Rabu, 01 April 2020

RUNTUHNYA MAJAPAHIT

RUNTUHNYA MAJAPAHIT
~Runtuhnya kerajaan Majapahit di tandai dengan Sangkala, Sengkalan adalah penanda waktu, berwujud rangkaian kata yang memiliki makna berupa bilangan-bilangan. Tiap kata dalam sengkalan mewakili sebuah bilangan, dan jika rangkaian kata tersebut dibaca terbalik maka didapati bilangan tahun yang dimaksud.

Sebagai contoh adalah sengkalan yang menandai runtuhnya kerajaan Majapahit, "Sirna Ilang Kertaning Bumi". Kata sirna mewakili bilangan 0, ilang juga mewakili bilangan 0, kerta mewakili bilangan 4, sedang bumi mewakili bilangan 1. Jika dibalik maka akan terbaca 1400 sebagai bilangan tahun.

Kata sirna sendiri berarti lenyap, ilang berarti hilang, kerta dapat diartikan sebagai kemakmuran, bumi berarti dunia. Dengan demikian maka Sirna Ilang Kertaning Bumi dapat diartikan sebagai "lenyapnya kemakmuran di dunia". Penggunaan kata-kata sebagai pengganti bilangan membuat sengkalan tidak hanya menjadi penanda waktu, namun juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan semboyan, harapan, gambaran situasi, atau suasana batin atas peristiwa yang ditandai.

Sengkalan paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia terdapat pada prasasti Canggal di Gunung Wukir, Kedu Selatan. Prasasti itu menceritakan tentang Raja Sanjaya, salah satu raja dari kerajaan Mataram Kuno. Sengkalan tersebut ditulis dalam bahasa Sansekerta, berbunyi Syruti Indrya Rasa, yang bermakna angka tahun 654.

Thomas Stamford Raffles, salah satu yang mendukung pendapat keruntuhan Majapahit pada 1400 saka. Dalam The History of Java, dia menyebut Majapahit diruntuhkan Demak pada 1400 saka (sirna ilang kertaning bhumi) berdasarkan Serat Kanda.

Sejarawan Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara menyatakan hal senada dengan Raffles. Majapahit sirna pada 1400 saka akibat gempuran Demak. menurut Serat Kandha, Brawijaya kabur ke Sengguruh lalu dikejar tentara Demak. Akhirnya Sengguruh direbut Demak tahun 1400 Saka. Pendapatnya berdasarkan berita-berita tradisi dan resume laporan Residen Poortman tentang naskah kronik Cina dari Kelenteng Sam Po Kong Semarang dan Kelenteng Talang Cirebon.

~Kebesaran Majapahit mencapai puncaknya pada jaman pemerintahan Ratu  Tribhuwanatunggadewi Jayawishnuwardhani (1328-1350 M). Adik Jayanagara
Raja kedua Kerajaan Majapahit yang bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara.
Dimasa pemerintahan beliau banyak terjadi pergolakan dalam negeri banyak pemberontaka n dan mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Prabhu Hayam Wuruk 1350-1389 M dengan Mahapatih Gajah Mada-nya yang kesohor dipelosok Nusantara. Pada masa itu kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat Nusantara. 

Setelah meninggalnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, tidak ada lagi pemimpin yang cakap. Raja-raja pengganti Hayam Wuruk, seperti Wikramawardhana dan Suhita tidak mampu secara tegas menindak pembangkangan yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi. terjadi perselisihan keluarga yang berlarut-larut. Perselisihan ini berawal dari meletusnya perang saudara (1401–1406 M) yang disebut Perang Paregreg antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi, akibat kekosongan kekuasaan sepeninggal Hayam Wuruk, banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi negara merdeka. Adanya serangan dan perebutan kekuasaan oleh pasukan Kediri daha dahana Yang menyerang Trowulan th 1400C / 1478M adalah Sang Munggwing Jinggan sesuai yang tertulis dalam prasasti petak Lalu Siapa Sang Munggwing Jinggan itu...?

Merujuk dari isi Naskah pararaton bahwa pada tahun 1468M empat putra Sinagara "kabur " dari istana trowulan, serta merujuk dari isi prasasti Jiyu tentang upacara sarda agung peringatan kematian Bhre Daha Dahana atau kediri maka patut diduga kuat Sang Munggwing Jinggan adalah Wijayaparakrama Dyah Samarawijaya putra Sulung Sang Sinagara dia lah yang mengkudeta ke Majapahit yang saat itu dikuasai oleh Bhre Wirabhumi pada 1478 M.

~Jika jinggan menyerang majapahit,apakah sama kejadianya dengan daha menyerang majapahit,,,,? Tentunya tidak Daha tidak pernah menyerang Trowulan , Setelah Trowulan runtuh tahun 1478M karena diserang Sang Munggwing Jinggan, ibukota majapahit di pindah ke Keling oleh Wijayakarana ( Bhre Mataram ) ,Sang Munggwing Jinggan sendiri di duga kuat ikut tewas dalam penyerangan tersebut, maka kemudian putra kedua Sang Sinagara bernama Dyah Wijayakarana naik tahta menjadi raja, kemudian setelah Wijayakarana Wafat, baru tahun 1486M, Dyah Ranawijaya sebagai putra Bungsu Sinagara memindahkan lagi ibukota majapahit ke Daha atau Dahana Peristiwa ini diperingati dalam suatu candrasengkala (semacam kalimat sandi), yaitu sirna ila kertaning bhumi yang berarti 1400 saka atau sama dengan tahun 1478 M.

Munculnya Kesultanan Islam Demak dan Malaka yang mengambil alih pusat perdagangan di Nusantara juga penyebab runtuhnya kerajaan majapahit dan jalur perdagangan di malaka di blokade oleh bangsa portugis keberadaan Kerajaan Majapahit diketahui masih ada sampai abad ke-16. Namun, kerajaan ini tidak memiliki pengaruh lagi.  Pada masa demak di pimpin Adipati Trengono pada masa ini trenggono menyerang majapahit, tetapi Majapahit ini yang di maksud adalah sengguruh bukan majaphit Trowulan Majapahit trowulan sudah runtuh dan tidak ada rajanya, rajanya pada masa itu hanya raja boneka karna semua pemerintahan di gerakan sama patihnya Patih amdura, dalam catatan tome pires perang demak dengan majapahit memang tertulis ketika itu putra putra sang sinagara sudah meningalkan istanah dan sudah pindah di daha sebelah kediri hal ini tertulis dalam serat pararaton di bagian akhir ketika Bhre pandansalas di nobatkan menjadi raja pada tahun 1388 ia baru bertahta selama dua tahun anak anak sang sinagara meningalakan istana. 

Pada tahun 1513, pengembara Portugis bernama Tome Pires mengunjungi Jawa Timur. Dia berdiam di Malaka dari 1512 sampai 1515 dan menuliskan kisah perjalanannya dalam buku Suma Oriental Tome Pires mengatakan bahwa raja Jawa saat itu adalah Batara Vigiaya, dan raja sebelumnya adalah Batara Mataram atau bhre mataram yang menggantikan ayahnya, Batara Sinagara. Informasi ini diperoleh Tome Pires dari Pate Vira (Adipati Wira), penguasa Tuban yang beragama Islam tetapi sangat setia kepada Batara Vigiaya atau Girindrawardhana Dyah ranawijaya Brawijaya pamungkas

Uraian Tome Pires bahwa Batara Mataram menjadi raja menggantikan Batara Sinagara jelas tidak benar. Sang Sinagara wafat tahun 1453, sedangkan Bhre Mataram Wijayakarana naik tahta tahun 1478 setelah dia dan saudar saudaranya meruntuhkan Majapahit.
Peperangan demak dan majapahit memang terjadi di era kesultanan trenggono tetapi ketika itu majapahit yang beribu kota di trowulan sudah pindah di daha Menurut Tome Pires, Batara Vigiaya hanyalah raja boneka, sebab kekuasaan diatur mertuanya, Guste Pate Amdura. Yang menjalin perdagaan dengan bangsa portugis Persahabatan Guste Pate dengan Portugis inilah yang memicu demak menyerang majapahit dan berakhirlah sudah zaman kerajaan Hindu di Jawa Timur beralih ke sultanan islam demak bintoro

Babad Tanah Jawi yang ditulis pada masa kesultanan Mataram menerangkan tujuh raja Majapahit yang bergelar Brawijaya, dan tahta Brawijaya terakhir diruntuhkan putranya sendiri, Raden Patah, adipati Demak yang beragama Islam. Mitos yang sangat populer di kalangan masyarakat Jawa itu jelas menyesatkan, sebab Majapahit runtuh tahun 1478 lantaran pertikaian sesama keluarga kerajaan itu sendiri. Justru kevakuman kekuasaan akibat runtuhnya Majapahit dimanfaatkan oleh Demak untuk tampil sebagai kesultanan Islam pertama di pulau Jawa.

Kerajaan Hindu yang ditaklukkan oleh Demak bukanlah Majapahit, melainkan Kerajaan Daha dahana di kediri, yaitu tahta Girindrawardhana Dyah Ranawijaya brawijaya terakhir brawijaya pamungkas, yang tidak pernah menjadi raja Majapahit. Justru Majapahit runtuh oleh serangan Ranawijaya sendiri dan kakak-kakaknya. Dengan demikian, Babad Tanah Jawi ternyata mencampuradukkan dua fakta sejarah yang berlainan, runtuhnya Majapahit tahun 1478 akibat serangan putra-putra Sang Sinagara, serta runtuhnya tahta Brawijaya di Daha tahun 1527 akibat penaklukan oleh demak bintoro oleh sultan trenggono nah disinilah banyak teman teman pecinta sejarah terpancing dengan dua fakta sejarah yang bersumber dari babad tanah jawi dan prasasti petak babad tanah jawi menjadi babon rujukan sejarah tetapi babad tanah jawi perlu di kaji kembali karna dalam babad tanah jawi menyimpan bahasa simbolis hanya dalam babad tanah jawi dan babad babad yang lain yang merujuk pada babad tanah jawi ‘’brawijaya V’’ ini tertulis, di sini apakah brawijaya V ini adalah brawijaya pamungkas,,,,?

 Pak agus sunyoto seorang pemerhati sejarah dan seorang penulis novel sejarah berpendapat bahwasan brawijaya I itu tidak lain adalah raden wijaya atau  Kertarajasa Jayawardhana Dyah Sanggramawijaya yang memerintah pada tahun (1294–1309) yang bersumber dari prasasti kudadu dan jika di urut dari angka tahun memerintah raja raja majapahid dinasti girindra Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk lah yang menjadi Brawijaya V yang berkuasa pada tahun 1350–1389, sedangkan dyah ranawijaya adalah brawijaya pamungkas atau brawijaya terakir.


Di kutib dari berbagai Sumber :
Prasasti kudadu Prasasti jiyu Prasasti petak Serat Pararaton Negarakertagama Babad tanah Jawi mainsma 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar