dibangun para
penduduk desa Wulig di bawah pimpinan Sang Pamgat Susuhan. Peresmian ini
dilakukan oleh seorang istri Mpu Sindok bernama Rakryan Mangibil.
Prasasti Anjukladang tahun 937
Berisi tentangbpenetapan tanah sawah di desa Anjukladang sebagai
sima swatantra dan persembahan kepada bathara di Sang Hyang Prasada, serta pembangunan
sebuah jayastambha atau tugu kemenangan. Tugu ini sebagai peringatan atas
kemenangan melawan serangan Kerajaan Sriwijaya yang mencapai daerah tersebut Akhir
Hayat Mpu Sindok meninggal dunia tahun 947 dan dicandikan di
Isanabajra atau Isanabhawana.
Meskipun dirinya seorang penganut Hindu aliran Siwa, namun
tetap menaruh toleransi yang besar terdapat agama lain. Misalnya, ia menganugerahkan
desa Wanjang sebagai sima swatantra kepada seorang pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana, yang telah berjasa menulis kitab
Buddha aliran Tantrayana,berjudul Sang Hyang Kamahayanikan .
Menurut prasasti Pucangan, Mpu Sindok digantikan oleh
putrinya yang bernama Sri Isana Tunggawijaya . Raja perempuan ini memerintah
bersama suaminya yang bernama Sri Lokapala,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar