~Menunggu Prasasti Sangguran alias Minto Stone kembali ke
Indonesia dari penguasaan keluarga Lord Minto di Inggris, masih jauh panggang
dari api.
Namun, Anda bisa membaca isi terjemahan dari arkeolog Dr
Hasan Djafar ini, sambil bermimpi suatu saat prasasti itu kembali.
Hasan membaca dan menerjemahkan salinan isi prasasti yang tersimpan
di Instituut Kern, Rijksuniversite it Leiden, Belanda, pada tahun 1984-1985 di
bawah pengawasan arkeolog Belanda, JG de Casparis.
Hasan membaca dan menerjemahkan ulang Prasasti Sangguran,
kemudian membandingkan dengan hasil penerjemahan yang dilakukan para sejarawan
sebelumnya.
Sejarawan yang hasil penerjemahannya menjadi bahan
perbandingan Hasan adalah JLA Brandes dalam buku Old Javansche Oorkonde
(Prasasti Jawa Kuno) yang terbit tahun 1913, kemudian H Kern, NJ Krom, LC
Damais dan HB Sarkar.
Hasan mengatakan bahwa prasasti itu memiliki tinggi sekitar
160 cm. Prasasti itu memiliki 2 sisi, sisi depan (recto), belakang (verso) dan
samping kiri. Bagian recto ada 38 baris, bagian verso ada 45 baris dan sisi
kiri ada 15 baris.
Tak semua huruf Jawa kuno itu bisa dibaca karena ada
beberapa bagian prasasti yang rusak.
Dalam menerjemahkan, Hasan banyak memberikan catatan kaki
untuk menjelaskan satu kata Jawa kuno, namun catatan kaki itu tak akan
disertakan dan dijelaskan di sini. Bagian yang kosong (...) menandakan bahwa
huruf tak bisa dibaca.
Berikut isi terjemahannya :
BAGIAN DEPAN (RECTO)
--------------- --------------- -------
o. Semoga tidak ada rintangan! Semoga sejahtera di
seluruh jagat, (dan) semoga semuanya berbuat kebajikan!. ... Semoga leburlah segala dosa, (dan) semoga
berbahagialah di seluruh tempat di bumi ini!
Selamat! Tahun Saka telah berlalu, 850, pada bulan
Syrawana, tanggal 14 paruh-terang, hari Wurukung-Kaliwo n-Sabtu, ketika
naksatra: hasta, dewata: Wisnu, yoga: Sobhagya
Ketika itulah saatnya perintah Sri Maharaja Rakai
Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamot tungga diterima oleh Rakryan Mapatih i
Hino Pu Si ndok Sri Isanawikrama, diturunkan kepada kedua Samgat
Momahumah (yang terdiri dari) Samgat Madander: Pu Padma, Samgat Anggehan: Pu
Kundala. Memerintahkan agar desa Sangguran (yang termasuk dalam) watak Waharu,
melaksanakan pungutan penghasilan sebesar 6 suwarna emas, sebagai pemasukan
untuk Punta di Mananjung yang bernama Dang Acaryya... ... dari Sepet Dapu Jambang, dari Kisik Dapu Bahairawa,
Wasya, Luking, Bhanda, (dari) Tamblang,..., (dari) Wiger Dapu Sat.... ... untuk Bhatara (yang bersemayam) di bangunan suci
peribadatan di daerah perdikan para pandai di Mananjung, untuk digunakan.....memelihara.. .dan membiayai berbagai keperluan
bangunan suci pendharmaan tempat Siwa bersemayam, dan empat macam pemujaan
untuk Bhatara setiap hari. Demikianlah nazar Sri Maha-raja dan Rakryan Mapatih pada waktu itu terhadap
perdikan di Sangguran yang dipersembahkan untuk Bhatara yang bersemayam di
bangunan suci kebaktian di daerah perdikan para pandai di Mananjung. (Daerah perdikan) di Waharu (tersebut) kedudukannya menjadi
daerah swatantra, yang tidak boleh dimasuki oleh patih, wahuta, dan semua abdi
dalem raja sejak dahulu, misra para misra, wuluwulu prakara, pangurang, kring, padam, manimpiki, paranakan,
limus galuh, pangaruhan, taji, watu tajam, halu warak, rakadut, pinilai, katanggaran, tapa haji, air haji, malandang,
lewa leblah, kelangkang, kutak, tangkil, trepan, salwit, tuha dagang, juru
gusali, tuha namwi, tuhan unjaman, tuhan judi, juru jalir,
pamanikan, misra hino, wli hapu, wli hadung, wli tambang, wli panjut, wli
hareng, pawisar, palamak,. pakalangkang, urutan, dampulan, tpung kawung, sungsung,
pangurang, pasuk alas, payungan, sipat wilut panginangin, pamawasya, pulung pa. di, skar tahun, panrangan, panusuh, hopan, sambal
sumbul, hulun haji, pamresi, watak i jro, semuanya itu tidak diperkenankan
memasuki desa perdikan di Sangguran. Hanyalah Bhatara yang bersemayam
di bangunan suci peribadatan di daerah perdikan Mananjung. Demikianlah batasan
bagi para abdi dalem raja semua.
Demikian pula yang berkenaan dengan denda segala tindah
pidana (sukha duhkha) seperti bunga pinang yang tidak menjadi buah, waluh yang
menjalar di halaman, kematian (yang menyebabkan) mayat terkena embun (wipati
wangkai kabunan), darah tersebar di jalan, berkata sembarangan, menjilat air ludah, hidu
kasirat, ringan tangan, mengeluarkan ujung kikir, mengamuk, denda tambahan
(ludan tutan), denda bagi hukuman yang tidak adil (danda-kudanda) ,
bhandihaladi. Bhatara yang bersemayam di bangunan suci peribadatan itulah yang
berhak atas perbendaharaan raja tersebut. Selanjutnya juga misra, manambul, manangwring, mencelup kain dengan warna merah, membuat
bumbu (boreh), membuat tarub (tenda) membuat tali, mencelup dengan mengkudu,
membuat gula, membuat gerabah, membuat kapur sirih, membubut, membuat minyak
jarak, membuat keranjang, payung wlu, mengerjakan upih (wadah tahan air
dari kelopak daun sejenis palem), mencelup, membuat kisi, menangkap ikan dengan
tawang, menangkap ikan dengan tangkeb, menjerat burung, (dan) menjerat
(binatang)"
Semua pungutan itu dibagi tiga, sebagian diserahkan
untuk Bhatara, sebagian untuk penjaga sima (dan) sebagian (lagi) untuk para
petugas Adapun untuk para pedagang, ada batas jumlah yang tidak
dikenai pungutan, (yaitu) tiga tuhaan untuk tiap usaha perdagangan dalam satu
sima.
Bagi pedagang kerbau 40 (ekor), (pedagang) kambing 80
(ekor), (pedagang) telur satu bakul, mangulangan tiga pasang, pembuat perhiasan
(dari logam) tiga pelandas, perbengkelan logam satu ububan, pembuat gendang
tiga perangkat...,.. .bambu setiap tuhan, pembuat kain cadar
empat pacadaran, 1 perahu (dengan) 3 sunghar tanpa perahu tunda. Apabila
dagangannya itu dipikul seperti.. yang diangkut, bumbu-bumbuan, kapas, mengkudu,
besi, tembaga, kuningan, bisa, pangat pamaja, wayang, minyak, beras, batu permata, kasumba (dan) segala jenis barang dagangan yang
dipikul untuk wantal yang kelima pada setiap tuhaan dalam sima tidak dikenai
(pungutan) oleh sang mangilala drawya haji. Walaupun demikian, (mereka) harus menjaga
prasasti ini. Apabila ada kelebihan daripada yang telah ditetapkan, (maka)
kelebihannya itu dapat diambil oleh sang mangilala
(drawya haji). Pada saat ini Punta Mananjung memberikan
hadiah persembahan kepada Sri Maharaja 1 kati perak (dan) kain wdihan tapis 1 pasang. Rakryan Mapatih i Hino Sri Isanawikrama
menerima hadiah 1 kati perak dan kain wdihan tapis 1 pasang. Rakai Sirikan Pu
Amarendra (menerima) ... Kedua samgat momahomah (yaitu) madander
dan anggehan, diberi hadiah masing-masing 5 kati (dan) 1 wdihan 1 pasang. Tiruan (yaitu) Dapunta Taritip, amrati Hawang (yaitu)
Wicaksana, puluwatu (yaitu) Pandamuan, halaran Pu Gunottama, manghuri Pu
Manguwil, wadihati. Pu Dinakara, ... masing-masing diberi hadiah 1 dharana
(dan) 5 masa perak (dan) kain 1 pasang. Waharu (dari) Kalang (yaitu) Pu Wariga
diberi. hadiah... perak (dan) kain 1 pasang, samgat Anakbi
(diberi hadiah) 7 dharapa 8 masa (perak) (dan) kain 1 helai, sang tuhan dari
Waharu diberi hadiah 8 dharana perak, ... tuhan dari Wadihati (yaitu) Pu
Miramirah...San g Saddhya..., tuhan dari makudur.. ...(pangurang) dari wadihati (yaitu) Sang Rawungu,
manunggu (dari) Sang Howangsa, pangurang dari makudur Sang Rakwel, manunggu (dari)
Akulumpang ...perak, hadiah kain wdihan...
BAGIAN BELAKANG (VERSO)
--------------- --------------- ---------------
mulai dari versi ini baris satu sampai dengan tiga tidak bisa di baca
.. masing-masing diberi hadiah 1 masa (perak dan) kain
wdihan 1 yugala. Semua sang tughan dari pakaranan (bersama) juru kanayakan
. dari hino, samgat Gunungan (yaitu) Pu Buntut, juru wadwa
rarai (yaitu) Sang Raguyu, juru kalula (yaitu) Pu Wali, kanda muhi (yaitu) Sang
Gasta, parujar dari sirikan Hujunggaluh, (parujar) dari wka (yaitu) Wiridih,
(parujar) dari kenuruhan (yaitu) Sa(ng Ro)kat, (parujar( dari Sda (yaitu)
Sang Wipala (parujar) dari Wawang (yaitu) Sang...lang,
(parujar) dari madander (yaitu) Sang Cakraryya, anggehan san han dari Tiruan (yaitu) Sumudan dapunta Sanggama,
(parujar) dari Hujung (yaitu) Sang Pawadukan, semuanya diberi hadiah 4 dharana
8 masa perak. Juru tulis dari Hino semuanya (diberi hadiah) 2 dharana 8 masa
perak. Kedua patih (yaitu) Sang Kulumpang dari Wasah dan Sang Rakawil dari Kuci
masing-masing menerima hadiah 1 dharana 4 masa (perak).
Parujar yang mengurusi hyang paskaran masing-masing
menerima hadiah...perak. Para pembantu makudur dalam upacara tersebut (yaitu)
Sang Tama,. ... Sang Ngastuti, Sang Bala, pembantu dari tapahaji
(yaitu) Sang Pacintan, masing-masing diberi hadiah 1 dharana (perak dan) kain
wdihan 1 pasang Patih dari kanuruhan...patih dari Hujung (yaitu) Sang Kahyunan, patih Waharu
(yaitu) Sang Nila, patih dari Tugaran (yaitu) Sang...mala, patih samgat dari
Waharu (yaitu) Sang Gambo, patih pangkur Sang Mangga (dan) Sang Rangga diberi
hadiah 1 dharana (perak dan) kain wdi han masing-masing 1 helai. patih Lama...(yaitu) Sang Prasama
diberi hadiah 8 masa (perak dan) kain wdihan 1 helai, parujar patih (yaitu) si
Manohara (diberi) hadiah 1 dharana (perak dan) kain wdihan 1 pasang. Parujar
patih dari ka nuruhan (yaitu) si Ja...(dan) si Rambet, parujar patih
dari Waharu (yaitu) si Uwal, si Tanjak (dan) si Caca, masing-masing (diberi)
hadiah 8 masa perak (dan) kain wdihan 1 helai. Wahuta dari Waharu si Ba-lu...si Kendul tuha kalang, diberi hadiah masing-masing
1 dharana (perak dan) kain wdihan 1 pasang. Pilunggah (yaitu) si Raji (dan) si
Wantan semuanya menerima (hadiah) kain wdihan 1 pasang masing-masing. Para rama dari desa perbatasan yang ikut
sebagai saksi pada peresmian sima (yaitu) dari Tugaran, gusti (yaitu) si
Laksita, tuha kalang (yaitu) si Yoga, diberi hadiah masing masing 8 masa perak (dan) kain wdihan 1 pasang.
(Para rama) dari Kajatan dan Pacangkuan (yaitu) si Sura, dari Kdik (yaitu) si
Paha(ng), (dari) Bungkalingan (yaitu) si Tinjo, (daro) Kapatihan (yaitu) si
Pingul dari Da...(yaitu) si Tambas, masing-masing diberi hadiah
3 masa perak. Patih dari Wungawunga (diberi hadiah)...masa perak...dari
Papanahan, winkas (yaitu) si Mangjawat, dari...si Kandi, dari Tampur si Dederan diberi hadiah
masing-masing.. .masa perak. Si Mak, si Kesek, si Wudalu, si Kudi,... si Luluk,
diberi hadiah 4 masa perak (dan) kain wdihan 1 helai masing-masing.
Awakal (yaitu) si Lulut, si Sat, si Hireng, diberi hadiah kain wdihan
masing-masing 2 helai. (Pemain) wayang (yaitu) si Rahina (diberi hadiah) 4 masa
perak (dan) kain wdihan 1 pasang. Sang Bodhi (dan) Sang Margga di beri kain wdihan masing-masing 1 pasang. Setelah selesai
memberikan hadiah (uang perak) dan kain wdihan kepada mereka semua, persajian
yang disiapkan oleh sang Makudur diletakkan di bawah witana.
Laksana seorang
wiku (sang makudur) mempersembahkan air suci (dan) mentahbiskan susuk dan kalumpang, (kemudian)
berdirilah sang makudur memberi hormat kepada sang hyang yeas yang terletak di
bawah witana, (lemudian) mengatur langkah menuju ke arah sang hyang te as (dan) menutup(nya) dengan sepasang kain wdihan yang
yang diikuti oleh sang wadihati. Mulailah sang makudur memegang (ayam dan)
memotong leher ayam berlandaskan kulumpang, (dan kemudian) membanting telur ke atas batu sima (sambil) mengucapkan
sumpah-serapah seperti diucapkan sejak dahulu, agar watu sima tetap kokoh
berdiri.
Demikianlah ucapannya: "Berbahagualah hendaknya Engkau semua
Hyang Waprakeswara, maharesi Agasti (yang menguasai)
timur, selatan, barat, utara, tengah, zenit dan nadir,
matahari, bulan, bumi, air, angin, api pemakan korban, angkasa pencipta korban,
hukum, siang, malam, sen ja, (dan) hati; yaksa, raksasa, pisaca, preta, asura,
Garuda, gadharwwa, keempat lokapala, Yama, Waruna, Kuwera, Wasawa, dan putra-putra
dewata, panca kusika, Nandiswara, Mahakala, Sadwinayaka, raja
naga, dewi Durga, catur-asrama, Ananta, Sura-Indra [= raja para dewa], hyang
Kala-Mretyu [= dewa-dewa Waktu dan Kematian] Gana, bhuta, (dan) Engkau yang dikenal sebagai pelindung
kedaton Sri Maharaja di Mdang di Bhumi Mataram! engkau yang berinkarnasi
memasuki segala badan, Engkau yang dapat melihat jauh dan dekat pada
waktu siang dan malam, dengarkanlah ucapan kutukan sumpah-serapah kami oleh Engkau para hyang semua! Jika ada orang jahat
yang tidak mematuhi dan tidak menjaga kutukan yang telah diucapkan oleh sang
wahuta hhyang kudur, (apakah ia) bangsawan (atau) abdi, tua (atau) muda, laki-laki (atau) perempuan, wiku (atau) orang
rumah tangga, dan patuih, wahuta, raama, siapapun yang merusak (kedudukan) desa
Sangguran yang telah diberikan sebagai sima kepada punta di Mana njung, untuk (kepentingan) Bhatara (yang bersemayam) di
bangunan suci peribadatan di daerah perdikan para pandai, sampai ke akhir
zaman, hancur leburlah!
Demikian pula jika ada orang yang mencabut sang hyang
watu siima, maka ia akan terkena karmanya, bunuhlah olehmu Hyang, ia harus
dibunuh, agar tidak dapat melihat ke samping, dibenturkan dari depan, dari sisi kiri, pangkas mulutnya, belah kepalanya, sobek
perutnya, renggut ususnya, keluarkan jeroannya, keduk hatinya, makan dagingnya,
minum darahnya, lalu laksanakan (dan) akhirnya, habiskanlah jiwanya. Jika berjalan di
hutan (akan) dimakan harimau, akan dipatuk ular, (akan) diputar-putarka n oleh
Dewamanyu (Dewa Kemurkaan atau Dewa Kemarahan-red), jika berjalan di tegalan
akan disambar petir, disobek-sobek oleh raksasa. Dimakan oleh...Dengarka nlah olehmu (para) Hyang,
(hyang) Kusiika, Garga, Metri, Kurusya, Patanjala, penjaga mata angin di utara,
penjaga mata angin di selatan, penjaga mata angin di selatan, penjaga mata
angin di barat (dan) timur lemparkan ke angkasa, cabik-cabik sampai hancur oleh
hyang semua, jatuhkan di samudera luas, tenggelamkan di bendungan, tangkap oleh
sang Kalamrtyu, cabik-cabik oleh tangiran, (dan) disambar buaya.
Begitulah matinya orang yang jahat, melebur (kedudukan) desa perdikan di
Sangguran. Malapetaka dari dewataagrastaa. . ...pulangkan ke neraka, dan jatuhnya di negaraka
mahaarorawa, digodok oleh pasukan Yama, dipukuli oleh sang Kingkara. Tujuh kali
akan dirusak oleh (arca)...sang. Lara Sajiiwakaala. Setiap jenis kejahatan hasilnya
adalah penderitaan. Jika dilahirkan kembali (akan menjadi) hilang pikirannya.
Begitulah. nasibnya orang yang merusak sima di Sangguran. Setelah
sang makudur selesai melaksanakan pentahbisan tersebut hadirin semua duduk di
dekat batu sima sesuai dengan tatacara Semua patih, wahuta, rama kabayan dan rama dari
perbatasan, orang-orang tua dan muda, laki-laki dan perempuan, baik dari
golongan rendah, menengah maupun tinggi tak ada yang tertinggal ikut makan
bersama pada selamat tersebut. Telah tersaji nasi dalam dandang
dengan senduknya, rebusan, makanan ringan, makanan dari tepung yang dipanggang,
rum. bah dan rebusan tetis bertumpuk,...(i kan)
asin,...(ikan) bilunglung, ...(ikan) kandiwas,..., udang kayan, (ikan) layar,
(kkan) tangkapan jaring,. pindang atatmipihan (?), sayur puindang,...mak anlah
mereka semuanya, seperti...minum sidhu, (minum) cinca, minum (kila(ng),. ...masing-masin g tiga, ditambah makanan (berupa)...dodo
l, semuanya...bung a.... ...semua...Sri Maharaja dan Rakryan...untuk menambah...
BAGIAN SISI KIRI
--------------- ------------
1. (Pertunjukan) rawanahasta telah melengkapinya.
2. ...(para) lekan duduk...dan berapa pun
3. ...makanan dihidangkan...
4. ...dihidangkan. ..
5. Berakhirlah mereka semua...
6. ...bersuka-cita lah dengan bergantinya
7. desa Sangguran menjadi perdikan untuk punta di Mananjung
8. bersama penduduknya karena telah ditetapkan (menjadi
perdikan)
9. ... diberi wewenang untuk...
10. ...si Luhut, si Spat, si Hira, semuanya
11. mempertunjukan keunggulannya sebagai
12. (pemain) wayang (dengan ceritera) bernama...
13. Demikianlah adat daripada (upacara) penetapan sima di
14. Sangguran. Telah selesailah, ditulis (oleh)
15. juru-tulis Hino, Laksana.
* * * *
--------------- --------------- --------------
• Gambar hanya ilustrasi
Aspek Sosial, Politik, Budaya serta Aspek Kesejarahan
dalam Prasasti Sangguran
Prasasti Sangguran merupakan salah satu prasasti
peninggalan kerajaan Mataram Kunoyang paling penting.Prasasti ini mengandung
berbagai aspek sosial, politik dan sejarah yangsangat berharga guna penulisan
sejarah Indonesia.Berdasarkan data prasasti Sangguran dan juga
prasasti-prasasti dari kerajaan Mataramlainnya, kita dapat mengetahui bahwa
masyarakat kerajaan Mataram pada periode tersebutmenganut agama Hindu Siwa.Hal
ini ditandai dengan bagian
mangala yang ditujukan kepadadewa Siwa.Sebagai bentuk kesadaran
beragama tesebut maka munculah ketetapan pembebasan pajak
terhadap daerah-daerah yang dijadikan tempat
suci keagamaan.Prosesi-prosesi keagamaanini kemudian diwujudkan dalam
bentuk upacara-upacara keagamaan sebagai bentuk tindakan budaya yang
bernuansa religius.Selain aspek keagamaan, dari prasasti Sangguran kita juga
dapat menyimpulkan bahwakerajaan Mataram Kuno telah memiliki sistem perekonomian
yang baik.Hal ini terlihat dariadanya penarikan pajak (
drawya haji
) terhadap tanah-tanah di wilayah kerajaan kecuali
padadaerah-daerah perdikan (sima).
Selain pajak pada masa kerajaan Mataram Kuno juga
dikenalkegiatan kerja bakti untuk kerajaan.Berdasarkan data-data pada prasasti
lain diketahui
bahwa pemerintah pusat telah pula memiliki inventarisasi mengenai pengenaan pajak di wilayahkerajaannya
(Boechari, 2012: 190).Dilihat dari sisi sejarah politik, prasasti Sangguran
merupakan tinggalan yang sangat penting dari kerajaan
Mataram.Prasasti ini merupakan prasasti terakhir kerajaan Mataram ketika pusat pemerintahannya masih berpusat di Medang (Jawa Tengah) sebelum dipindahkan keTamlewang
(Jawa Timur).Berdasarkan data prasasti, diketahui bahwa raja yang memerintah
adalah
Sri
Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga
periode Jawa Tengah
(atau lazim disebut Kerajaan
Mataram Kuno) (memerintah sekitartahun928– 929).Dyah
Wawa naik takhta menggantikanDyah
Tulodhong. Nama Rakai Sumbatercatat dalam prasasti Culanggi tanggal7 Maret 927, menjabat
menjabat sebagai Sang PamgatMomahumah, yaitu semacam pegawai pengadilan. Selain
bergelar Rakai Sumba, Dyah Wawa juga bergelar
Rakai Pangkaja
anak Kryan Landheyan sang Lumah ri Alas
(putra Kryan Landheyan yang dimakamkan di hutan).
Nama ayahnya ini mirip dengan Rakryan Landhayan, yaitu iparRakai
Kayuwangiyangmelakukan penculikan dalam peristiwa Wuatan Tija.Saudara
perempuan Rakryan Landhayanyang menjadi istri Rakai Kayuwangi bernama Rakryan
Manak, yang melahirkan DyahBhumijaya. Ibu dan anak itu suatu hari diculik
Rakryan Landhayan, namun keduanya berhasilmeloloskan diri di desa Tangar.
Anehnya, Rakryan Manak memilih bunuh diri di desa Taas,sedangkan Dyah Bhumijaya
ditemukan para pemuka desa Wuatan Tija dan diantarkan pulang kehadapan Rakai
Kayuwangi.Makam Rakryan Landhayan sang pelaku penculikan diberitakan terdapat
di tengah hutan.Mungkin ia akhirnya tertangkap oleh tentara Medang dan dibunuh
di dalam hutan. Peristiwatersebut terjadi tahun880. Mungkin
saat itu Dyah Wawa masih kecil. Jadi, Dyah Wawamerupakan sepupu dari Dyah
Bhumijaya, putra Rakai Kayuwangi (raja Medang 856– 890-an)
.Dengan demikian, Dyah Wawa tidak memiliki hak atas
takhta Dyah Tulodhong. SejarawanBoechari berpendapat bahwa Dyah Wawa melakukankudetamerebut
takhtaKerajaanMedangKemungkinan
besar kudeta yang dilakukan oleh Dyah Wawa mendapat bantuan dariMpu Sindok , yang
naik pangkat menjadi
Rakryan Mapatih Hino
Rakryan Halu
, sedangkan RakaiHino dijabat oleh Mpu
Ketuwijaya.Peninggalan sejarah Dyah Wawa berupa prasasti Sangguran tanggal2 Agustus 928 tentang penetapan desa Sangguran sebagai sima swatantra (daerah bebas pajak) agar penduduknya ikutserta
merawat bangunan suci di daerah Kajurugusalyan.Raja sesudah Dyah Wawa adalahMpuSindok yang
membangun istanaKerajaan Medang baru di daerah Tamwlang, dan kemudiandipindahkan
ke Watugaluh. Kedua tempat tersebut saat ini masuk wilayahJawa Timur . MpuSindok
mengaku bahwa Kerajaan Medang di Watugaluh adalah kelanjutan dari
KerajaanMedang di Bhumi Mataram.Perpindahan istana Medang dari Mataram menuju
Tamwlang menurut teori vanBammelen terjadi karena letusanGunung Merapi yang
sangat dahsyat. Konon sebagian puncakMerapi hancur. Kemudian lapisan tanah
begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan, yangantara lain, membentuk
Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh.Letusan GunungMerapi tersebut
disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik berupa abu dan batu.
Konon,istana Kerajaan Medang di Mataram (dekatYogyakarta sekarang)
sampai mengalamikehancuran akibat bencana alam tersebut.Sejarawan Boechari
berpendapat bahwa bencana alam
Gunung Merapi tersebut terjadi sebagai hukuman Tuhan atas
perebutan takhta yang sering terjadidi antara keluarga Kerajaan Medang sejak
zaman pemerintahan Rakai Pikatan.Prasasti
tertua atasnama Mpu Sindok yang sudah ditemukan ditulis tahun929, sedangkan
prasasti Dyah Wawaditulis tahun 928. Perpindahan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah
menuju Jawa Timurdipastikan terjadi pada salah satu tahun tersebut(Soemadio,
1984).
Prasasti
. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia
Djafar, Hasan. 2010. ‘’Prasasti Sangguran (Minto Stone)
Tahun 850 Saka (=2 Agustus 928)’’ dalam
Sembilan
Windu
Prof.Edi Sedyawati: Pentas Ilmu
di Ranah Budaya
.Jakarta: Universitas Indonesia
Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti. 2010 .’’Tindak Kekerasan
Terhadap Wanita (KajianBerdasarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar