Kamis, 02 April 2020

SEJARAH HOAK JIKA ARYA PENANGSANG MATI TERBUNUH DENGAN TOMBAK KIYAI PLERET

~Bersumber dari babad tanah Jawi karya sastra pujangga Mataram Islam mengisahkan bahwa semasa sepeninggal sultan Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang di tahun 1549. Arya Penangsang membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di tepi Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan Kakak kandung Trenggana sekaligus juga merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober milik Arya penangsang. Selain itu Aryo Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara.

Kemudian Aryo Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tapi gagal. Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk mempermalukan Arya Penangsang . Sepeninggal suaminya, Sulatan hadirin Ratu Kalinyamat (adik sunan Prawoto ) mendesak Adiwijaya agar menumpas Aryo Penangsang karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Adiwijaya segan memerangi Aryo Penangsang secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus.

Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh Aryo Penangsang akan mendapatkan tanah Pati dan alas mentaok/ Mataram yang notabenya tanah Mataram adalah milik dari bhre Mataram atau wikramawardana sebagai hadiah.
Sayembara diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela , yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Ageng Pemanahan ) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan Arya Penangsang setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.

Tertulis dalam babad tanah Jawi sebagai beriku :

"Putrané Sultan Trenggana loro: Pangéran Mukmin utawa Sunan Prawata, lan pangéran Timur, kang ing besuké dadi adipati ing Madura.sunan Prawata iku kang nyedani Pangéran Sekar Séda Lèpèn.Ing semu putrané Pangéran Sekar Séda Lèpèn kang asma Arya Panangsang arep malesaké sédané kang rama.sakawit Arya Panangsang nyedani Pangéran Mukmin sagarwané, nuli putra 
mantuné Sultan Trenggana, ora oleh gawé, malah Arya Panangsang bareng dipapagaké perang, kalah nemahi pati."

~Runtuhnya kerajaan Demak bintoro dari tidak ada hubungan dengan sosok Arya Penangsang, hanya demi mengangkat Mataram yang sebenarnya sisa Bhre Mataram adalah hak waris dari Ki Ageng Mangir yang bertrah dari majapahid sehingga Mangir harus disingkirkan dengan cara licik, oleh raja Mataram pertama, nama tersebut dipakai Sutawijaya, yang sebelumnya adalah hutan Mentaok.
Hal tersebut mendasari penulisan Babad tanah jawi merubah semua sejarah yang seakan Sutawijaya sebagai satria tangguh, padahal usia Sutawijaya baru sekitar 14 tahun dan belum dewasa 

Kembali ke masalah terbunuhnya Tanduran (Hadirin dalam versi tutur) atau sultan hadirin suami ratu kalinyamat karena intrik Hadiwijaya yang menjalankan taktik skenario dari bayu Biru oleh anjuran Syeh Malaya (Santi Kusuma,/R Sahid /Pangeran Lokawijaya /dikenal masyarakat adalah sunan Kalijaga) bahwa menyingkirkan Dinasti Trenggono sebagai menantu Jin Bun /R Fatah sebagai orang asing yang ingin menguasai wilayah pesisir Jawa setelah Ali Rahmat /Bong Swie Ho /Panembahan Ampe atau sunan ampel meninggal dunia. 

Keturunan Bhre Pajang yaitu Kebo Kenanga yang dibunuh oleh Demak, membuat R. Sahid berpendapat kalau ini diteruskan Jawa akan semakin rusak menjadi negara yang berperilaku Bar-bar. Sedangkan Bumi putera akan semakin terdesak ke pedalaman. Sedangkan wilayah pesisir pantai utara dipercayakan oleh Ki Panjawi. Jawa di bagi menjadi dua bagian yaitu kerajaan pesisir dan pedalaman yaitu Pajang.

Dengan terbunuhnya Tanduran suami Ratu Kalinyamat, oleh Bagus Mukmin iparnya sendiri, sehingga posisi Demak akhirnya jatuh ke bagus Mukmin. Namun hal tersebut pun tidak berlangsung lama. Pada waktu itu Mukmin memindahkan kerajaannya di sekitar Simongan.
Di situlah Mukmin kemudian meneruskan pembuatan kapalnya hingga berjumlah ratusan. Mukmin pada waktu bertemu dengan Manuel Pinto (Portugis) mengungkapkan kepada Manuel Pinto bahwa dia berkeinginan membuat Demak berikutnya seperti Kesultanan Turki Otoman. Pernyataan tersebut sangat direspon oleh pemerintahannya portugis positif melalui Manuel Pinto, dengan ditandai pemberian kehormatan dari portugis yaitu suvenir berupa pedang.

Nampaknya Hadiwijaya melihat hal tersebut mulai harus menjalankan intrik berikutnya. Mukmin pun terbunuh oleh Pasukan bayaran Hadiwijaya dengan menggunakan istilah Soreng jipang. Arya Matahun lah akhirnya yang di tuding oleh keluarga Demak sumber kekacauan Demak. Saat penyerbuan Mukmin dan prajurit Demak di Semarang, mukmin tewas dan beberapa putranya ada yang di bawa oleh Mendez Pinto pengelana portugis.

Raden Mukmin dalam Kronik Cina Kronik Cina dari kuil Sam Po Kong menyebut Raden Mukmin dengan nama Muk Ming. Pada tahun 1529 ia menggantikan Kin San sebagai kepala galangan kapal di Semarang. Kin San adalah adik Jin Bun (alias Raden Kusen adik Raden Patah).
Muk Ming bekerja keras dibantu masyarakat Cina baik yang muslim ataupun non muslim menyelesaikan 1.000 kapal besar yang masing-masing dapat memuat 400 orang prajurit. Pembangunan kapal-kapal perang tersebut untuk kepentingan angkatan laut ayahnya, yaitu Tung-ka-lo (Sultan Trenggana) yang berniat merebut Maluku.
Belum sempat Tung-ka-lo merebut Maluku, ia lebih dulu tewas saat menyerang Panarukan tahun 1546. Muk Ming pun naik takhta namun dimusuhi sepupunya yang menjadi bupati Ji-pang (alias Arya Penangsang).
Perang saudara terjadi. Kota Demak dihancurkan bupati Ji-pang. Muk Ming pindah ke Semarang tapi terus dikejar musuh. Akhirnya ia tewas di kota itu. Galangan kapal hancur terbakar pula. Yang tersisa hanya masjid dan kelenteng saja.

Kisruh Demak terjadi setelah sultan Demak Trenggono terbunuh, justru oleh abdinya sendiri yaitu seorang juru taman laki-laki yang cantik, dengan sebilah pisau dapur dan tidak sedang bertempur. Setelah terbunuh jasad Trenggono di bawa ke Demak dengan membalur jasadnya menggunakan jeruk nipis dan barus. Lalu di taruh di perahu kecil dan diberi tanah.
Situasi Demak bertambah kacau ketika beberapa pasukan Trenggono yang kecewa dan tidak mendapat bagian rampasan perang, akhirnya beramai2 menjarah Demak. Kraton dan seisinya dibakar habis. Kekacauan tersebut menewaskan 50.000 lebih prajurit dan warga. Akhirnya penjara dapat di redam dengan bantuan orang2 portugis dan Raja sunda.

Peristiwa berikutnya Demak kemudian memilih kandidat siapa yang harus menggantikan treTrenggono. Muncul 8 Kandidat yang setengahnya dari kerabat Demak dan selebihnya dari adipati pesisir utara Jawa.
Namun justru yang ditetapkan malah seorang pangeran dari sedayu (sultan Hadirin ) yang bukan dari kandidat. Setelah pangeran sedayu terpilih, beberapa bulan kemudian mengembalikannya lagi kepada keluarga Demak.

Para dewan wali menetapkan pangeran Tanduran suami dari Ratu Hamidah (Kalinyamat) menjadi sultan Demak ke 4 menggantikan Trenggono. Hal tersebut membuat iri putra tertua Trenggono yang bernama bagus Mukmin atau sunan prawoto. Akhirnya kisruh terjadi kembali antara keluarga Kesultanan Demak. Namun hal tersebut mungkin sudah di rancang oleh kelompok ke 3 yaitu keluarga Pengging/ Pajang dengan menggunakan telik sandi yang handal di bawah Hadi Wijaya /Jaka Tingkir dan Ki Puspo hadung jawi /Ki Panjawi. Keduanya adalah murid- murid hebat ki Bayu Biru. Arya Matahun adik dari  R Sariman (Arya Panangsang) yang menggantikannya sebagai Adipati Jipang yang saat itu di utus oleh Jafar Sodiq untuk kembali ke Palembang, sekaligus menyelamatkan wilayah warisan dari kakeknya yang sedang di kuasai oleh para perompak di Palembang.

 Kebodohan Arya Matahun di manfaatkan oleh Hadi Wijaya untuk membantu Mukmin menyerang Sultan Tanduran (Hadirin dalam versi Tutur) secara diam-diam agar tidak di ketahui oleh Ratu Kalinyamat. Peperangan keluarga Demak menyebabkan sultan Tanduran (Tan Ju Lan, Farm Tan) oleh kakak iparnya sendiri. Hal tersebut menyebabkan kekacauan kembali terjadi di Demak.
 ~Sejarah mencatat bahwa Arya Penangsang adalah sosok brangassan kejam pembunuh berdarah dan harus mati terbunuh oleh tombak pusaka kiyai Plered milik Joko Tingkir Hadiwijoyo sultan pajang,, tidak lain adalah sebuah karya sastra Jawa baru pujanga Mataram Islam dalam rangka meligitimasi kekuasaan, 
Dan tidak lah harus di ceritakan jika Ki panjawi memenangkan sayembara untuk membunuh Arya Penangsang sehingga Ki panjawi mendapatkan hadiah bumi Pati. Karna pada dasarnya Ki panjawi memang pewaris sahnya bumi Pati Mina tani yang masih berketurunan dari Rana Kadiri majapahid dan Raden sahid atau santi kusuma Sunan kalijaga, 

Arya Penangsang memang sengaja pergi ke pulau Sumatra selatan, sebab diperintah oleh Jafar Sodiq untuk membebaskan wilayah Palembang dari tangan para bajak. Sebab wilayah tersebut adalah hak warisan Aryo Penangsang dari kakek Buyut Penangsang.
Jadi tidak ada kisah duel pertempuran Jaka Tingkir dengan Arya Penangsang di Jawa. Itu hanya sebuah karya sastra pujanga Mataram demi untuk legitimasi kekuasaan bahwa penaklukan Demak dan pembunuh Penangsang adalah Sutawijaya, sehingga Sutawijaya atau Jaka Tingkir menjadi raja dan di nobatkan sebagai raja oleh sunan giri
Perlu diketahui bahwa Sutawijaya baru berumur 14 tahun dan sangat tidak masuk di akal bisa membunuh pendekar setangguh Aryo Penangsang.

Fakta sejarah baru terungkab setelah di temukannya makam arya Penangsang atau Raden Sariman di Sumatra Selatan tepatnya di Indralaya Ogan Ilir Arya Penangsang diperkirakan hijrah dari Kadipaten Jipang pada sekitar tahun 1549M. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, ia bersama pengikutnya sampai di Ogan Komering Ulu, beliau sempat menetap cukup lama, anak keturunan Arya Penangsang, banyak berada di wilayah ini.

https://kanzunqalam.com/2014/04/23/dataran-tinggi-basemah-leluhur-suku-ogan-dan-misteri-arya-penangsang/

Perjalanan Arya Penangsang kemudian berlanjut ke Indralaya (Ogan Ilir) Sumatera Selatan, dan di wilayah inilah Arya Penangsang wafat pada tahun 1611M Arya Penangsang diperkirakan hijrah dari Kadipaten Jipang pada sekitar tahun 1549M. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, ia bersama pengikutnya sampai di Ogan Komering Ulu, beliau sempat menetap cukup lama, anak keturunan Arya Penangsang, banyak berada di wilayah ini.

nama Arya Penangsang lebih dikenal dengan nama Sariman Raden Kuning. Di sekitar makam beliau, juga terdapat juga makam puterinya yang bernama Siti Rukiah yang wafat saat masih remaja karena sakit. Perjalanan hijrah Arya Penangsang, dimulai dari Kadipaten Jipang tahun 1549 M, kemudian singgah di Kerajaan Banten, lalu dilanjutkan menuju Skala Brak (Lampung).

Dari Skala Brak, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tanjung Kemala (Kerajaan Abung di Lampung) dan sempat menetap di desa Tanjung Kemala. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Surabaya Nikan (Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan) dan menetap cukup lama. Dari Surabaya Nikan, beliau kemudian membuat perkampuangan yang dikenal dengan nama Desa Gunung Batu.
Di desa Gunung Batu ini, beliau tinggal cukup lama, anak keturunan Pangeran Aria Penansang, banyak berada di desa ini. Perjalanan beliau berakhir di Indra Laya (Ogan Ilir, Sumatera Selatan) dan di desa inilah beliau wafat pada tahun 1611 M

Demikianlah uraian mengenai sebuah legitimasi kekuasaan kerajaan Mataram Islam yang selama ini tersembunyi dan baru terungkab setelah di temukannya makam Arya Penangsang di Sumatra Selatan, sejarah Arya Penangsang yang notabenya seorang yang kejam pembunuh berantai itu tidak benar atau HOAK beliu Raden Sariman berpindah dari Jawa ke Sumatra dengan tujuan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam sesuai yang di perintahkan oleh gurunya sendiri sunan kudus Ja'far Sodiq untuk menjadi seorang sufi. 

4 komentar:

  1. Artikel yang cukup menarik,walaupun masih perlu didiskusikan. Tapi itulah nikmatnya masa lampau,pasti banyak tafsir yang selalu mengiringinya. Semoga bisa memperkaya literasi anak bangsa

    BalasHapus
  2. Trimakasih tanggapan dan komennya baik silahkan kalau mau didiskusikan

    BalasHapus
  3. Cukup menarik sih tpi bagaimana dengan makam beliau yng terdapat dimana2. Ini termasuk mempersulit mengungkap sejarah itu sendiri karena yng asli belum valid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu bukan makam tapi Maqom bezakan Maqom dengan makam.
      Jangankan Arya Penangsang Kanjeng sunan kali jaga makamnya pun juga ada di komplek pemakaman sunan Ampel Jawa timur orang awam pasti tidak akan pernah mengenalinya, itu bisa kamu cek bila berziarah ke sunan Ampel tanya sama juru kuncinya

      Hapus